[6] Gosip

77 7 1
                                    

Title: Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an
Version: 2
Writer: Adlfb_
Start: April 2020
Happy Reading 📖

***

Hari masih pagi tapi langit sudah membiru sempurna dengan sinar matahari sebagai penerangnya. Di hari Senin yang ceria ini, sekolah-sekolah juga menyambutnya dengan rutinitas biasa, yaitu upacara bendera.

"San, tumben enggak pakai dasi?" cetus seorang perempuan dengan rambut dikepang satu. Sanah pun meraba-raba kerah seragamnya. Dan benar saja, tak ada dasi yang menggantung di sana.

"Astaghfirullah, iya. Aku lupa taruh di bangku. Ya udah, aku ambil dulu, ya. Makasih udah ingetin aku," ucap Sanah dengan senyumnya yang sedikit malu-malu. Sambil terus berlari, Sanah menyalahkan dirinya yang mendadak pelupa pagi ini.

Saat sampai di dekat kelas, Sanah memelankan langkahnya. Pikirannya berkecamuk dengan hal yang terjadi pagi tadi. Ya, Marsya. Saking takutnya ia lupa membawa dasinya untuk dipakai. Biasanya ia memakai dari rumah, tapi pagi ini dia cukup terburu-buru karena menjadi petugas upacara.

"Lepasin! Gue yang dapet dulu!" suara itu membangunkan Sanah yang termenung. Telinganya menajam, dan dapat ia simpulkan bahwa di dalam bukan hanya ada seorang Marsya.

"Apa-apaan kamu! Jelas-jelas udah ada di bangkuku!" Sanah pun melangkah pelan ke dalam kelas. Dan ia dapati Marsya dan Syifa yang tengah tarik-menarik sesuatu.

"Eleh-eleh! Lo lupa sistem siapa cepat dia dapat?"

"Bodoh! Ini pakai sistem siapa dekat dia dapat, belegug!"

Dan teruslah mereka seperti itu. Syifa menarik benda panjang itu, yang tak lain adalah benda yang Sanah cari. Syifa menarik kuat-kuat dasi yang juga ditarik kuat oleh Marsya.

Sanah yang melihat mereka melintas di depannya, lamat-lamat memerhatikan dasi itu. Jika dia perhatikan, itu memang persis miliknya. Karena di atas mejanya pun sudah tak ada dasi yang ia maksud. Sanah berniat melerai Marsya dan Syifa, namun ia tak digubris. Dia mencoba berbicara di sela-sela perdebatan mereka, namun sia-sia.

Marsya memperkuat tarikannya, dan ia berhasil membuat Syifa ikut tertarik. Namun ujung dasi masih digenggam Syifa. Pelan namun pasti, langkah mereka terus mendekati lapangan tanpa berhenti memperebutkan dasi itu.

"Lo kodok kurapan! Lepasin gak?!" teriak Marsya saat mereka berada di lapangan.

"Enggak! Ini punyaku!" tolak Syifa tak kalah geram.

"Punya gue!"

"Gak! Aku yang nemu dulu!"

"GUEEE!!"

"AKUUU!!"

Mereka benar-benar tidak ada yang mau mengalah. Bahkan hampir semua di lapangan itu melihat, mereka belum juga berhenti.

"EEEEE ....!!" mereka terus tarik-menarik dan menjadi tontonan pagi di lapangan yang cukup luas itu.

Langkah Syifa kian terseret dan hal itu tak luput dari penglihatan marsya. Ia tersenyum miring. Pasti kali ini dia akan menang. Saat Marsya hampir mendapatkan seperempat dari panjang dasi itu, tiba-tiba tumit kirinya tak sengaja menginjak batu yang cukup mengganggu keseimbangannya. Dan saat ia ingin menarik dasi itu lebih kuat, Syifa sudah berhasil menarik sepenuhnya, dan Marsya hanya menarik angin saja.

Ctass!!

Bruuk!

Marsya yakin dirinya jatuh. Tapi entah kenapa rasanya ia tak jatuh di tanah. Tapi di tangan seseorang!

Waktu tiba-tiba saja terhenti beberapa detik. Samar-samar terdengar suara siswa-siswi yang menganga melihat kejadian yang terhenti itu. Tak berapa lama, terdengarlah cuitan riuh dari beberapa siswa.

KISPA Versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang