4 - Enthusiast

431 43 1
                                    

"Kendraaaa!!!"

Teriakan itu memecah kesunyian di dalam rumah besar nan mewah itu. Seorang sekuriti memintanya untuk segera keluar rumah. Namun gadis cantik bertubuh tinggi dan seksi itu menolaknya. Ia malah memaki-maki.

"Aku ini pacarnya Kendra. Masa kamu gak tahu dasar satpam kudet!" bentaknya.

"Iya saya tahu, Mba. Tapi Tuan Muda Kendra sedang gak bisa diganggu, Mba," jawab sekuriti rumah menegaskan sambil menahan tangannya.

"Aku gak peduli. Pokoknya aku harus bertemu Kendra. Ini penting. Kalau gak terpaksa aku akan ...."

"Akan apa?!" terdengar suara Kendra dari balkon lantai 2. Ia tengah duduk di kursi rodanya sambil menatapnya dari atas.

Ruang tamunya memang besar dan terbuka seperti lobby hotel dengan plafonnya yang menjulang tinggi hingga ke plafon lantai 2 sehingga memungkinkan orang bisa melihat jelas ruangan di lantai 2 ataupun sebaliknya.

Gadis blasteran itu langsung menoleh ke atas. Senyum bahagia langsung merekah di wajah dan bergegas menepis cengkeraman tangan sekuriti rumah. Dengan cepat dia berlari menaiki anak tangga menghampiri Kendra.

"Kendra! Aku mau bicara denganmu," ujarnya senang.

"Bicara apa lagi? Kita kan sudah bicara di telepon kemarin. Keputusanku gak akan berubah, Nat," balas Kendra dingin.

"Please, Ken! Kumohon maafkan aku! Aku janji aku gak akan menyakitimu lagi. Sumpah." Natasya mengiba di kaki Kendra. Pemuda itu menatapnya dingin.

"Kamu selalu bilang banyak wanita di luar sana yang menginginkanku. Kamu lupa kalau hal itu juga berlaku padamu. Asalkan kita gak membuka peluang untuk mereka, semua akan berjalan lancar, Nat. Tapi nyatanya? Justru kamu yang selalu kegatelan," ungkap Kendra kesal sambil memandanginya sebelah mata.

Tak terima dengan pendapatnya, Natasya membela diri.

"Aku dan Arya gak ada hubungan apa-apa, Ken. Dia cuma teman curhat doang. Gak lebih."

"Mungkin kamu menganggapnya teman curhat. Tapi dia sendiri belum tentu," bantah Kendra.

"Memang begitu yang sebenarnya." Natasya tetap bersikukuh.

"Mana ada teman curhat sampai mau dibawa tidur segala? Kamu meremehkan insting sesama lelaki, Nat." Kendra menyindirnya sebal.

"Ken ... aku gak mau kita putus. Tolong pertimbangankan lagi. Aku selalu berusaha menghubungi dan menemuimu sejak kamu kecelakaan. Tapi ibumu selalu menghalangi." Artis cantik itu kini bersimpuh makin erat di kaki Kendra.

"Jangan jadikan ibuku sebagai alasan!" Pemuda bermata coklat itu malah bergerak mundur menjauhinya. Raut wajah Natasya kecewa.

"Ken ... aku masih mencintaimu," lirihnya mencoba meyakinkannya.

"Sorry. Gue gak mau dibodohi lagi. Barang-barangmu sudah kukirim ke rumah lamamu. Di tempatmu sendiri kamu bisa bebas selingkuh dengan siapapun," tukas Kendra sambil menggerakkan kursi roda elektriknya berputar arah meninggalkannya.

Natasya melihatnya kecewa. Dalam hatinya ada percikan api yang baru saja tersulut. Ia sakit hati telah dicampakkan begitu saja.

"Brengsek kamu Ken! Aku punya kartu As mu. Siap-siap saja menyesal," umpatnya sendiri.

Kendra sudah menghilang di koridor rumahnya. Ia telah masuk ke kamar tidur dengan perasaan sangat kesal. Cintanya untuk Natasya ternyata hanya dibalas pengkhianatan.

***

Hujan lebat tiba-tiba mengguyur ibu kota siang itu. Nara yang sedang berkeliling menjajakan kuenya langsung mencari tempat berteduh di depan pertokoan yang kosong. Ada beberapa orang juga yang ikut berteduh menunggu hujan reda bersamanya. Ada pedagang asongan, penjaja makanan gerobakan, mahasiswa dan juga karyawan kantor.

Belenggu Kinara [ Sudah Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang