CHAPTER 3

10 2 2
                                    

Sepeda motor dengan tote bag tergantung tenang. Helm coklat kulit kambing bersandar pada kaca spion sepeda scoopy. Vennetta berjalan menuju sepeda tersebut. Bersiap mengendarai. Vennetta mengambil helm dan mengenakannya.

Brum!

Halusnya angin membelai pipi ditemani deruman mesin. Senyum Vennetta terlukis lagi. Ini pertama kalinya ia mengendarai alat manusia. Alat yang dapat membawanya kemana saja. Tidak seperti di bintang, sih. Jelas, alat di bintang berkali-kali lipat lebih canggih.

Drrtt! Drrttt!

Apa itu? Suara apa?

"Oh? Suara itu berasal dari alat kotak ini?"

Vennetta meminggirkan sepedanya. Gadis itu meraih ponsel dan menatapnya lama. Ponsel bergambar apel digigit itu masih mengeluarkan suara.

Tertulis 'Selena' di layar alat kotak itu. Vennetta dengan asal menyentuh nama Selena.

"Hm, bagaimana cara agar alat ini berhenti berbunyi? Kenapa muncul nama Selena disini? Apa gambar-gambar aneh ini?"

"Ah, apaan si ini?"

Vennetta membolak-balikkan ponselnya. Tanpa Vennetta ketahui, dari kejauhan seorang pria berboncengan melaju dengan kecepatan standar dan hap!

"Eh, eh! Benda kotak milik Janson!"

Ponsel Vennetta dicuri oleh dua orang tersebut. Vennetta dengan cepat turun dari motornya. Bersiap lari untuk mengejar ke arah depan .

"Tolong, benda kotak aku dicuri!"

Serta meminta tolong orang yang ada di dekatnya. Vennetta dan orang tersebut berlari. Saat Vennetta berlari, ada seseorang yang mencuri tasnya. Apalagi itu tas mahal dengan beberapa isinya yang juga mahal.

"Ah! Tas aku!"

Vennetta kembali dan mengejar orang yang mencuri tasnya. Kali ini Vennetta berlari ke arah belakang. Berlawanan dari arah sang pencuri ponsel.

Lalu, sekarang orang yang tadi berlari bersama Vennetta mengejar pencuri ponsel malah mencuri sepeda Vennetta.

"Waduh, sepeda Janson!"

Aih, bego amat yak Vennetta.

"Bodoh! Sial sekali sih! Hari apa sih sekarang!"

Vennetta menendang tiang listrik di sampingnya. "Huh, Janson sialan! Kalau saja tidak melarang menggunakan kekuatanku, semuanya tidak akan berakhir seperti ini, kan? Hish!"

"Uakhh!!! Sialan! Manusia sialan!"

"Berisik amat lo! Bisa diam, nggak?"

Suara kesal itu membuat Vennetta menggerakkan lehernya. Vennetta menoleh, mencari sumber suara.

"Terserah aku lah mau berisik atau diam. Kau siapa, hah?"

Laki-laki itu melepas kupluk yang ada di kepalanya. Melepas kaca mata hitamnya.

"Heh, gaya sekali, nggak ada gerhana matahari memakai kacamata hitam segala."

Astaga! Tampan banget! Makhluk bumi ada yang seperti ini ya?

Laki-laki itu menatap Vennetta merendahkan. Tidak membalas apa yang Vennetta katakan. Laki-laki itu justru mengomel atas apa yang baru saja Vennetta lakukan.

"Lo bego, ya? Jelas-jelas lo bisa ngejar orang yang nyuri ponsel lo dengan motor. Ngapain lo tinggalin tas dan motor lo? Terus lo malah lari. Otak udang, ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I AM YOUR ANCESTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang