°•53

239 12 0
                                    

Layar HP menunjukkan pukul sepuluh wilayah Amerika. Penerbangan masih segera tiba pukul 7 besok pagi. Jihan benar-benar gusar, sudah lewat 2 minggu ia memutar otak untuk menemukan berbagai cara agar dapat solusi bagi Farel yang dalam buronan pamannya untuk dibunuh.

"Ada apa? Mual? Tuh ada vomit bag di bawah buku panduan." Tutur Farel di tengah kesibukannya bermain ponsel. Jihan tidak menjawab, ia justru mengalihkan dengan bermain ponsel. Namun, seperti halnya seseorang yang banyak pikiran, fokusnya tak akan terbagi hanya untuk pengalihan.

"Kakak gue mana?"

"Di seat paling belakang."

Jihan bangkit dan dalam hitungan 5 detik, jarak 20 meter sudah digapainya. Ia tersenyum kecil ketika melihat kakaknya membaca serial Holmes. Buku yang menurutnya sungguh memusingkan, di mana seseorang ketika membaca buku itu pasti akan mengalami migrain.

"Kak!" Jihan memanggil tidak sabaran. Rita tidak menoleh dan malah semakin asyik membaca. Ia membalik halaman buku lalu menaikkan kaki di atas kursi penumpang di depannya.

"Kakk..." Ia memelas lalu merampas buku dari Rita secara paksa. Kakaknya terdiam sembari membuang napas lelah.

"Kak... Farel gimana? Aku ga tahu cara sembunyiin dia atau ngelak dari paman."

"Lo janji apa emangnya?"

"Gue bilang, beri dia kesempatan dan paman kasih selama satu bulan aja. Ini udah Minggu ke tiga, sisa seminggu lagi. Bantuin gue cari solusi, gue gatau ini,"

"Empat bulan lagi gue tamat, mungkin bisa pake perjanjian darah buat jadiin dia abadi."

"Mana mungkin kita pake perjanjian darah, lalu orang tuanya lo anggap sampah berkeliaran?"

"Gak dong, perjanjian darah kan ada dua, ada yang half dan ada yang complete. Biarin gue memilih dia menjadi half, karena dia calon suamiku kelak..."

Plak!

BHAHAHAHA!

"Kebesaran kepala lo kak dia mau ngelakuin apa aja kemauan lo!"

Rita melempar adik kandungnya dengan buku novelnya. Ia tidak suka ditertawakan. Harga dirinya serasa dihancurkan berkeping-keping. Jihan mengaduh sesaat namun tetap tertawa receh. Ia berpikir kakaknya sudah bodoh atau terlalu aneh.

"Jangan ngetawain gue kayak gitu!"

"Ya, mungkin dia bakal mau kalau ancamannya nyawa, tapi masalah pernikahan itu dia yang nentuin kak. Pernikahan manusia dan vampir itu adalah haram. Itu mustahil!"

"Gue bakal bahas ini sama paman, mama sama papa."

"Enteng banget kalimat lo!"

"Diem!" Rita merampas balik novelnya lalu mendorong Jihan dari kursi kesayangannya.

"Iya, gue pergi!" Ucapnya ketus karena bete.

Setelah kepergian adiknya, ia kembali membuka buku yang sebelumnya dibaca. Tidak hanya Jihan, sebenarnya ia memang sedang frustasi memikirkan cara agar keluarga besarnya merestui hubungannya dengan Farel. Buku yang ia baca tidak seperti judul covernya, Rita menyelipkan lembaran buku kuno yang copot saat ia hendak membukanya diam-diam. Ia dibantu oleh Loren, pengawal sekaligus tangan kanannya di kerajaan tanpa diketahui oleh siapapun untuk mendapatkan lembaran itu di antara ribuan buku di rak kerajaan. Ia sibuk, hanya bisa meminta tolong.

Half of vampire.

Manusia dan vampire akan selalu bermusuhan, manusia membunuh vampire dengan kecerdasannya, vampire membunuh manusia dengan taringnya. Kesatuan dan cinta di antara mereka adalah terlarang. Vampire tidak boleh hidup satu dengan manusia, manusia tidak boleh mengetahui keberadaannya. Pertarungan...

Rita terus membaca sampai 5 halaman hingga ia menemukan jawaban atas pertanyaannya.

Manusia harus meninggalkan keluarganya ketika ia menginginkan ikatan lebih dengan vampire, ia akan diubah menurut cara nenek moyang. Akan tetapi ini tetap dilarang, sebab kelahiran antara vampire dan manusia akan menimbulkan suatu ketidakseimbangan siklus hidup anak yang kelak lahir.

"Hah..."

°•°•°•°•°•°

"Ruangan ICU mohon menyediakan satu ruangan untuk penderita asma akut! Ternyata pasien memiliki komplikasi!" Teriak suster ketika berada tepat di depan ruang darurat.

Rita, Farel dan Jihan berhenti mengikuti Ecrin yang dibawa masuk untuk mengikuti prosedur pengobatan. Mereka prihatin ketika mendengar Ecrin memiliki komplikasi. Mereka saling tatap beberapa detik sebelum ponsel Farel berdering. Itu Bo yang sedang menunggu koper di penerbangan terpisahnya.

"Lo udah selesai ambil barang?"

"Ya, gue udah selesai. Di rumah sakit mana?"

"Rumah sakit kakek gue! Cepetan ke sini!"

"Dalam 30 menit lagi."

Tut...

"Siapa keluarga Ecrin?" Tanya Jihan menatap pintu instalasi dengan khawatir.

"Ah iya, gue hampir lupa. Sebenarnya gak masalah keluar dari rumah sakit ini tanpa orang tua, papa gue yang bakal bantu mempermudah keluar dari rumah sakit ini, tapi sekarang masalahnya, siapa yang akan mengurusnya hingga sembuh? Kita kan sekolah dua hari lagi."

"Hallo?" Sapa lelaki bermasker yang keberadaannya benar-benar membuat terkejut karena tidak ada suara kaki. Tentu saja yang terkejut hanya Farel, Rita dan Jihan sudah tahu lewat pendengarannya yang sangat tajam. Rita menatap tidak suka sedangkan Jihan menunjukkan taringnya.

"Oh, permisi, anda siapa?" Farel bertanya dengan sopan.

"Salam kenal, gue saudara kandung Ecrin atau diperjelas kakaknya."

"Rita," lelaki itu menggantung ucapannya sembari memamerkan kuku merah darah miliknya. "Hai?" Senyum tampannya tidak hanya membuat Farel merinding, namun sampai ia tak berani untuk menatap mata lelaki itu.

"Ellios!" Jihan menggertakkan giginya, ia ingat, ia ingat bagaimana tiap peristiwa yang tidak ingin dibahas olehnya teringat kembali.

"Siapa yang merubah lo?" Rita menggantung kalimatnya. Setengah terkejut, setengahnya mendelik tidak percaya dan sisanya murka.

"Risterita Roust, anda harus tes laboratorium!" Suara tegas berat terdengar dari arah utara alias dari depan lift.

"Itu juga vampire!" Tunjuk Amerio pada Jihan.

"Benar begitu, Amerio?" Jihan mendesis tajam sembari menunjukkan jati dirinya. Rita mengepalkan tangan, ia benar-benar menaruh dendam pada Amerio. Tapi bukan sekarang saatnya balas dendam, sekarang bukan saatnya mati sia-sia karena racun IOVD.

"Gone!"

"Don't!"

"Kaaakkk!" Jihan mental ke arah jendela rumah sakit. Ia terlempar dari ketinggian 500 meter.

"Farel, tolongin sahabat kita."

Setelahnya ia lari terjun ke bawah mengejar adiknya.

°•°•°•°•°

"Riska, beri perintah kepada pion utama untuk memata-matai kediaman manusia yang akan kita bunuh seminggu lagi."

"Ayah!!!" Teriak Ascher dari kejauhan dan dalan beberapa detik kemudian sudah berada di depan ayahnya.

"Kita... Harus ke dunia manusia, Ellios ayah, dia telah dimodifikasi oleh Raja Curious menjadi vampire superior."

"Di mana informasi itu kau dapatkan?"

"Barusan saja aku menerima telepati Rita kalau ada sosok manusia yang membocorkan ia dan Jihan adalah vampir. Namanya Amerio yang ternyata teman dekat mereka sendiri."

"Sudah kuduga akan ada kejadian ini. Aku tak pernah percaya manusia!" Cornelius membanting cawan berisi darah di nakasnya.

"Kami—"

"CEPAT, kalian pergilah ke dunia manusia. Bantu apa yang dibutuhkan keluarga paman kalian di sana."

"Baik, ayah."

°•°•°•°•°•°

The Most Wanted Vampire In HighschoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang