Yena tengah duduk di bangku dekat kaca, ia bersandar sambil melihat pemandangan di luar sana. Lagi-lagi omongan papanya terus terngiang di kepala model cantik itu.
Seminggu yang lalu....
"Yena, papa ingin kamu cepat-cepat membina rumah tangga."
Yena terkejut. "Rumah tangga? Pa, usia Yena masih muda."
"Justru itu bagus. Lagi pula selama kamu sudah selesai pendidikannya, sudah merasakan rasanya cari uang sendiri, lantas, apa lagi yang kamu tunggu? Menikahlah!"
"Pa, Yena masih mau fokus kerja."
"Kamu kan masih bisa tetap bekerja."
"Tapi pa.."
"Yena. Papa gak tau usia papa akan bertahan sampai kapan."
Yena segera menggenggam jemari papanya. "Papa jangan ngomong kayak gitu."
"Ya bagaimana lagi, umur tidak ada yang tau Yena. Papa mau kamu cepat-cepat menikah. Semakin ke sini jantung papa semakin sakit, papa mau lihat kamu menikah sebelum ajal papa menjemput."
"Pa! Jangan ngomong kayak gitu lagi."
"Lihat itu mas mu! Dia sudah jadi ayah dan suami yang hebat, lihat ponakan kamu yang tumbuh semakin lama semakin tampan. Ayo, papa juga mau timang cucu dari putri papa yang cantik ini." Satria a.k.a papanya Yena mencoba untuk meyakinkan putri cantiknya agar segera menikah.
"Papa tau sendiri kan, mantan Yena aja cuma satu. Dan sekarang bahkan Yena lagi gak deket sama cowok, sedeket-deketnya paling cuma sebatas teman."
"Apa perlu papa cariin?"
Yena segera menggeleng. "Gak pa, Yena mau cari sendiri."
"Ya sudah kalo gitu. Papa cuma minta satu aja dari kamu, cepat menikah ya cantik."
Sebenarnya ini keputusan yang berat bagi Yena, tapi apalah daya jika sang papa sudah berkata. Akhirnya Yena pun mengangguk mengiyakan.
"Hei ngelamun aja!"
Yena terkejut saat manager-nya datang dan mengagetkannya. "Lo tuh ya, demen banget bikin gw kaget!"
"Lagian ngelamun mulu dari tadi. Eh, jangan-jangan lo ngelamunin masalah yang minggu lalu ya?"
"Gitu deh."
"Tuh kan bener."
"Tapi emangnya gw gapapa kalo nikah, Jes?"
"Ya gapapa lah, bagus itu. Lagi juga karir lo gak bakal redup gitu aja. Kecuali sih pas lu udah ada anak."
"Maksud lo?"
"Ya lo tau sendiri lah, kalo cewek abis lahiran itu badannya biasanya kan--"
Yena berdecak sebal. "Gak semuanya begitu ya, Jes!"
"Tapi ya kalo lu mau nikah juga gapapa, Na."
"Ya tapi sama siapa?"
Jesika mengangkat bahunya. "Gw juga gak tau."
Drttt.
Drttt.
Drttt.
Panggilan masuk dari nomor yang tidak Yena kenal sama sekali. Yena mengerutkan dahinya, ia berpikir terlebih dahulu, apa ia akan mengangkatnya atau tidak.
"Iya?"
"Assalamualaikum."
Suaranya seperti Yena pernah dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI | Jaehyun [REVISI]
Fiksi Penggemar[𝖈𝖔𝖑𝖑𝖆𝖇] "Saya cari pendamping, bukan juru masak. Saya cari istri, bukan tukang bersih-bersih." Saya sangat bersyukur bisa dapetin hati pilot ganteng, suka duka dijalanin bareng-bareng, semoga aja langgeng. Tahu tidak? Memuji ketampanan dia a...