1.|Pesan pertama|

31 13 0
                                    

Apa julukan untuk orang yang suka mengancam lewat pesan? Yap! Pecundang.
-T E G A R-

Happy Reading..

I remember years ago

Someone told me I should take

Caution when it comes to love, I did

And you were strong and I was not

Lagu berjudul imposibble itu mengalun dari sebuah ponsel berlogo apel digigit milik seorang lelaki yang kini masih berkelana dialam mimpi.

Namun tak lama kemudian lelaki yang tidur dengan telungkup itu kini mulai mengerjapkan mata beriris coklatnya beberapa kali. Saat kedua matanya sudah sedikit terbuka lelaki itu beralih menjadi tidur terlentang, ia kemudian meraba sisi ranjangnya yang kosong untuk mencari letak ponselnya yang masih berbunyi.

Setelah mendapatkannya ponselnya, lelaki itu segera mematikan lagu milik alan walker yang memang ia pasang sebagai nada dering alarmnya. Kemudian lelaki itu melempar ponselnya ke kasur dengan asal.

Seraya menguap lebar dan meregangkan otot-otonya, lelaki itu merubah posisinya menjadi duduk. Diliriknya lagi layar ponselnya yang kini sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Ia kemudian turun dari ranjangnya. Berjalan gontai kearah kamar mandi sambil sesekali menguap lebar.

Sepuluh menit kemudian lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan keadaan shirtless dan hanya mengenakan handuk sebatas pinggang.

Tok.tok.tok

"Bang Tegar udah bangun belum?" Tanya seseorang dari luar kamar.

Lelaki tampan yang tengah memilah baju dilemarinya itu menoleh kearah pintu. "Udah!"

"Yaudah cepet turun ya? Kita sarapan bareng,"

"Iya.."

Sesaat setelah suara wanita itu tak terdengar lagi. Lelaki bernama tegar itu langsung menyambar satu setel seragam yang akan ia gunakan hari ini.

Selesai memakai seragam dan memakai jaket parasutnya, Tegar bergegas turun ke lantai satu rumahnya seraya menyampirkan tas dibahu kanannya.

Sesampainya di meja makan. Rupanya kedua orang tuanya serta kakaknya sudah duduk manis disana.

Ia pun langsung mendudukan dirinya pada salah satu kursi disamping kakak perempuannya. "Tumben bangun pagi?"

Tegar melirik malas. "Ada ujian,"

Kakaknya terkekeh. "Akhirnya lo tobat juga! Jadinya gue gaperlu manggil ustadz buat bantu ruqyah,"

Mendengkus. Tegar memilih tidak meladeni ledekan perempuan disampingnya. Bisa-bisa ia nanti jadi telat karena adu mulut dengan kakaknya.

Erina-ibunya- menyodorkan piring berisi nasi goreng dan telur mata sapi kepada Tegar. "Abang lusa ultah kan ya?"

"Hm,"

"Mau dirayain dirumah aja atau di gedung kayak tahun kemarin?"

Itu bukan pertanyaan dari bundanya. Melainkan dari seorang pria paruh baya yang kini juga tengah menikmati makanannya.

"Gausah dirayain," Jawabnya dengan mulut yang tetap mengunyah menu sarapannya.

Pria itu menggeleng tidak setuju. "No! Harus dirayain dong boy! Kamu kan anak kesayangan papa,"

TEGAR (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang