Chapter 6

38 8 0
                                    

Happy Reading...

⏳⏳⏳

Terlihat seseorang laki-laki yang sedang berlarian di koridor. Namanya Agas. Pikirannya masih tertuju dengan seseorang yang membuatnya takut. Langkah kakinya tergesa-gesa. Sesekali dirinya melihat ke belakang. Takut jika orang itu berusaha mengejarnya. Baru saja kepalanya menengok ke belakang namun kejadian tidak mengenakan terjadi.

"Aduuh." Suara ringisan seorang perempuan.

Sayang sekali dia menabrak seseorang, dan disusul dengan kertas-kertas berceceran dilantai.

Tapi tunggu, suara itu sangatlah asing ketika memasuki telinganya, dia belum pernah mendengar suara itu.

Dilihatnya si empunya suara tersebut. Seperti ada sesuatu yang menarik matanya untuk tetap mendangi wajah seseorang yang ada dihadapannya.  Dia tak tahu bagaimana cara mendeskripsikanya. Hanya satu kata yang bisa diungkapkan.

"Cantik," gumannya pelan, sangat pelan seperti sedang berbisik.

"Duh pakai acara tabrakan lagi," rutuk perempuan yang berada dihadapannya.

"Awww laporan gue, ya Allah...huh buat kesal aja sih lo cowo aneh. Bantuin oy jangan cuma diliatin gitu," omelnya dengan nada kesal.

Bukannya membantu memunguti kertas yang berceceran, Agas malah terus-terusan memandangi lawan bicaranya tanpa berkedip. Rasa takut perlahan memudar ketika melihat raut wajah kesal seseorang yang –tidak sengaja– dia tabrak. Bukan takut sekarang, melainkan keingintahuan mengenalnya.

Dirasa lelet sekali gadis itu memunguti kertas yang sudah menghantam lantai Agas ikut membantu memunguti satu-persatu. Namanya juga betina, wajar saja jika lambat dalam hal ini, tapi jika urusan ghibah dipastikan semuanya langsung gerak cepat.

Setelah semua kertas terkumpul menjadi satu, gadis itu sangat tergesa-gesa masuk ke sebuah ruangan. Dilihat dari depan sepertinya itu ruangan dosen karena sepertinya ruangan itu paling besar dan bersih dari ruangan yang dia lihat.

Ingatkan Agas dirinya belum meminta maaf. Meskipun tidak sengaja bertabrakan tetap saja dirinya harus meminta maaf.

"Ya ampun, sampai lupa minta maaf," katanya sambil menepuk jidat.

"Tunggu aja di sini deh, pasti dia lewat lagi."

Disandarkannya bahu pada dinding, dingin rasanya. Matanya terus saja memandang bangunan universitas yang sangat megah ini.

Kemarin bangunan ini masih sebatas bangunan biasa bukan bangunan bernuansa barat. Catnya sudah diganti dari warna biru awan menjadi gold. Sejauh mata memandang bangunan ini dipenuhi orang-orang bergaya barat dengan pakaian yang harganya ratusan bahkan sampai puluhan juta. Anehnya tak ada satupun yang dikenalinya.

Tebakannya sangatlah benar. Gadis  itu terlihat keluar dari pintu ruangan berjalan kearahnya.

"Hei," panggilnya karena memang Agas belum ketahui namanya.

"Huft, apa? Gue juga baru keluar tapi udah lo buat kaget," jawabnya dengan nada yang ketus.

Perempuan tersebut mulai melangkahkan kaki. Agas mulai mensejajarkan langkahnya. Seperti langit dan bumi, Agas dengan pakaian kumalnya, gadis disebelahnya dengan gaya modisnya. Mereka berjalan beriringan.

"Lo mahasiswa pindahan darimana? Soalnya gue belum pernah liat lo ada disini?" tanyanya mulai membuka percakapan. Ah, lupakan lah tentang niatnya yang ingin meminta maaf tadi.

"Lo bilang mahasiswa pindahan? Gue ini bukan mahasiswa pindahan, dari awal ngedaftar mahasiswa baru gue juga ikut mendaftar, lagian lo aneh ah," tuturnya kesal.

222Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang