Nyala Api

15 3 1
                                    

Berkat perkenalan yang sungguh sangat berarti itulah kami menjadi akrab bahkan bisa dibilang sebagai keluarga. Hari-hari kami lalui seperti biasa menjadi seorang mahasiswa yang disibukkan untuk belajar, mengikuti organisasi maupun kegiatan kampus dan mengerjakan tugas yang rasanya seperti asupan makan malam tiap malam hari. Hahaha.... Sungguh tak mudah menjadi mahasiswa yang hidup di perantauan. Kebetulan aku dan Galuh tinggal asrama kampus,lumayan jarak untuk menempuh kami untuk sampai di kelas tak jauh dan cukup jalan, namun lumayan lelah sekali. Yaaa... untung-untung sambil olahraga, pikirku. Senang rasanya bisa tinggal diasrama walaupun banyak kegiatan yang harus kami atur di sela-sela kesibukkan perkuliahan kami. Mungkin kalau tidak disini, aku tidak bakal seakrab ini dengan Galuh.

Hari-hari aku lalui dengan semangat, memang benar ternyata tak mudah hidup di perantauan terlebih dengan uang yang pas-pasan. Kehidupan perkuliahan memang tak semudah yang dibayangkan. Mandiri adalah salah satu kunci yang utama, namun bekal yang cukup bagiku adalah nasihat dari ayahku, Aku memang berasal dari keluarga yang berkecukupan, namun semua kemudahan tak membuatku menjadi orang yang selalu bergantung, segala upaya ku lakoni untuk mendapat uang tambahan. Hahaha memang nikmat, bisa menghasilkan uang sendiri Mungkin semua berkat didikan ayahku yang mengajarkan kesederhanaan. Begitu juga dengan Galuh dan Masayu soal kehidupan sama denganku dan syukurlah mereka juga sosok yang sederhana pula.

Keakraban kami tak membutuhkan waktu yang lama, mungkin karena kami sepemikiran. Sehabis jam kuliah kami juga sempatkan untuk berbincang sebentar, ya terkadang kami main bersama, bertukar pikiran, meminta saran dan komentar tentang project kuliah kami, bahkan saling sharing tentang masalah yang sedang kami hadapi. Hmmm memang sungguh hangat memiliki keluarga kecil disini. Menjalankan bisnis ternyata tak mudah menurutku, aku adalah type orang yang gampang bosan, yaa akhirnya aku berhenti menjajakan jualan ku. Tapi disela-sela aku juga memikirkan untung kembali menghasilkan uan sendiri. Dengan dalih aku ingin memenuhi segala kebutuhan selama aku kuliah.

Tentang soal ini aku juga bercerita kepada Galuh dan Masayu, yasss ternyata mereka juga sefrekuensi dnegan ku. Bahkan perbincangan kami tak lain untuk membahas plan untuk usaha kami. Kebetulan kami punya selera yang sama soal dunia bisnis. Mungkin dengan begini kami akan semakin kompak. Memabahasa soal bisnis memang aku sudah banyak pengalaman untuk status penjual haha. Tapi kelemahanku adalah tak konsisten menjalankan. Seruing gonta ganti jualan mulai dari makanan hingga kosmetik. Semua aku ceritakan kepada Galuh dan Masayu. Begitu pula Galuh dan Masayu mereka juga bercerita tentang pengalamannya di dunia bisnis.

Tak terasa sudah mau maghrib kami asyik berbincang. Perbincangan yang cukup menyenangkan karena di sela keluh kesah soal keuangan perlahan kami menemukan titik terang. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Seperti biasa sebelum aku dan Galuh kembali ke asrama kami mampir ke warung makan yaa pastinya untuk beli makan malam kami. Cukup jauh memang perjalanan menuju ke warung makan tapi sudah terbiasa bagi kami. Disaat perjalanan kami juga berbincang tentang mata kuliah yang dijarkan tadi pagi. Oh ya kebetulan aku dan Galuh satu jurusan tapi kami bed akelas. Jadi kami bisa bertukar pikiran masalah pendidikan. Cukup terbilang Galuh adalah anak yang pintar, kami biasa saling berdiskusi dan jika kami meras kesulitan tak senggan kami saling bertanya.

Saking asyiknya kami berbincang, sampailah di warung makan. Hmmm kalau soal makanan aku sangat rindu sekali dengan masakan ibu dirumah, jadi aku beli makanan kesukaan ku yang bias ibu hidangkan di meja makan. Begitu juga dengan Galuh. Selesai itu kami kembali pulang menuju asrama. Lelah rasanya, sebentar aku baringkan badanku sambil melihat langit-langit kamar. Namun hari-hari aku nikmati dengan rasa syukur. Bersyukur sejauh ini aku bisa menggali ilmu di kota orang. Cukup sekitar 10 menit mengistirahatkan badan sambil menelpon Ayah, aku langsung beranjak untuk beres-beres, mandi, ibadah, dan kemudian makan. Kulakukan dengan sigap agar aku juga cepat menyelesaikan tugas untuk hari ini dan belajar untuk mata kuliah besok. Dan tak lupa aku mencatat plan untuk usaha kami dna melanjutkan perbincangan itu ketika kami bertemu.

Aku, Galuh, dan Masayu berpikir tak enak rasanya menyandang status mahasiswa, tapi disini kami hanya bermalas-malasan dan menggantungkan semua kepada orang tua. Menjadi pribadi yang produktif akan lebih membawa dampak positif untuk melatih hidup mandiri, pikirku. Memang tak mudah berfikir dan menjalankan ide yang sedang kami rancang nantinya, tapi mau tidak mau kami harus bisa mencapai target. Bagi kami nyala api pikiran ini akan memberi kan kami sebuah tantangan bersama.

4 EAGLE WOMENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang