NOL - SATU ✓ TEMU

27 3 9
                                    

Didedikasikan buat teman-temanku yang pada somplak tapi ngangenin.
Kamu?

Iya, iya, kamu.

Mwehehe...

>.<

Happy reading, and sorry for typo 🙏

✓✓✓

||Jika pertemuan pertama meninggalkan kesan.
Maka selamat! Pertemuan aku dan kamu, meninggalkan banyak ancaman.
Ya, ancaman untuk jantungku abang cogan!||

✓✓✓

Mata bening itu menyusuri apapun yang ia lihat. Sesekali ia bersenandung kecil sambil memainkan rambutnya yang tampak lepek oleh keringat.

Ruang minimalis, berukuran kurang lebih sepuluh kali delapan meter. Cukup nyaman, walaupun terlihat terlalu kaku. Cat dinding yang berwarna hitam putih serta beberapa hiasan yang berwarna senada menampilkan kesan mainly untuk gadis itu.

Tak seperti ruangan guru ataupun staf lain, ruangan yang tengah dipijaknya kini terlihat sangat rapi. Meski terdapat rak gantung, tapi yang dipajang di sana hanyalah kumpulan hiasan menarik yang sekilas terlihat seperti artefak atau peninggalan-peninggalan kerajaan tempo dulu.

Beralih ke sisi yang lain, gadis itu beralih memainkan bola basket yang ada di pelukannya sambil mengamati piala-piala besar yang dipasang di lemari kaca yang pastinya juga raksasa untuk ukuran lemari biasa.

Ternyata rumor yang ia dengar lewat teman-teman di sekolah lamanya itu benar. Bahwa sekolah swasta ini memiliki siswa-siswi yang tak kalah berprestasi dari siswa negeri yang selama ini selalu diprioritaskan.

Buktinya, sejak pertama memasuki sekolah barunya, Pia selalu dibuat berdecak kagum oleh sekolah itu. Selain siswa-siswi yang punya banyak bakat, sekolahnya juga memiliki keindahan dan kemegahan yang lebih bahkan jauh diatas sekolah negerinya yang lama.

Pia kembali menoleh kekanan-kiri (nyebrang kali ye?) sambil memperhatikan apa yang menurutnya menarik.

Sudut bibirnya berkedut saat melihat foto cukup besar yang melukiskan sosok cowok tampan sedang memegang bola basket sama seperti yang ia pegang. Memang benar adanya kalau cowok GHS berisi cogan-cogan asli, no tipu-tipu! Tapi bukan itu yang membuat Pia terkagum-kagum.

Melainkan sebuah piala disamping cowok itu. Piala yang menjulang setinggi hampir satu setengah meterlah yang berhasil membuatnya tercengang.

Buseet! Itu piala atau tongkat?

Panjang amat.

Pia beralih mengamati ke sisi pojok ruangan. Lalu kembali menatap apapun, yang mungkin terlewatkan oleh matanya. Tapi tetap saja seseram apapun, sekaku apapun dan segelap apapun ruangan ini hanya satu kata yang pantas Pia beri untuk ruangan ini. Emeeejing!

"PAMELA!!"

"PIA!"

Pia terjengkang di tempatnya. Sentakan dua makhluk entah dari mana berhasil membuat Pia kembali ke alam nyata. Cewek itu mengelus dada beberapa kali sebelum akhirnya merapikan posisi.

"You itu kalau me omelin harusnya jawab kek, balas kek or anything gitu. Lah ini? Ditanya diem, diajak ngomong diem, dipanggil nggak denger. Did you hear what i say? huh!" Mrs .Eva meminum airnya tergesa-gesa setelah meluapkan emosinya, pada salah satu siswi terbengal yang ia kenal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang