"Mengapa kau membantu melepaskanku hari itu?"
tanya granger penasaran pada sosok yang tengah berbaring di sebelahnya.
"Apa salahnya membantu pekerjaan orang yang aku sukai?"
balasnya sambil melingkarkan tangan di atas pinggang granger, menarik tubuh itu semakin dekat.
"Tidak, alu. Aku harus pergi bekerja,"
tolak granger, langsung beranjak dari ranjangnya.
Pada malam kedua, sosok bermata sipit itu benar-benar menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya pada granger. Sebelumnya granger sudah sering melihat alucard di kantor polisi, tempat kerjanya. Dan pria itu mengaku langsung tertarik padanya.
granger tidak habis pikir mengapa dirinya mengizinkan alucard untuk masuk ke dalam apartemennya setelah peristiwa yang membuatnya ingin bunuh diri saja saat itu. dan ketika alucard mengulangi malam panas bersamanya, tubuh granger gemetar hebat ia masih merasa takut dan trauma. Namun alucard tetap setia menunggunya.
Dalam sebagian besar kasus pemerkosaan, pelaku tidak akan bersikap lembut seperti ini dan benak granger meyakini alucard bukanlah seseorang yang jahat karena sikap lembutnya.
Tapi detik demi detik yang berlalu setelah malam ini membuat rasa bersalah membayanginya. Ia merasa bersalah karena telah mengubah orientasi seksualnya secara perlahan dan ia juga merasa bersalah pada dirinya sendiri karena mengizinkan orang asing masuk dalam kehidupan privasinya.
granger belum pernah menunjukkan apartemennya pada siapapun. alucard pasti salah satu dari sekian pelacak yang handal. granger tidak terkejut soal bagaimana alucard bisa tahu,Lelaki itu mungkin sempat membuka ponselnya ketika granger tidak sadarkan diri dan sampai hari ini granger tetap menggunakan ponsel yang sama.
"Kau bisa mandi sementara aku menyiapkan seragamku,"
ujar granger bangkit setelah berbaring,
"Aku tidak bisa membiarkanmu berada di sini sementara aku bekerja."
alucard mengangguk paham. Walaupun perasaan kecewa masih hinggap di dadanya, memori penyatuan semalam cukup untuk menyemangatinya.
"Kau bisa kembali lain kali, aku belum berencana untuk pindah apartemen,"
ujar granger lagi dengan nada cepatnya.
"Apa kau sedang mengundangku?"
granger menghentikan kegiatannya sejenak, lalu melempar pandangan canggung pada alucard,
"Maksudku bukan seperti itu. Itu hanya… jika kau menginginkannya."
Wajahnya merah padam. Mereka baru melakukannya dua kali dan granger merasa amat tidak pantas untuk menyinggung hal seperti ini.
"Apa kau sudah selesai menyiapkan seragammu?"
tanya alucard mengalihkan topik,
"Mau mandi berdua?"
.
.
.
.
.
.
.
Bunyi air shower menjadi musik latar kegiatan mereka pagi ini. Segera setelah menginjakkan langkah pertama di lantai kamar mandi, alucard langsung mengunci pergerakan granger di depan dinding dan mencumbunya.
Kemudian mereka saling menanggalkan pakaian dan granger memutar kenop showernya. Sebenarnya ini sebuah tindakan untuk mendistraksi alucard, tapi dominannya itu tidak merasa terusik, malah dia mengangkat tubuh granger dan granger refleks melingkarkan tungkainya pada tubuh alucard.