Chapter 12

63 9 2
                                    

Jangan terlalu membenci
seseorang.

••


Malam ini udara sangat dingin,menyelimuti tubuh mungil Anya. Tak ada bintang satu pun yang muncul diatas langit, mungkin malam ini langit akan menangis.

Saat ini Anya sedang berada di balkon kamarnya sesekali termenung dan menikmati hembusan angin yang sangat dingin malam ini. Sebenarnya waktu kecil Anya tidak kuat dengan dinginnya angin malam, namun entah kenapa malam ini ia ingin menikmati dinginnya angin malam yang setelah sekian lama tak pernah ia rasakan kembali.

Pikirannya saat ini dipenuhi oleh seseorang yang sangat ia benci. "Ish, kenapa dia selalu ada dipikiran gue! Dan kenapa gue ketemu sama cowo kaya dia sih?!" tanya nya pada diri sendiri dengan kesal. "Gue benci sama dia!Aww..!" ringis Anya karena sudah memukul mukul meja yang tak bersalah dan malah menjadi sasaran amukannya.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Anya. Siapa lagi kalau bukan Bunda atau Alif tapi, tidak mungkin Alif. Biasanya kalau ia ingin ke kamar Anya ia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Fixs ini pasti Bunda.

"Masuk aja bun, gak dikunci" teriak Anya yang masih setia duduk di balkon kamarnya. Pasalnya saat ini ia sangat mager (Malas Gerak).

Vanya pun masuk ke dalam kamar Anya tapi, dilihatnya Anya tidak ada di didalam kamarnya. Saat ini pikiran Vanya tertuju pada balkon.

"Anak itu susah banget dikasih tau" gerutu Vanya.

Vanya pun berjalan lagi menuju balkon yang tak jauh dari tempat tidur Anya.

"Astaga, Anya kamu ngapain disini? Ayo sayang masuk disini dingin. Kamu kan gak kuat sama angin malam, nanti sakit." cerocos Vanya mengomeli anak gadisnya yang sangat susah diatur.

"Ya kan itu pas Anya masih kecil bun, sekarang kan beda. Gimana sih bunda" protes Anya dengan bibir yang mengerucut ke depan.

"Ngebantah mulu kamu tuh, udah sekarang masuk." ucap Vanya dengan penuh penekanan.

"Bun bentar, Anya mau tanya" ucapnya.

"Di dalam aja tanya nya, disini hujan syaang" jawab Vanya lalu berdiri dan masuk ke dalam kamar Anya.

Tak lama pun air hujan pun turun dengan derasnya membasahi tanah.

Anya yang mendegar itu pun memutar bola matanya malas, lalu ikut masuk ke dalam kamarnya.

Saat ini mereka tengah duduk di sofa berhadapan. Inilah waktu yang tepat untuk Anya menanyakan apa yang ia ingin tanyakan pada bunda nya.

"Mau tanya apa, hm?" tanya Vanya lebih dulu.

"Gini bun, bunda pernah ngga sih punya temen cowo yang ngeselin banget sampe bunda bener bener benci sama dia?" tanya Anya. Ya, pertanyaan itu yang ia ingin tanyakan pada bunda nya, mungkin menurut Anya bunda nya mengalami peristiwa yang sama sepertinya.

"Owh ada kok." ucap Vanya.

"Siapa bun?" tanya Anya dengan penuh penasaran.

"Kamu kenapa sih?" kekeh Vanya yang melihat muka anak gadisnya yang sangat imut.

"E-engga papa kok. Cuma mau tanya aja bun" ucapnya gelagapan.

"Hayo kamu kenapa, hm?" tanya Vanya memeluknya dari samping.

"ih, bunda apaan sih. Orang Anya gapapa"

"Kamu gak bisa boong sama bunda, sayang. Kamu pas---"

Bad Boy VS Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang