Chapter 4 - Friable

938 118 15
                                    

Pria yang masih dengan santainya duduk di pangkuan kepala dokter bedah itu hampir memekik ketika melihat Yoongi menegakkan punggungnya. Tangan dengan jari yang indah itu terulur, membuat jantung Jimin berdegup kencang. Apa yang akan Yoongi lakukan? Apakah akan memeluk Jimin? Oh tidak dia belum siap! Jimin memejamkan matanya.

***

Bukannya pelukan yang ia dapat, tapi malah nyeri di bokongnya yang dengan indah mencium lantai berlapis karpet. Jimin seketika mendongak, menatap Yoongi yang kini berdiri menjulang di depannya dengan kunci mobil di tangannya. Sialan! Jimin mendengus dan berdiri meski harus menahan sakit di pergelangan kakinya.

"Terima kasih, kau tidak seharusnya repot-repot karena aku tidak punya kebiasaan makan malam selarut ini. " dengan langkah ringan Yoongi berjalan ke arah pintu dan meninggalkan Jimin begitu saja.

SIAL! SIAL! SIAL! MIN YOONGI SIALAN!
Ingin sekali Jimin berteriak sekuat tenaga. Ia sangat kesal sampai membuat wajahnya memerah. Lihat saja ia tidak akan menyerah begitu saja. Masih ada waktu 2 hari!

***

Yoongi yang baru saja membeli makan siangnya di kantin rumah sakit karena tidak sempat memasak itu menaikkan sebelah alisnya heran saat mendapati seorang pemuda dengan penampilan mencolok sedang berjalan menuju arah yang sama dengannya. Di belakang pemuda itu tampak seseorang yang mengikutinya sambil membawa buket bunga besar di tangannya, sepertinya asisten pemuda itu. Dokter yang melangkah ke arah eskalator menuju lantai atas itu sedikit memicingkan matanya menatap kedua orang itu menuju ke arah yang sama dengannya. Langkah Yoongi melambatkan langkahnya agar jarak mereka tidak terlalu jauh. Ia berusaha mengingat-ingat siapa pemuda ini karena terlihat begitu familiar.

"Guanlin, pastikan kau berdiri di tempat yang terlihat dari pintu masuk. Aku akan dengan sangat mudah mengambil gambar dengan Park Jimin. Kau juga harus berdiri agak lama di depan pintu ruang inap Jimin, aku harus mengambil gambarnya dengan bagus. "

Yoongi mengangkat kedua alisnya, menahan diri agar tidak menoleh. Oh, jadi ini Guanlin? Artis pendatang baru yang dikabarkan dekat dengan Jimin?

"Hyung, aku rasa ini salah. Jimin-hyung sudah sangat baik dengan tetap diam dan tidak mengatakan apapun ketika media di luar sana mulai memojokkanya. Aku juga tidak mau membuatnya semakin tidak nyaman. " keluar pria yang dipanggil dengan nama Guanlin itu.

"Sudahlah! Tuan Yoo sudah memutuskan rencana ini harus dilakukan. Ini demi kebaikanmu daan karirmu di masa yang akan datang. Kau harus memanfaatkan segala sesuatu selagi ada kesempatan. "

Yoongi tidak bisa lagi mendengar gerutuan Guanlin karena ia sudah sampai di lantai atas. Diambilnya ponsel di sakunya dan berdiri terdiam di ujung eskalator sambil menunduk memandangi ponselnya. Ekor matanya bisa melihat Guanlin dan asistennya itu berbelok ke kanan, di mana meja resepsionis berada. Sepertinya ia tidak mengetahui di mana ruang kamar inap Jimin. Yoongi melangkahkan kakinya ke arah yang berlawanan, tapi seketika terhenti ketika mendapati Jimin berjalan ke arahnya.

Pandangan dokter itu berpindah dari Jimin yang masih berjalan dengan santai dan ke arah dimana meja resepsionis berada. Tanpa ia sadari tubuhnya bergerak sendiri ke arah Jimin dan menarik tangan pria itu masuk ke dalam ruang persedian alat-alat medis. Ruang kecil yang menyimpan infus, perban, jarum suntik, dan semacamnya.

Jimin terkesiap ketika tubuhnya terbentur pelan ke arah rak-rak penyimpanan. Genggaman di tangan kirinya terasa sangat kuat. Jimin menatap Yoongi dengan tatapan penasaran karena wajah dokter itu terlihat sangat serius menatap ke arah pintu. Pandangan Jimin beralih ke tangan Yoongi yang masih menggenggam tangannya. Sambil tersenyum penuh arti, pria berpipi chubby itu menepuk-nepuk pelan punggung tangan Yoongi.

Make It Right [ YoonMin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang