[12] Levaendro Casso

74 8 3
                                    


Title: Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an
Version: 2
Writer: Adlfb_
Start: April 2020
Happy Reading 📖

***

"Syifa suka sama Damar-Damar itu? Sumpah, demi apa?" Marsya menatap selembar kertas di tangannya dengan tatapan tak percaya. Melisya yang di belakang Marsya pun penasaran dengan surat yang ada di tangan Marsya.

"Kak! Surat apaan itu? Mel-Mel mau tau dong!" celetuk Melisya dengan polosnya.

"Gak boleh! Kiyek baru lair gak boleh tau," sahut Marsya ketus membuat sang adik cemberut.

"Marsya! Melisya! Cepet turun, udah siang ini!" teriak Meisya tidak sabaran. Yang lain sudah lapar ingin sarapan, tapi kedua adiknya itu malah pameran di atas tangga. Marsya pun nampak santai-santai saja tanpa memerhatikan waktu yang terus bergulir.

"Enaknya gue apain ya? Kalo gue kasih gitu aja, gak asyik lah. Hmm ...."

"Kak Marsya jahat udah bikin Mel-Mel sakit hati. Mel-Mel bisa geger otak kalo penasarannya gak ilang. Please, Kak. Kasih tau Mel-Mel," rengek Melisya. Marsya jadi heran sendiri kenapa adiknya yang polos itu selalu berlebihan.

"Gak usah! Bocil dilarang keras!" ketus Marsya lalu kembali menuruni tangga. Tatapannya tak pernah lepas dari surat di tangannya. Hampir sampai ia di lantai dasar, tapi ia terjerembab oleh tali sepatunya sendiri. Dasar Marsya. Selalu saja terkena imbas karena kecerobohannya sendiri. Melihat itu, Melisya pun tidak bisa diam.

"Aaaa! Kaki Kak Marsya patah!" 

***

Sudah lima belas menit lebih Syifa mondar-mandir di depan gerbang sekolah sembari memainkan dasi yang seharusnya dipakai di kerah leher. Sudah dua puluh menit dia menunggu, tapi ia tak kunjung mendapati seseorang yang ia tunggu. Hingga pada akhirnya, bel masuk menengahi kerisauan seorang Syifa. Dia akhirnya masuk ke dalam sembari menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

Tapi belum sampai setengah menit berjalan, sebuah suara berat menghentikan langkahnya.

"Hei, punyamu jatuh." ucap seorang lelaki di belakang Syifa. Kontan, Syifa pun menoleh dan menatap dasi di tangan lelaki itu. Syifa melihat ke lengan kirinya, memastikan bahwa dasi yang tadi ia sampirkan asal-asalan memang terjatuh. Dan benar saja, dasi yang beberapa waktu lalu ia pilin-pilin sudah tidak ada pada dirinya.

"Oh, iya." balas Syifa datar karena mood-nya masih buruk. Sepertinya kekesalan Syifa pun menyetrum sampai ke lelaki itu.

Lelaki itu mengangkat dasi Syifa dan Syifa pun berinisiatif meraihnya. Tapi, sebelum tangan Syifa meraih dasi itu, si lelaki itu malah meletakkannya ke lantai. Syifa menatap lelaki itu dengan aura membunuh. Bisa-bisanya lelaki asing itu mempermainkannya. Sementara yang ditatap Syifa menyeringai sembari menaik-turunkan alisnya. Sungguh, Syifa kesal bukan main.

"Hei, kamu—"

"Ambil sendiri ya," potong lelaki itu cepat kemudian berlalu meninggalkan Syifa yang terbengong-bengong. Sementara lelaki itu tersenyum lebar di atas kekesalan Syifa.

"Sialan kamu!" umpat Syifa dengan kekesalan yang sudah memuncak. Tak lupa sumpah serapahnya ia haturkan untuk lelaki yang baru saja ia lihat.

***

Syifa duduk di bangkunya dengan tidak sabaran. Membuat meja di belakangnya terguncang akibat benturan kursinya. Sanah yang disampingnya pun sempat kaget karena ulah Syifa.

Tak lama kemudian, pak Amran selaku guru sejarah memasuki kelas itu. Biasanya pak Amran selalu membawa poster-poster dan buku-buku tebal setiap kali masuk kelas. Tapi kali ini pak Amran juga membawa seorang lelaki yang sepertinya murid baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISPA Versi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang