Chapter 3

61 14 2
                                    

Happy Reading...

***

BRAAAAAK

"Ah sial, kenapa harus kesenggol!!" batinnya.

Tak sengaja sebuah benda terjatuh karena sedikit pergerakannya.

"Heii, siapa itu?!"

Terdengar suara berat yang berasal dari dalam sana.

Perlahan dia pun berbalik arah. Derap langkah mulai terdengar mendekat. Belum sempat dia menghindar sebuah pistol telah mengacung persis ke kepalanya.

Untung saja orang tersebut tidak mengetahui wajahnya karena minimnya pencahayaan.

Dia memanfaatkan kesempatan ini dengan berlari. Entahlah kemana langkahnya dia terus berlari tak tentu arah.  Tujuannya hanya satu, menyelamatkan diri dari amukan orang yang sudah tertangkap basah.

Dooorr

Dooorrrrr

Suara tembakan pistol mulai terdengar nyaring. Untung saja dia tidak terkena timah panas yang dilontarkan berkali-kali kearahnya.

Keringat mulai bercucuran membasahi seluruh badannya. Deru napas sudah tidak beraturan. Detak jantung semakin memacu kencang. Ketakutan mulai menyelimuti ketika langkahnya dihadang tembok kokoh yang berdiri menjulang tinggi.

JALAN BUNTU.

Tak banyak lagi yang bisa dia lakukan. Hanya ada satu cara, bersembunyi.

Tap

Tap

Tap

Derap langkang mulai mendekati tempat persembunyiannya.

Otaknya terus berfikir bagaimana cara untuk lolos dari amukan orang tersebut. Lebih baik diberi ratusan soal-soal fisika daripada harus bertemu dengan situasi seperti ini.

"Keluarlah, jangan takut." Suara memanggil yang sangat lembut, tetapi bagai petir ditelinganya.

"Ayolah berfikir," batinnya mulai cemas memikirkan nasibnya.

Sepatu hitam mengkilat sudah terlihat persis didepannya, dia terus merapalkan do'a dalam persembunyiannya, di bawah meja.

Satu ide brilian terlintas di otaknya. Kamera kesayangannya sepertinya harus menjadi korban kali ini. Dilemparlah kameranya ke sudut lain agar beralihlah pandangan orang tersebut.

Tak banyak mengulur waktu sesegera mungkin dia berlari. Hanya ada sebuah lorong di depan sana. Tapi terlambat orang yang mengejarnya tepat berada dua langkah dibelakang. Tenaganya mulai terkuras habis. Kakinya dipaksa untuk terus berlari.

Dooorrrr

Satu tembakan melesat lagi. Dan,,

BRUUUUKK

Dia terjatuh karena tersandung sebuah kayu. Mungkin memang sudah takdirnya harus tertangkap seperti ini.

Terlihat  sinar yang amat terang di depan sana. Dia harus sampai sebelum orang tersebut menangkapnya. Perlahan kakinya dikuatkan untuk berdiri, berlari dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya.

"Semoga takdir berpihak kepadaku kali ini," batinnya.

Dooorrrr

Suara tembakan terdengar lagi kali, lebih nyaring.

Tepat sedetik sebelum tembakan melesat tubuhnya lenyap bersamaan dengan menghilangnya cahaya putih, tanpa sisa, tak berbekas. Tembakan pun mengenai udara bebas.

***

Perlahan silauan cahaya mulai menyeruak masuk kedalam mata. Dibukalah matanya lebar-lebar. Dilirik arloji yang melingkar di tangannya, pukul 02.00. Tak ada yang salah dari arloji tersebut, batrainya baru saja diganti minggu lalu. Tetapi kenapa matahari sudah terbit? Aneh bukan?

Seingatnya setelah melewati sebuah cahaya putih dia langsung terpental tubuhnya menghantam tembok. Entah sudah berapa lama ia berjalan menyusuri jalanan gelap nan sepi tersebut, tetapi tak kunjung menemukan jalan keluarnya. Dipastikannya lagi bahwa situasi ini benar-benar sangat aman. Tak ada yang mengikutinya lagi. Matanya sudah terasa berat, langkah kakinya sempoyongan. Sepertinya ia harus memulihkan sedikit tenaganya dengan menginap disini berteman dengan suara derik dari puluhan jangkrik.

Jalan keluar, akhirnya ditemukan. Kakinya melangkah secara hati-hati, takut jika ia harus kembali melakukan adegan action seperti tadi malam. Sungguh kegiatan yang sangat menguras tenaga maupun otak.

Setelah keluar dari lorong diia amat terkejut, bukankah dia masih berada di lingkungan universitas? Tapi kenapa cat nya sudah berubah? Lantainya sudah bertambah 2 menjadi 4 lantai. Eskalator menjadi penghubung antar lantai, tak ada tangga lagi. Hebat sekali bukan, hanya dalam semalam gedung ini dibangun?

Banyak orang yang berlalu lalang dihadapannya. Anehnya pakaian yang kenakan sangat casual, meniru orang barat. Bandingkan dengan pakaian yang dikenakan, sangat jauh sekali. Terlihat norak atau lebih tepatnya kuno.

"Apa gue udah ada di surga?"

"Eh, kan gue belum kena tembak tadi," ucapnya bermonolog sendiri.

"Wuiiiih keren nih," ungkapnya karena takjub melihat sekeliling.

"Lumayan nih buat dijadiin objek foto." Dia pun mencari sesuatu, dan teringat. "Eh, kan kamera gue udah ancur tadi malem." Sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Motor gue kan masih ada diparkiran." Kemudian dia berjalan mencari tempat parkiran.

Pakaian kuno, sepatu kusam, gaya rambut yang aneh tak ada seseorang pun  yang memperdulikannya. Dia berjalan sambil melihat-lihat bangunan nah megah yang terpampang jelas di depan mata.

Belum sempat ia menemukan motornya, ia melihat seseorang yang amat ditakuti. Tanpa aba-aba dia langsung berlari. Beruntung saja orang tersebut sepertinya tidak melihatnya.

Karena sangat ketakutan dia tidak melihat sekelilingnya sampai,,,

Bruuukkk

"Aduh." Suara seorang perempuan.

Dia menabrak seseorang, dan disusul dengan kertas-kertas berceceran dilantai.

***

To Be Continued...

Writing By SabSab160

222Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang