12. Ayah Ibu

8 1 0
                                    

Hallo semuanya, maafkan aitor ya 😭 selama ini ngilang dan Ndak update sama sekali dan baru kali ini bisa update :')

Semoga kalian juga masih setia membaca ceritaku :')

Oky langsung saja... ✨✨

Typo everywhere :)

"Berhenti Qil" jeritku ketika Quila mendekatkan gunting kearah leherku dan mulai mengelus-elus rambut panjanhku. "Apa maumu dariku? Apa salahku hingga kamu berbuat sejauh ini?" Kali ini aku bertanya dengan nada lebih renda dari sebelumnya, hatiku sesak rasanya, aku mulai takut mataku juga rasanya ingin meloloskan benih-benih bening tapi aku tak ingin terlihat lemah di depan tiga perempuan gila ini.

"Hemm... Salahmu ya? Apa ya salahmu" kali ini ia menjauhkan gunting itu dariku dan menatapku dengan tersenyum licik. "Salahmu banyak.. wanita 'Murahan'" kali ini tangan Yanti di rambutku telah di gantikan dengan tangan Quila, aku sangat sakit hati ketika ia menekankan kata murahan terhadapku.

"Sudah dibayar berapa kau, oleh Ellen dan Asraf?" Yanti benar-benar melukai hatiku dengan kalimatnya, seakan aku perempuan yang rela apapun demi uang.

"Hemmm dasar murahan" kali ini Quila berkata menja dengan menggosok lagi gunting dileherku. Ujungnya sidikit ia tekankan sunggu perih rasanya. Aku takut, apa aku juga harus meregang nyawa di lokasi yang sama dengan keluargaku. Ma, Pa, Faza apa kalian sudah menantiku kembali. Aku sudah tidak kuat benda bening itu telah lolos dari mataku, tawa ketiga perempuan gila itu menggoncang telingaku, nafasku sesasak benda tajam itu semakin terasa perih di sisi leherku dan semua terasa berat mataku sudah buram, mungkin ini saatnya aku menyusul mereka semua.

***

"Naviliaaa" suara lembut nan merdu itu terus menerus bergemah di telingaku, suaranya seperti pernah aku kenal, tapi entahlah aku tak yakin. Ku tengok kanan dan kiri semuanya gelap dengan perlahan aku berjalan mencari tombol lampu. Sekali lagi suara itu memanggil.

"Siapa kumu, dimana kamu?" Tanyaku dengan sedikit takut dan ragu. Tiba-tiba sebuah tangan lembut menarikku dari kegelapan yang pekat menuju sebuah taman di dekat air terjun yang indah banyak sekali suara burung-burung yang saling bersautan, pelangi terbentang di ujung air terjun yang bening bau asri sangat mengental di hidungku. Apa aku disurga? Apa aku kan bertemu keluargaku?. Aku melirik kearah gadis cantik yang menggandengku, parasnya sungguh ayu dengan lesung pipi yang begitu cekung bulu mata yang lentik rambut sebahu yang hitam pekat di sangat PS dengan kulit kuning Langsat. Apa dia bidadari penunggu surga ini?

"Aku tau pikiranmu Nav, jangan berpikir aneh-aneh saat ini, dan Jang tanya siapa aku" dia tersenyum ayu kearahku. Aku benar-benar dibuat minder olehnya. Aku mengguk mengiyakan ucapan bidadari di sisiku. "Nav, kamu tunggu sebentar ya" dia mempersilakan diriku duduk di tepi air terjun yang elok ini dan muali meninggalkanku, bayangannya kini telah lenyap di balik taman bunga.

Mataku sekali lagi mengagumi air terjun yang indah ini dengan hiasan batu-batu hitam dibawahnya awan langit biru yang cerah sangat pas di pandang dengan daun pohon yang ijo royo-royo.

"Navilia" aku mendongak menuju muara suara tersebut, rasanya aku tercengang melihat sosok yang memanggilku.

"Mama, Papa" aku langsung berdiri dan memeluk mereka melepas segala rindu yang telah aku tahan selama tujuh tahun lamanya, air mataku terus tercucur tak terhenti, "aku rindu kalian berdua" tambahku  dengan posisi yang sama memeluk mereka.

"Sama sayang, kami pun merindukanmu tapi ini belum saatnya untuk melepas rindu" aku melepaskan pelukanku dari mereka dan menatap memberikan pertanyaan 'mengapa'. Meraka hanya tersenyum dan membelai lembut rambut panjangku. Sontak aku teringat dengan Faza.

"Pa, Ma Faza dimana?"

"Ada denganmu" kali ini Meraka tersenyum lebih lembut. Meraka mencium keningku bergantian dan mulai berucap kalimat perpisahan hatiku mulai terasa ngilu kembali tak lupa mereka berpesan untuk tetap tegar meski hidup tak seindah ekspetasi. Akhirnya mereka melambai dan hilang begitu saja aku menangis sendirian di tempat apik ini, aku sudah abai dengan segala keindahan yang ada disekitar.

"Hay, aku kembali" iya gadis cantik itu kembali lagi, ekspresinya kini mulai ikut berubah dengan suasana hatiku. "Hey jangan sedih kamu kuat" dia memberikan selidiki semangat dihatiku.

"Trimkasih"

Aku terus menatap wajah ayunya seakan pernah melihat gadis cantik ini, tapi siapa? Sekali lagi dia sepertinya sudah membaca pikiranku kini dia mengajakku berdiri dan memelukku.

"Aku rindu kamu Nav, tapi saatnya kamu pulang Nav" dia melepaskan pelukannya dan menyeka sedikit airmata diekor matanya, aku masih bingung dibuatnya tapi ia hanya menggeleng melarangku penasaran lebih dalam kali ini ia menuntunku menuju gua dibalik air terjun.

"Kemana?" Tanyaku

"Pulang, cepat masuk" kali ini menyuruhku masuk sendirian tanpanya, aku perlahan melangkah masuk kedalam semuanya kembali gelap mataku berat kepalaku berat, ah aku benar-benar mengantuk.

🌿🌿🌿

Oky sampai sini dulu ya, :) aku usahain Ndak bakal vacum lagi ya :)

*Semoga suka :) 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang