BAB 5 [END]

13 2 0
                                    

Ini adalah hari kelima semenjak gue langsung pergi dari hadapan Angkasa. Gue bener-bener kecewa sama dia. Entahlah, padahal gue yang terlalu berharap. Tapi malah gue juga yang merasa di kecewakan.

Emang ya, sejak awal gue gak pernah memiliki dia. Ya udah lah ya, lagian hidup tuh kejam. Harusnya gue bersiap-siap sejak awal untuk jatuh cinta, patah hati, dan kecewa. Yaps, siklus yang sama.

Gue menyusuri koridor yang pagi ini masih sepi. Gue lagi berjalan menuju ke toilet cewek dimana deket banget sama arah kelas gue. Kemudian gue berpapasan dengan si Angkasa. Gue seketika memalingkan pandangan gue. Gue pun gak berharap dia minta maaf atau minimal menyapa gue. Okey, lupakan.

Kemudian gue melanjutkan hari ini tanpa kehadiran si Rinai yang lagi sakit. Fyuh, sedih banget gue.

Saat jam pulang sekolah gue langsung cabut ke kelas Mentari dan kita pulang bareng.

"Tar, gue masih sedih banget," kata gue sedih.

"Udah lah Nga, biarin aja Angkasa mah. Itu pilihan dia," kata Mentari sok bijak.

"Tapi Tar.. dia teh dunia Kenanga," balas gue dramatis.

"Nga.. Kenanga teh emang terlewat bucin. Gak salah sih lo jadi ketua The Buciners. Menurut gue.. yang salah disini lo terlalu meninggikan derajat dia. Lo sampai menjadikan dia dunia lo. Lo salah. Harusnya, lo liat di sekitar lo. Ada gue, ada kakak adik kita, ada mama papa, ada si Rinai, Risa, Nuri, Rana, Vera dan semuanya."

Mentari menghela napas lalu melirik ke arah gue yang sudah menampilkan wajah muram, "ketika lo jatuh cinta, lo jangan lupa dunia. Jangan lupa semesta itu tempat bercanda. Lo harus bisa. Gue gak maksa lo buat lupain dia sekarang, tapi setidaknya gue minta usaha lo untuk move on dari dia."

Seketika tangis gue pecah, si nyebelin Mentari bisa juga membuat gue ternangis-nangis haru. Akhirnya gue dan Mentari pulang dengan keadaan hening.

Kemudian saat sampai di rumah, gue suruh Mentari ganti baju.

"Mau kemana Nga?" Tanyanya.

"Udah deh Tar, ikutin gue aja" balas gue mulai terdengar menyebalkan. Mentari pun mendengus kemudian berlalu pergi ke kamarnya.

Saat sudah siap, gue mengajak Mentari untuk ke ramen. Gue traktir dia sepuasnya.

"Akhirnya Nga, lo gak pelit lagi," kata si Mentari tertawa.

"Heh, lo tuh ya! Kali ini aja gue relain duit gue buat perut lo, nanti-nanti mah moal waka," kata gue nyebelin.

Akhirnya gue pun menghabiskan waktu sore gue bersama Mentari di ramen.

Mulai detik ini, gue berusaha melepas. Melepaskan Angkasa, melepaskan dunia gue.

Untuk Angkasa, semoga kamu berbahagia dengan Reva di pernikahanmu.

Salam terakhir, untuk duniaku.

END

~

Jangan lupa vote dan comment 👋

The Buciners [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang