Hari ini sebelum masuk sekolah gue, Rinai dan teman-teman se geng The Buciners udah kumpul di kantin. Kita semua bahas-bahas masalah doi yang gak peka-peka, dan lain-lain.
Hari ini gue dengan semangat merekomendasikan cerita wattpad yang dimana tokoh utamanya itu bucin banget.
"Guys, liat deh. Wattpad yang judulnya About Daisy ngakak banget dah. Ini cerita bucin banget. Masa si Daisy kagak mau mutusin Adrian gara-gara Adrian tuh terlalu baik. Jelas-jelas si Adrian ini selingkuh terus." Kata gue berapi-api.
"Wah, itu kayak cerita lo, Sya" kata Rinai ke Risya. Temen sekelas Mentari.
"Ya, gimana lagi ya. Masalahnya gue terlalu sayang sama dia," alasan Risya klise. Omaygat, bener kan? Anggota geng gue bucin-bucin semua. Ahaha.
"Nih gue ada rekomendasi juga guys," kata si Caca semangat.
"Wah apaan tuh Ca?" Balas gue dengan berbinar-binar. Kemudian berlanjut lah dari membahas cerita wattpad yang bucin, hingga sesi curhat kebucinan dimulai.
"Masa iya kata temen sekelas gue, gue kelewat bucin?" Tanya Nurul.
"Wah, parah! Emang sia nanaonan jeung si Ari?" Tanya Septi. (Emang kamu ngapain aja sama si Ari?).
"Gue kan di kantin suap-suapan sama dia. Terus gue ganti-gantian sama Ari tiap pulang sekolah harus saling jemput ke kelas," kata Nurul bangga.
"Wah, maneh emang bucin berat yak" tawa orang-orang. (Kamu).
"Tapi gue gak sebucin Kenanga yaaa" balas Nurul sarkas. Hadeuh, gue lagi gue lagi. Emang sih gue ini bucin yang jomblo. Anggota gue semuanya ada doi. Aelah sedih banget hidup gue. Pokoknya udah ini gue harus makin gencar deketin Angkasa! Seru gue dalam hati semangat.
Beginilah keadaan geng The Buciners. Tapi sayangnya perbincangan gue dan temen-temen harus berakhir karena bel masuk berbunyi. Gue pun merangkul Rinai alias teman sebangku gue yang sudah jadi sahabat dan dengan cuma-cuma masuk ke dalam geng The Buciners.
Gue dan Rinai masuk ke kelas gue yang ternyata baru dapat tugas dari bu Nessa. Gue mengerjakan tugas Sastra Jepang dengan semangat juga sesekali caper ke Angkasa.
"Angkasa, gue boleh liat PR Sastra Indonesia lo gak?" Dia geleng-geleng.
"Angkasa, gue boleh nebeng motor lo gak besok pagi? Lo jemput gue dirumah?" Dia geleng-geleng lagi.
"Angkasa, gue boleh minta hati lo gak?" Teriak gue dramatis. Seketika timbul sorakan dari teman-teman sekelas gue.
"Huuu, lanjutkan Ngaaa!" Seru temen-temen gue ambyar. Seketika pipi Angkasa memerah dan gue semakin gencar menggodanya.
Lalu dia tiba-tiba narik gue. Teriakan dari temen-temen gue semakin kencang dan seketika gue merasa terbang tinggi.
Angkasa membawa gue ke kantin sekolah yang kebetulan lagi sepi.
"Lo.. mau nembak gue ya?" Kata gue pede. Dia mengerutkan keningnya. Kemudian hanya hening yang menemani. Tapi gue sih seneng, gue jadi bebas memandang wajah nya yang dimana kumis tipis dia jadi daya tarik utama.
Gak lama kemudian dia angkat suara dan dia bilang, "Kenanga maaf, gue sejak awal gak suka sama lo. Gosip gue putus sama Reva itu bohongan. Gue sama dia udah komitmen dan kita akan segera menikah biar enggak terjadi zina."
Seketika senyum gue memudar. Gue rasa semuanya hancur. Gue terlalu menjatuhkan harapan hanya buat dia, laki-laki berkumis tipis yang mana gue menganggap dia sebagai dunia gue. Air mata gue mulai menggenang di pelupuk mata, mata gue udah berkaca-kaca, kemudian air itu terjatuh, luruh bersamaan dengan hilangnya harapan.
Terimakasih, Angkasa. Setidaknya kamu memang menjadi alasanku mengerti apa arti berjuang. Yaps, berjuang sendirian.
~
Jangan lupa vote dan comment 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
The Buciners [END]
Teen FictionSHORT STORY COMPLETED Menurut kalian, bucin itu apa sih? Apa dia yang selalu bareng pacarnya? Dia yang selalu prioritaskan pacarnya? Menurut gue, itu semua benar. Tapi cerita gue bukan itu. Gue adalah cewek yang jatuh cinta sendirian. Gue cewek yang...