Geraga tersenyum melihat ekspresi kaget gadis itu. Tolong, kenapa bisa dia seimut itu. Geraga rasa-rasa nya ingin segera membawa nya pergi ke pulau tak berpenghuni. Hanya ada mereka berdua, pasti menyenangkan melihat ekspresi itu tiap detik.
"Geraga, kamu boleh pergi ke tempat duduk mu." Pak Jefri menunjuk ke sana bangku kosong di barisan ke-empat, tepat bersebelahan dengan dengan meja Daren .
Berjalan melewati puluhan pasang mata yang sedari tadi penasaran akan diri nya, membuat nya terlihat seperti berjalan di red carpet. Apa se menyenangkan ini menjadi siswa baru haha. Batinnya.
Dara hanya diam berusaha acuh ketika lelaki itu melewati nya. Tapi mata nya tidak lepas dari menatap apa yang ada di balik seragam itu. Apa luka nya sudah sembuh? Melihat cara jalan nya seperti nya sudah. Aish kenapa gue harus tau.
°•°•°•°
Rendi tidak pernah berpikir punya Adek cewek akan seribet ini. Pagi-pagi suara nya sudah melengking sempurna, Efek pms jadi ya gini.
"Duh mana sih, perasaan semalam ada di sini deh."
"Astagahhh. Pasti kerjaan nya Momo nih ishh." Ara tidak berhenti mengomel dari tadi dan itu cukup membuat telinga Rendi sakit mendengar nya.
Pintu kamar terbuka Rendi berdiri di sana menatap nya dengan kesal. "Ada apa sih, ini masih pagi."
"Kak buku pr fisika ku gak ada. Padahal semalam masih ada."
"Makan nya udah tau barang penting, bukan nya di simpan baik-baik malah di taro gitu aja." Rendi segera membantu nya mencari kesana kemari tapi nihil.
Ara pasrah, dia pasti akan di hukum lari keliling lapangan kali ini.
"Gak ada, percuma. Mending kak Rendi keluar, Aku mau siap-siap dulu." Kata nya memelas.
Rendi keluar dari sana menutup pintu dan berjalan menurun tangga. Rendi menatap Bunda yang sedang menyiapkan sarapan dan ayah tengah menyeruput kopi. Mereka tampak seperti keluarga bahagia yang penuh cinta bukan.
Bunda tersenyum di sana. "Buruan sarapan, mumpung nasi goreng nya masih anget."
Ara berjalan menyusul mengambil tempat di samping Rendi gadis itu masih saja cemberut. "Kenapa Ra? Jutek gitu muka nya."
"Buka pr dia ilang. Dari tadi di cari gak ketemu." Jawab Rendi dengan memasukan satu sendok nasi goreng
"Loh, bukan yang ada di sofa itu ya?" Tunjuk Bunda ke arah sofa di ruang keluarga.
Ara berlari cepat kesana, hampir kesandung sedetik kemudian tertawa. "Astaga, semalam kan Ara kerja di sini ya bunda."
Bunda hanya menggeleng dan Rendi mencebik kesal. "Punya otak kok pelupa banget sih. Masih muda juga." Hardiknya.
Ayah berdiri dari sana mengangkat telepon kemudian pergi begitu saja. Tanpa peduli yang lain. Bunda hanya bisa tersenyum mengatakan bahwa ayah sangat sibuk mengerjakan proyek baru.
Rendi diam tahu betul itu hanya alasan yang akan selalu diucapkan Bunda di saat seperti ini.
"Gak usah di pikirin sikap ayah." Mereka berdua kini telah di dalam mobil menuju sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
GERAGA (Back To School)
Teen FictionTidak pernah sekalipun Nedara berpikir kehidupan remaja nya akan menjadi sangat luar biasa kedatangan sesosok lelaki dengan seringai yang selalu ia perlihatkan di hadapan perempuan itu. Sekolah gempar atas kembali nya senior mereka yang telah lulus...