01 || FIRST MEET

16 2 0
                                    



---

Shin Yura keluar dari lift dengan sempoyongan. Wanita itu berjalan dengan berpegangan pada dinding disisi kirinya. Yura berusaha menarik kesadarannya saat tiba di depan pintu apartemen miliknya. Beberapa detik berdiri disana untuk mengingat rangkaian angka untuk membuka pintu itu. Tapi sialnya Yura yang mabuk tidak akan mengingat apapun.

Setelah mengacak rambutnya kasar Yura bergeser pada pintu di samping tempat tinggalnya itu. Mungkin malam ini ia akan tidur di tempat Song ahjumma yang tinggal di sebelah.

Sudah menjadi kebiasaan untuk Yura menumpang tidur di rumah tetangganya, di saat ia sedang hangover seperti saat ini. Dan untungnya ahjumma itu cukup berbaik hati mengizinkan Yura bermalam di ruang tamunya.

Tiga kali Yura menekan bel dan pintu mulai terbuka. Bukan wanita berusia 46 tahun yang menyambutnya kali ini, melainkan seorang lelaki berbadan tegap yang memakai kaus hitam berlengan pendek, dengan rambut yang acak-acakan, tanganya bersedekap di depan dada dengan raut wajah yang sulit di artikan.

"Ahjumma aku datang." Yura menunduk sembilan puluh derajat lalu melangkahkan kaki memasuki rumah itu. Namun saat akan melewati pintu lelaki itu tiba-tiba menarik bagian belakang kerah baju Yura, membuat Yura menghentikan langkahnya.

"Memangnya siapa yang menyuruhmu masuk?" Tanya lelaki itu datar. Dengan tidak melepaskan tangannya dari kerah Yura, lelaki itu mengamati wajah Yura lalu tatapannya turun pada tubuh Yura kemudian kembali pada wajah Yura.

Sementara Yura berusaha melepaskan cengkeraman lelaki itu.

"Lepaskan." Yura menepis tangan lelaki itu dan berusaha masuk kembali ke dalam rumah. Namun lelaki itu dengan sigap merentangkan tangan kirinya pada pintu untuk menghalangi Yura.

"Tolong biarkan aku masuk ahjussi. Song hjumma mengenalku kok. Aku ingin segera tidur tapi aku tidak dapat masuk ke rumahku sendiri, kumohon." Yura menyatukan kedua tangannya seperti memohon pada lelaki itu. Hidungnya memerah karena terlalu banyak minum, tatapannya sayu saat menatap lelaki itu.

Lelaki itu bergeming sementara Yura berguling menyandarkan punggungnya pada tembok di samping pintu. Ia sudah terlalu lelah untuk berdebat dengan lelaki itu. Tubuh Yura merosot dan duduk bersila.

"Kalau begitu aku akan tidur disini. Kalau besok aku mati dan beritaku muncul di surat kabar, kupastikan akan mengejarmu sampai ke neraka ahjussi."

Lelaki itu menggelengkan kepala, tidak percaya dengan ucapan wanita mabuk di hadapannya. Ia mengangkat kedua tangannya tanda tidak peduli lalu menutup pintu.

Hanya lima detik dan pintu itu terbuka lagi.

Lelaki itu berjongkok di depan Yura dan mendesah.

"sial." Yura malah tersenyum mendengar makian lelaki itu, ia mengedipkan matanya berkali-kali.

"Ahjussiii, biarkan aku masuk."

"pertama, jangan memanggilku ahjussi. Aku bahkan belum mempunyai anak, sialan."

"dan kedua, jangan menggodaku. Aku tidak tertarik pada wanita mabuk sepertimu." Lelaki itu melepaskan tangan Yura yang menarik-narik kausnya seperti anak kecil yang meminta permen.

---

Yura beberapa kali mengerjap mengamati sekelilingnya, ia menggaruk kepalanya mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Seingatnya semalam ia mabuk dan sempat berbicara pada lelaki yang tinggal di rumah Song ahjumma. Mungkin lelaki itu adalah anaknya.

"Tapi Song ahjumma kan tidak memiliki anak." Ucapnya pada diri sendiri.

Saat Yura sibuk dengan pikirannya sendiri, muncul seorang lelaki yang mungkin berusia 30 an dengan pakaian rapi. Lelaki itu mengancingkan jasnya seraya menatap Yura.

"Kamu siapa? Song ahjumma dimana?"

"Song ahjumma, Siapa dia? entahlah aku tidak mengenalnya." Lelaki itu mengangkat bahu seolah tidak peduli dengan pertanyaan Yura.

"Orang yang tinggal disini. Song ahjumma, apa kamu tidak mengenalnya?" Yura menaikkan nada bicaranya, menyebalkan sekali lelaki ini.

"Ahh, orang itu. Dia sudah menjual rumah ini beberapa bulan yang lalu, dan sekarang aku pemiliknya."

"Lalu kenapa aku ada disini?" Lelaki itu menatap tak percaya ke arah Yura.

"Kamu tidak ingat semalam membuat keributan di depan rumahku?"

"sekarang pergilah. Wah kamu bahkan menganggap tempat ini seperti rumahmu sendiri." Lelaki itu menatap barang-barang Yura yang berserakan di sekitar tempat itu.

Coat hitamnya yang tersampir di punggung sofa, tas dan sepatu yang entah bagaimana ada di atas meja, dan kemeja yang berada di dekat kaki Yura.

Refleks Yura menutupi tubuh bagian atasnya yang hanya di balut kaus tipis. Yura menatap tajam kearah lelaki itu.

"Apa yang kau lakukan padaku?" Yura meraih coat dan memakainya asal. Lelaki itu tidak menjawab malah semakin mendekat kearah Yura.

"Ku tanya apa yang kau lakukan padaku?" Yura mengulangi pertanyaannya dengan nada lebih tinggi. Lelaki itu menyeringai.

"Aku bahkan tidak menyentuh sehelai rambutmu pun. Sekarang pergilah dan berhenti menuduhku yang tidak-tidak." Yura masih menatap lelaki itu dengan tajam, ia berdiri dari duduknya namun tetap diam di tempat.

"Kamu pikir aku percaya? Apa mungkin seorang lelaki akan diam saja melihat wanita asing yang sedang mabuk memasuki rumahnya, dan tidak melakukan apapun."

Lelaki itu hanya terkekeh seraya memainkan lidahnya di dalam mulut, perlahan mendekat kearah Yura.

"Ya tentu saja wanita seksi sepertimu menarik. Tapi sayangnya aku tidak tertarik bercinta dengan wanita mabuk yang tidak tahu tempat." Lelaki itu kini berdiri tepat di depan Yura. Ia membasahi bibirnya seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Tapi kalau sekarang aku bisa. Aku masih punya waktu sebelum berangkat bekerja." Yura mengepalkan tangannya yang masih memegangi coat di depan tubuhnya.

"Ponsel, kemarikan ponselmu." Lelaki itu tampak berpikir dengan ucapan Yura.

"Ahh kamu ingin merekamnya. Baiklah tunggu sebentar." Lelaki itu merogoh saku jasnya.

"Dasar gila. Aku tahu kamu pasti mengambil gambar tubuhku semalam, atau bahkan kamu merekamya?"

Lelaki itu berdecak tak percaya dengan ucapan Yura.

"Sepertinya kamu belum sadar dari mabukmu nona. Apa aku terlihat segila itu sampai harus merekam seorang wanita mabuk sepertimu."

"Sekarang pergilah dari tempat ini dan bersihkan kekacauan yang kamu buat."

Lelaki itu memasukkan tangan kanannya pada saku celana dan berjalan ke dapur, mengambil tehnya lalu menyesapnya sedikit.

Yura merapikan coat yang di pakainya saat ponselnya tiba-tiba berdering. Ia melirik sekilas layar ponselnya lalu dengan cepat mengambil barang-barangnya. Lelaki itu hanya mengamati apa yang di lakukan Yura dengan senyuman sinis menghiasi bibirnya.

---



Hai, selamat datang di cerita FF pertamaku ini.

kuharap kalian dapat menikmati cerita yang kubuat ini ☺



jangan lupa tambahkan ke library untuk dapat notif update

vote dan komen supaya aku semangat update

And see me on ig @golden.space_eh

With love

Riis 💜

ANGEL FROM HELL [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang