Hari ini hujan deras, gemuruh petir terdengar. Cukup dingin udara pagi ini, mungkin karena hujan begitu deras. Suara jam dinding menunjukkan pukul 07.00 tapi aku masih berselimut dengan menggigil kedinginan. Biasa nya jam segini aku sudah siap kuliah bahkan sudah duduk di bangku kelas, untunglah hari ini libur. Merenungkan sesuatu sambil melihat langit-langit kamar yang berwarna putih. Membayangkan ini malam hari yang langitnya penuh bintang-bintang gemerlap. Tak terasa aku dan Galuh meninggalkan usaha ku hampir tiga minggu. Entah apa yang kupikirkan saat itu, hanya uang dan uang hingga aku terlena dan rela meninggalkan Masayu dan Ajeng. Bahagia saat itu saja dan tiba-tiba aku merindukan dua sahabatku. Ajeng dan Masayu juga tak pernah berkabar walau lewat via whatssapp
Memang cukup menyenangkan berbisnis dengan Radit, yaa karena usaha nya sudah cukup besar, namun yang kurasakan dengan Galuh sungguh berbeda ketimbang kita merasakan hasil dari usah kami sendiri. Perlahan ternyata aku dan Galuh merasakan bahwa semua yang kami lakukan adalah kesalahan, ingin rasanya kembali bersama dengan Ajeng dan Masayu. Terlalu mudah melupakan akibat kita terlena dengan bujukan Radit. Tapi aku masih penasaran dengan Radit, apa maksud dari ini semua. Banyak pertanyaan yang terlintas dibenak sesaat. Mengapa dia mengincar kita? Megapa harus aku dan Galuh? Dengan begitu aku mencari tahu tanpa sepengetahuan Galuh.
Yaa Radit memang teman sekelas yang menurutku tak terlalu dekat denganku, hanya mengobrol jika memang penting. Kadang memang sosok nya menjadi dingin. Tapi aku tak menghiraukan sebab aku memang suka berteman dengan siapa saja. Mulai saat itu aku mengikuti setiap gerak-gerik Radit. Sesekali aku melihat Radit dengan temannya yang kebetulan mereka yang bekerja sama pertama untuk membangun usahanya. Dan tibalah ketika mereka berbicara tentang usaha kami, yaa untung saja feel ku menyuruh ku untuk mengikuti Radit di hari itu. Memang seperti paparazzi yang mengikuti orang yang begitu terkenal, hmm entahlah. Ditengah-tengah pembicaraan mereka yang begitu asik, sesaat aku tertegun mendengar Radit mengatakan sesuatu yang membuat aku kecewa berat, yaa tak disangka kebaikan Radit secara tiba-tiba yang mengajakk ku untuk bergabung di usahanya adalah awal kecil untuk menghancurkan usaha kami. Sungguh mengagetkan memang orang yang kusangka baik ternyata jahat di belakang. Sontak saat mendengar pembicaraan bahwa Radit hanya ingin kami berpencar dan agar usaha yang baru saja kami rintis hancur mebuatku marah dan langsung menegur Radit.
Setelah kejadian itu aku memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan usaha dengannya. Apalah gunanya mengikuti orang yang ternyata mempunyai rencana jahat dan mungkin saja aku dan Galuh akan dilupakan ketika rencana nya sudah selesai. Sepulang kuliah aku mengajak Galuh untuk makan malam di luar asrama, ya sekalian aku membicarakan hal tersebut kepadanya. Memang pertama Galuh tak pecaya, namun untunglah aku merekam pembicaraan Radit dan setelah mendengarnya Galuh terkejut dan tak menyangka pastinya. Masih sangat heran walau jelas-jelas alsannya adalah tentang persahabatan dan usaha kami. Tapi mengapa harus aku yang mengalami. Pastilah tau bagaimana rasanya tak enak enak hati. Yaa saat kejadian itulah aku fdan Galuh sungguh ingin memeluk erat dan berbincang kepada Masayu dan Ajeng. Tapi rasanya masih tak bisa, malu dan takut itulah perasaan yang kurasakan.
Namun jika aku dan Galuh hanya berdiam diri dan tak mengawali semua perbincangan pada saat itu pasti mungkin kami tak bisa serekat ini. Kupustuskan untuk menyapa Masayu dan Ajeng pada saat pulang kampus. Kebetulan Ajeng mampir ke kampus kami. Memang raut wajah mereka menandakan rasa kecewa kepadaku. Tapi setelah aku menyapa ekspresi senyum mereka masih hangat diperlihatkan kepadaku. Itulah yang menurutku mereka adalah sosok yang istimewa. Tanpa disadar mereka bertanya, “bagaimana dengan bisnis ku dengan Radit” sontak itu yang membuatku merasa bersalah. Kenapa aku tega meningglakan sebuah persaudaraan dengan mereka yang tulus.
Ajeng : “ Hai tih, akhirnya kamu muncul juga, tumben. Oh yaa bagaimana dengan usahamu? “
Masayu : “ Yaa pastilah berjalan baik, bukannya kamu sudah banyak uang sekarang? “
Ratih : “ Maaf,,,maaf,,maaf, Aku dan Galuh salah. Aku dan Galuh meninggalkan kalian hanya terbujuk dengan Radit “
Ajeng : “ Lalu kenapa kamu tiba-tiba minta maaf tih, apa yang terjadi? “
Masayu : “ Cerita lah, jangan membuat kami menjadi penasaran, bukannya aman-aman saja hahaha “
Ratih : “ Ternyata Radit jahat , entah kenapa aku bisa terbujuk dengan omongannya. Dia hanya ingin membuat usaha kita hancur. “
Ajeng : “ Nah iya kan tih, makanya tuh jangan mudah terpengaruh, apalagi dia nawarin tiba-tiba”
Galuh : “ Iya kalau sudah begini ya mau gimana lagi, udah terlanjur nglakuin kesalahan, dan bisanya minta maaf”
Masayu : “ Sebener nya udah daridulu aku curiga sama Radit, entah ternyata memnag kejadian. Sudahlah gak perlu dipikirin, kami maafkan kok dan lupakan aja udah”
Ajeng : “ Iya bener banget kata Ayu, lupakan dan jadi pembelajaran buat kedepannya. Kita harus lebih hati-hati aja sih”
Masayu : “ Untung loo toko kita makin ramai pembelinya, sampai kewalahn ya kita jeng”
Galuh : “ Syukurlah kalau begitu, memang the best banget sih kalean”
Ratih : “ Makasih banyak ya kalian dengan senang hati masih mau nerima kita “
Masayu : “Dihh apaan sih tihh, kita kan sahabat jadi harus saling kompak dong . Syukurlah dengan kejadian ini kita bisa lebih memahami satu sama lain”
Ajeng : “ Iya dengan begini kita jadi tau kan kalau ada orang yang mau jatuhin kita “
Galuh : “ Lebih hati-hati lagi deh kita “
Ratih : “ Iya kita harus bisa jaga toko ini nih biar sampai gede “Lega rasanya telah mengakui kesalahan, untunglah mereka masih mau memaafkan walau raut muka menunjukkan rasa kecewa. Tapi walau begitu, mereka sama sekali tidak menunjukkan kemarahan. Setelah aku dan Galuh bercerita tentang apa yang terjadi. Ayu dan Ajeng menawarkan kembali untuk meneruskan usaha kita, sungguh tak menyangka. Bagaimana aku tak terkejut, padahal aku ingin menyampaikan dan menanyakan soal itu. Apakah aku dan Galuh masih bisa kembali, apakah aku dan Galuh boleh meneruskan. Yaaa pastilah pertanyaan-pertanyaan itu terngiang di pikiranku. Sungguh Bahagia sekali, akhirnya di pertemuan yang tak disengaja itu kita kembali bersama-sama, saling menjaga dan berbenah diri.
Waktu menunjukkan jam 4 sore, setelah pulang kuliah aku mampir di toko untuk membantu mba Imah. Ternyata pesanan hari ini cukup banyak, lumayan juga yang pesan kebanyakan mereka yang hendak mengadakan acara besara. Hingga pada saatnya ingin bisa mengembangakan usaha ini lebih besar lagi dan banyak outlet di berbagai kota.
Selontar maaf yang begitu sederhana terlontar. Istimewa mengenal mereka adalah ya seperti itulah, tak berat memberi maaf dan masih memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesempatan yang telah terjadi. Kejadian yang memang hampir memisahkan, tapi dengan cara Tuhan begini kami menjadi semakin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
4 EAGLE WOMEN
Ficción General4 Women Eagle Kisah ini menceritakan tentang dahsyatnya persahabatan diantara 4 gadis yang berawal dari pertemuan mereka sebagai mahasiswa baru di salah satu universitas di Malang. Berawal dari Ratih sebagai sosok "Aku" . Keempat gadis ini memiliki...