🌻Sixteen🌻

2.4K 149 0
                                    

Happy Reading

—————

Kriukkk.. Kriuk...
Suara kecapan makanan ringan menggema. "Jadi kau sekarang bekerja sebagai asisten pribadi bos besar?" Tanya Helen sambil memakan camilan keripik kentangnya.

"Bisa dibilang begitu," ujar Luna menyilangkan kakinya disofa milik keluarga Lautner tersebut.

Hari ini weekend sehingga Luna dapat berkunjung ke rumah sahabat lamanya ini untuk melepas rindu dan sekaligus bermain.

"Apakah dia tampan? Siapa namanya?"

"Namanya Nicholas Peterson," ujar Luna santai sambil memeluk bantal sofa.

Uhukk.. uhukk.

Helen yang asik memakan camilannya menjadi terkejut seketika. "Apa kau menjadi asisten pribadi seorang bos besar Nicholas Peterson?!" Sentaknya.

"Iya dan dia memang cukup tampan," Luna mengangguk mencomot camilan Helen.

"Cukup tampan katamu?! Dia benar - benar tampan bagaikan dewa yunani! Bagaimana kau bisa bekerja dengannya? Ah beruntungnya dirimu aku jadi iri denganmu," Luna pun menceritakan bagaimana dia bisa bekerja ditempat Nicholas.

Nicholas memang cukup terkenal karena bisnis yang dimiliki keluarganya sehingga tidak sedikit orang yang tidak mengetahui kehidupan seorang bujangan sukses yang rupawan ini.

"Dia cukup baik juga ternyata, tapi yang kudengar bosmu itu sifatnya dingin dan dia sangat workaholic ya,"

"Sebenarnya tidak juga, dia orang yang baik tetapi sikapnya terkadang memang cukup dingin dengan kebanyakan orang,"

Sebulan sudah Luna bekerja sebagai asisten pribadi Nicholas. Kemana pun bos besar itu pergi pasti Luna akan mengekorinya bak anak anjing yang bersama tuannya.

Nicholas tidak membiarkan Luna dengan bebas berkeliaran begitu saja meskipun itu jam istirahat, dimanapun ia berada Luna harus disampingnya.

Dalam kurun waktu sebulan ini pun Luna dapat melihat sifat kepribadian Nicholas yang asli. Pria ini terkadang hangat untuk beberapa orang dekatnya dan bisa menjadi pribadi yang sangat dingin didepan banyak orang yang tak begitu mengenalnya.

"Haiii girls!!!"Jason yang keluar dari kamarnya keluar menghampiri mereka berdua disofa.

"My darl aku merindukanmu," ujar Jason ingin memeluk Luna yang langsung dihadiahi lemparan bantal sofa oleh gadis itu. Helen hanya memutar bola matanya melihat kelakuan kakaknya yang selalu menggoda sahabatnya, ia sudah biasa.

"Enyah kau Jason!" Jason hanya membalas dengan cengiran khasnya.
"Bagaimana dengan kekasihmu yang berada di Washington itu? Tidak bosan apa, kau selalu menggodaku?!" Ujar Luna.

Jason yang tadinya ceria wajahnya kini berubah menjadi sendu. "Entahlah.. akhir - akhir ini ia sulit untuk dihubungi," Kedua wanita yang berada dihadapannya ini pun saling pandang. Meskipun Jason sangat menyebalkan tapi dia adalah pria yang baik bagi keduanya. Mereka pun akan ikut sedih jika diantara mereka yang sedang bersedih.

"Hmm.. apa kau sudah mencoba menghubungi teman - temannya?" Tanya Helen.

"Sudah dan mereka berkata bahwa Julie sedang sibuk," jawab Jason lesu.

"Nah berarti kau jangan terlalu memikirnya, mungkin dia memang benar - benar sibuk dan lelah," sahut Helen lembut, Luna mengangguk menyetujui ucapan Helen.

"Daripada bersedih bagaimana kalau aku menginap disini dan kita bisa movie marathon bersama sampai pagi lagipula besok kan hari minggu," Ucap Luna tersenyum mencoba mencairkan suasana.

Pretty Sunflower (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang