10•

33 3 0
                                    

"Raa,"

Suara yang tidak asing dari belakang Mira, diikuti langkah kaki yang mulai mendekat.

"Kenapa lagi?" Tanpa kata kata, Mira langsung memeluk Ryan.

"Eh?"

Canggung dan hening, hanya ada suara isak tangis Mira di pelukan Ryan.

"Gua ga sengaja," kata Mira, ditengah tangisannya. Perlahan, Ryan membalas pelukan Mira.

"Sstt, udah Ra." Ia mengusap pelan surai hitam Mira, membuat sang empu perlahan mulai tenang.

"Udah ya. Sekarang jelasin, kenapa lagi?" Katanya lembut, sambil mengusap air mata di pipi Mira.

"Gua ga sengaja nampar Dini,"

"Kenapa lu nampar dia?"

"Dia mancing-mancing duluan, dia juga bilang dia macarin abang gua karna kasian."

"Sekarang Dini dimana?"

"Dini sama Gita ke ruang kepsek, katanya mo laporin gua."

"Ngga bener ini, kelakuan dia ke lu kemaren lebih parah bahkan Aldrich juga jadi korban. Sekarang kita susulin mereka!" Ryan menggandeng Mira, meninggalkan rooftop.

.
.
.

"Sebenarnya, ada masalah apa diantara kalian berdua?" Suara Kepala Sekolah menggema didalam sana.

"Mira menampar Dini Bu," kata Gita, sementara Dini masih memasang wajah sedihnya.

"Benar begitu, Amira?"

"I-ya Bu,"

"Udah santai aja, lu ngga salah." Bisik Ryan, yang berdiri disampingnya.

"Kenapa kamu menampar Dini?" Tanya wanita itu lagi.

"Sebenarnya ini masalah pribadi Bu, Dini memacari kakak saya atas dasar balas dendam."

"Oh begitu. Benar begitu Dini? Itu bukan hal yang baik. Berhentilah mengganggu Mira. Mira dan Aldrich sudah memaafkanmu setelah kemarin kamu berusaha mencelakakan meraka. Kalau begitu, kalian bicarakan baik-baik dan berdamai. Saya tidak mau ada kasus kekerasan di lingkungan sekolah lagi seperti ini. Untuk Amira, tetep ada hukuman ya. Kamu membuat tabel FIFO, LIFO, dan Rata ratanya. Dikumpulkan ke meja saya besok pagi, ya!"

Fifo lifo lagi? Yang bener aja. Gua aja ngga paham. Batin Mira

"Iya Bu." Jawab Mira.

"Sekarang kalian boleh kembali ke kelas."

"Mira kenapa berani main tangan gitu sih?"  Kata Joan sambil memijit pelipisnya pelan.

"Ribut lagi ya sama Dini?" Sambung Brian.

"Gua yakin, pasti Dini yang mulai duluan." Tambah Aldrich.

Seperti biasa, setelah selesai latihan  untuk persiapan pensi sekolah, mereka beristirahat di ruang tengah rumah Darian.

"Bener Al, Mira marah karna Dini macarin abangnya."

"Hah?" Jawab keempat yang lain, serempak.

"Kok bisa sih njir Leo mau sama si Dini?" Joan yang paling heboh.

"Ya gimana lagi, si Dini juga mulus begitu. Klo dia kaga licik juga udah gua gebet kali." Jawab Brian.

"Lu mah cewek mana aja lu gebet, Bri." Kata Ryan sinis.

"Btw, gua ngundang Leo kesini. Gua kasih alamat sini, katanya dia mo liat kita latian." Kata Joan, sambil membuka bungkus jajanan.

"Permisi!"  Teriak seseorang diluar.

DREAM6 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang