Jika sesuatu sudah terlanjur dimulai maka harus ada kata selesai.
-T E G A R-Happy Reading..
"Sialan lo! Itu baso punya gue ngapain lo embat?!"
Kalimat kasar dari mulut Akbar itu ditujukan untuk Rafli yang kini duduk berdampingan dengannya. Tegar katanya ingin menelpon seseorang sebentar, jadi keduanya pamit pergi ke kantin terlebih dulu untuk memuaskan perut mereka yang sudah kelaparan.
Rafli berhenti mengunyah dan matanya menyipit. "Lo ga ikhlas?"
"Bukannya gitu, tapi- Ah udahlah lanjut makan!" Akbar melanjutkan makan dengan raut wajah masam dan mulut yang masih komat-kamit tanpa suara.
"Yaelah bar gitu aja ngambek! Pesen lagi aja sana, Nanti gue--" Akbar menoleh dan langsung menyela. "Nanti lo bayarin gitu?"
"Enak aja,"
Akbar berdecak kesal. "Terus ngapain lo nyuruh gue pesen lagi monyet?!"
"Hehe maksud gue tadi, lo yang pesen nanti gue yang bayar. Tapi pake uang lo!"
"Golok mana golok?"
"Buat apaan?"
"Menggal pala lo!"
Bukannya takut dengan perkataan Akbar. Rafli justru terkekeh. "Halah emangnya lo berani menggal pala gue? Liat darah aja muntah-muntah gitu,"
Mendengkus kesal lalu mulai menyantap makanannya. Akbar memilih diam, karena ia tahu betul kalau Rafli ini sangat pandai dalam hal berdebat. Dan Rafli tentu juga sudah tau kalau Akbar itu paling tidak berani dengan yang namanya darah.
Sesaat kemudian Tegar datang. Membawa lima kotak bekal makanan yang belum sama sekali dibuka. Dengan gerakan sedikit kasar, lelaki itu menaruh semua kotak yang berisi makanan dari para fansnya tadi ke meja seraya mendudukan tubuhnya.
"Tumben hari ini cuma lima?" Tanya Rafli yang kini membuka salah satu kotak bekal berwarna merah muda.
Tegar yang paham dengan maksud dari pertanyaan Rafli itu menjawab. "Tadi sih ada tujuh, yang dua udah gue kasih ke satpam sama tukang kebun." Kedua sahabatnya pun hanya mengangguk paham.
Hal ini sudah lumrah terjadi. Setiap harinya ada saja yang mengirim bekal pada Tegar, baik itu secara diam-diam ataupun terang-terangan. Padahal mereka sudah tau, kalau makanan yang mereka beri tak akan dimakan oleh Tegar. Tapi yasudahlah, terserah mereka saja.
"Eh gimana? Lo dapet teror lagi ga?" Tanya Akbar yang mulai membuka sesi tanya jawabnya. Tegar bungkam, lelaki itu terlihat enggan untuk menceritakan mengenai teror yang ia alami kemarin sore.
"Engga," Dustanya.
"Kalo emang iya, gausah sungkan buat cerita!" Ucap Rafli menepuk pelan bahu Tegar.
"Thanks!"
Kemudian mata Tegar melirik kearah satu kotak berwarna biru tua yang belum dibuka. Lelaki itu menggeser kotak tersebut kearahnya, Rafli dan Akbar pun saling pandang, tumben sekali Tegar bersikap seperti itu? Karena setiap ia mendapatkan kiriman berupa bekal, lelaki itu sangat enggan untuk hanya sekedar melihat isi dari bekal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGAR (On Going)
Diversos[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Lebih baik hidup susah tanpa kebohongan dari pada hidup bahagia namun tak ada kejujuran!" Adakah disini manusia yang suka dibohongi? Bahkan sepertinya seisi bumi ini pun serentak akan menjawab TIDAK! Sekalipun keboh...