Teman.

1.9K 131 1
                                    

Sebelum ledakan terjadi.

Terlihat Naruto dan Sasuke mengatur nafasnya, mereka saling menatap satu sama lain dengan pandangan membunuh.

"Satu pukulan lagi kau akan kalah Teme!" Ledek Naruto.

Sasuke hanya diam mendengar ocehan Naruto. Sasuke menarik selimut dan melemparkan kearah Naruto.

"Wa- Apa ini?" Tanya Naruto panik, kini pandangan dihadapannya gelap.

Sasuke berlari dan loncat dihadapan Naruto. Sasuke melayangkan kaki nya, tepat ke arah perut Naruto.

BUGH

Naruto terlempar kebelakang, Sasuke yang melihatnya hanya tersenyum.

"Huh, 1-0." Ucap Sasuke santai.

"Agh! Tadi itu licik sekali Teme!" Teriak Naruto. "Bahkan kau menggunakan barang barang." Lanjut Naruto.

"He? Apa kau tidak menyadari, bahwa kau daritadi menggunakan guling dan bantal untuk mengalahkan ku?" Tanya Sasuke.

"Guling dan bantal itu empuk Sasuke!" Teriak Naruto.

"Dan, selimut itu ringan Naruto!" Balas Sasuke.

"Ringan apanya, bahkan perutku terasa sakit!" Protes Naruto.

"Itu kaki ku bodoh!" Teriak Sasuke.

Keduanya mengatur nafas, kini pandangan membunuh itu sudah hilang dari mata mereka.

Naruto bangun, "Baiklah, karena aku lebih dewasa maka ayo kita berdamai." Ucap Naruto di hiasi denga senyumannya.

"Pecundang." Ucap Sasuke, lalu Sasuke pergi meninggalkan Naruto.

Baru beberapa langkah, Sasuke merasakan firasat tidak enak.

"Naruto." Panggil Sasuke.

"He?" Balas Naruto, ia masih memasang muka kesal.

"Akashi dimana?" Tanya Sasuke, dari nada nya kini Sasuke merasa ada yang tidak beres.

"He, Aka.. dia pergi jalan jalan." Jawab Naruto.

"Memangnya ada ap-" Ucapan Naruto terhenti.

Tidak jauh dari tempat mereka muncul cahaya sekilas.

DUARRR

Gempa, mereka merasakan gempa kecil.

"He, ada apa ini?" Tanya Naruto kebingungan.

"Naruto, ayo pergi cari Akashi." Ajak Sasuke.

"Maksudmu-" Ucapan Naruto lagi lagi terpotong.

"Sudahlah, jangan banyak bicara!" Sasuke berteriak seraya menarik tangan Naruto. Mereka pun keluar dari penginapan menuju sumber suara tersebut.

Sementara itu ditempat Akashi. Pandangannya gelap, yang ia lihat hanya warna hitam.

"Aku, sudah mati?" Gumam nya.

"Tentu saja belum." Suara itu, Akashi yakin pernah mendengar suara itu.

"Dimana aku?!" Teriak Akashi.

Warna hitam itu menghilang perlahan dari hadapan Akashi. Akashi terkejut bukan main, yang ia lihat dihadapannya kini hanya bekas ledakan yang besar. Akashi menoleh kebelakang.

"Kau?!" Akashi kebingungan melihat orang yang melindungi dirinya.

"Apa kau tidak mau berterimakasih Akashi? Oh ya, namaku Sara." Ucap Sara.

"A-ah, terima kasih." Ucap Akashi.

"Mari, aku bantu." Sara mengulurkan tangannya, tentu saja Akashi menyetujui hal itu.

The Return of The HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang