"Aku ingin hubungan ini berakhir"
Kini, Jaemin menatap gadisnya dengan tatapan kecewa. Tidak habis pikir dengan kata kata yang baru saja gadis itu lontarkan padanya.
"Apa kau akan menyerah hanya karena dia melabrak mu?"
"Tidak"
Yang kemudian Jaemin mengangkat alisnya dan menunggu lanjutan dari gadisnya.
"Lalu?"
"Aku sudah lelah dengan siksaan yang diberikan oleh keluarga mu. Dan aku ingin ini semua berakhir"
Jaemin menggeleng dan menatap tajam kearah gadisnya.
"Tidak. Aku tidak ingin kau mengakhiri hubungan ini"
"Jaemin..., Ayolah. Kau bisa mendapatkan gadis yang lebih baik dariku. Jangan lupakan bahwa kau lelaki tampan dan memiliki kekayaan yang melimpah"
Jaemin kembali menggeleng. "Tidak. Aku tidak mau"
"Jaemin..." gadis itu kembali membujuk
"Sebaiknya kau menjawab dengan jujur. Apa yang membuat mu tiba tiba berubah seperti ini?"
Gadis itu diam sejenak. Dan kemudian berucap
"Maaf kan aku Jaemin, sejujurnya aku sudah memiliki hubungan spesial dengan lelaki lain, yang mampu membuat ku jauh merasa aman dan nyaman setiap bersamanya"
Jaemin tercengang dengan apa yang baru saja gadisnya katakan. Apa-apaan ini? Apa dia baru saja dipermainkan oleh gadis yang sangat dia cintai?
"Ku tau kau sedang berbohong" Jaemin berusaha terlihat tenang didepan gadisnya itu. Walaupun tidak bisa disangkal, bahwa saat ini hatinya terasa nyeri, bahkan sangat nyeri.
"Apa yang kudapatkan jika berbohong padamu?"
"Katakan padaku siapa lelaki itu?"
"Untuk apa aku mengatakannya? Apa yang akan kau lakukan jika kau mengetahui siapa lelaki itu? Apa kau akan berhenti menggangguku dan menjauh dari ku? Jika iya. Aku ku tunjukkan padamu"
Jaemin tidak habis pikir dengan gadis yang saat ini berhadapan dengannya. Dia bukan Micha yang Jaemin kenal. Micha yang lembut dan penyayang. Ini adalah iblis yang menjelma sebagai Micha.
"Baiklah. Pertemukan aku dengan lelaki itu"
Micha tersenyum manis dan beranjak dari kursinya. Sebelum melangkah pergi meninggalkan Jaemin, dia kembali berucap. "Baiklah. Oh ya, berarti kau sudah menyetujui bahwa kita akan berpisah, dan kau akan menjauh dari ku bukan?"
Jaemin mengangguk tanpa menatap wajah Micha.
Selama lima belas menit Jaemin hanya melamun. Tidak bergerak sedikitpun. Hanya menatap kosong kearah gelas yang berisi jus segar didalamnya.
"Jaemin" lelaki itu langsung yang menoleh pada sumber suara yang memanggil namanya.
"Kau pasti sudah mengenalnya bukan?"
Jaemin sedikit terkejut dengan itu. Tetapi dia hanya bersikap seolah dia sudah tau bahwa dialah biang keladinya.
"Ya"
"Bagaimana? Apa kau sudah puas melihat wajah kekasih ku?"
Apa? Apa yang barusan dia katakan? Kekasih? Apa dia tidak memikirkan perasaan Jaemin saat dia berucap seperti itu? Baiklah. Jaemin sekarang sudah tau gadis seperti apa yang selama ini dia cintai.
"Kuharap kalian bahagia karena telah mengkhianati ku dengan cara seperti ini." Jaemin bangkit berdiri dan menatap lelaki yang kini digandeng oleh kekasihnya. Oh maaf. Mantan kekasih maksudnya.
"Oh ya, dan kau Jisung. Selamat. Kau sudah berhasil mengalahkan ku. Aku mengakui keahlian mu dalam merebutnya dariku dengan cara yang licik" dan kemudian Jaemin pergi meninggalkan Micha dan Jisung yang tidak berhenti mentapnya sejak tadi.
Mata Micha memanas, dan lututnya seperti sudah tidak memiliki tenaga bahkan hanya untuk berdiri.
"Mik? Apa kau baik baik saja?" Jisung yang menyadari keadaan Micha, langsung membopongnya keluar dari cafe itu.
Setelah masuk kedalam mobil, Jisung tidak langsung membawa Micha pulang. Dia menunggu sampai Micha berhenti menangis dan berusaha untuk menenangkan nya.
"Jisung, maafkan aku karena sudah menyeret mu dalam masalah ini" Micha yang terlihat sudah membaik menoleh pada Jisung yang dari tadi hanya fokus kedepannya dengan tatapan kosong.
"Tidak apa-apa"
Micha tersenyum pada Jisung. Dia bersyukur memiliki sahabat seperti Jisung. Sahabat yang selalu ada disaat senang maupun susah.
"Mik" Jisung menggantungkan kalimatnya
"Ada apa?"
"Mengapa kau memilih untuk menyerah? Bukankah kau sangat mencintai Jaemin?"
"Aku memang mencintai nya"
"Lantas? Mengapa kau memilih untuk meninggalkan nya?"
"Keluarga nya mengancam akan membuang Jaemin ketempat jauh, dan membuatnya merasakan kerasnya dunia, jika aku terus bersama dengannya. Dan aku tidak ingin itu terjadi. Ini adalah jalan terbaik"
Jisung tersenyum dan mengelus puncak kepala Micha.
"Jaemin beruntung memiliki mu"
"Tidak juga"
Jisung menatap Micha dengan tatapan bertanya. "Kenapa?"
"Bahkan dia sangat menyedihkan karena pernah mencintai dan memiliki gadis miskin seperti ku" Micha tertawa hambar dan kini, sudah ada air mata yang bersiap-siap untuk meluncur dari kelopak matanya.
"Hei! Sudahlah. Kau jangan menangis lagi. Menangis membuat mu terlihat semakin cantik"
Micha memutar bola matanya. "Dan disaat seperti ini kau masih saja suka menggodaku"
"Jadi kau merasa digoda?" Jisung berusaha untuk membuat Micha tersenyum dan melupakan masalahnya walaupun hanya sebentar.
"Tidak juga"
***
💞💞💞
![](https://img.wattpad.com/cover/229779489-288-k128352.jpg)