D-7

397 47 0
                                    

Kyungsoo tidak pernah menyangka akan melabuhkan hatinya pada seorang Kim Jongin. Ya, Doh Kyungsoo seorang gadis kota metropolitan, menyukai anak keturunan bangsawan Keraton Yogyakarta bernama Kim Jongin. 

Awal mula pertemuan Kyungsoo dan Jongin yaitu semasa Kyungsoo berkuliah di salah satu universitas terkemuka di Yogyakarta. Tepat setelah masa orientasinya selesai, yaitu pada saat kegiatan Makrab (Malam Keakraban) untuk Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis berlangsung, Kyungsoo jatuh dan terpikat dengan pesona Jongin yang merupakan kakak tingkatnya sekaligus Ketua Himpunan Mahasiswa jurusannya tersebut.

Kyungsoo tidak tahu kalau perlakuan yang Jongin berikan kepadanya semasa kuliah tidak hanya sebatas kakak-adik tingkat semata, namun kenyataannya adalah lebih dari itu. Dari mulai Jongin yang selalu membantunya belajar di perpustakaan, Jongin yang menemaninya makan siang di warung nasi pecel kesukaannya, Jongin yang mengantarnya ke toko buku, atau Jongin yang meminjamkannya buku catatan apabila masa ujian tiba. 

Bahkan Jongin juga sering menjemput Kyungsoo baik itu saat dirinya terjebak di kampus maupun di kostan-nya kala sedang musim hujan. Dia melakukan itu dengan alasan tidak mau 'Kyungsoo-nya' jatuh sakit. Padahal Kyungsoo sendiri selalu sedia mantel dan membawa payung lipat di dalam tasnya.

Siapa sangka, ternyata Jongin juga terpikat dan menyimpan rasa kepadanya.

Jika diingat-ingat masa kuliah Kyungsoo benar - benar berlalu sangat cepat, dua tahun kemarin saat hari kelulusan Jongin, untuk pertama kalinya Kyungsoo berkenalan dengan orang tua dan keluarga dari Jongin yang ternyata merupakan keturunan bangsawan Keraton Yogyakarta. Kyungsoo jadi minder sendiri karena dia berasal dari keluarga yang biasa saja meskipun tinggal di Ibukota. Ayahnya hanya seorang Manajer di salah satu perusahaan minyak di kotanya dan ibunya hanya mantan guru Sekolah Dasar. Tidak ada keturunan darah biru atau kebangsawanan yang melekat pada dirinya.

Meski demikian, hal tersebut sama sekali tidak menghalangi niat Jongin untuk segera meminang Kyungsoo. Tahun ini tepatnya tiga bulan lalu, Kyungsoo lulus kuliah dengan predikat Cum Laude yang membuat baik keluarganya maupun keluarga Jongin sangat bangga kepadanya. Benar, kedua keluarganya sudah berhubungan baik sejak saat Kyungsoo diperkenalkan oleh Jongin setelah kelulusan Jongin tepatnya dua tahun lalu.

Kyungsoo mengira bahwa dia tidak akan pernah mendapat restu dari keluarga Jongin karena sifatnya yang menurutnya sangat bar – bar atau mungkin karena perbedaan latar belakang keluarganya, tetapi semua itu tidak benar karena keluarga Jongin terutama mamanya, menerimanya dengan baik dan menyayangi Kyungsoo seperti anaknya sendiri.

Sebenarnya sifat bar – bar Kyungsoo ini merupakan akibat dari kebebasan pergaulan. Bukan bebas pergaulan dalam artian miring, tetapi karena orang tua Kyungsoo tidak pernah membatasi keinginan Kyungsoo selagi itu masih di tahap yang wajar. Sehingga Kyungsoo tumbuh menjadi seorang yang sangat sulit untuk diatur dan selalu berperilaku semaunya sendiri. Beruntung setelah memiliki hubungan dengan Jongin, Kyungsoo sudah sedikit berubah (tentu saja karena perilakunya selalu dipantau oleh Jongin).

Sering kali Kyungsoo bertanya kepada Jongin mengapa dia begitu sabar menghadapi sikap Kyungsoo yang menurut dirinya sendiri sangatlah kelewatan. Jongin pun hanya membalasnya dengan senyuman manis seraya berkata "Kau tidak seperti itu, Kyungsoo".

Saat ini, tepatnya bulan Januari, merupakan bulan dimana Kyungsoo sudah hampir menyelesaikan seluruh prosesi pernikahan adat Jawa yang menurutnya cukup melelahkan itu. Ayah dan Ibu Kyungsoo sendiri masih tidak percaya bahwa anak mereka, Kyungsoo yang sangat sulit diatur, seketika berubah menjadi anak yang penurut, apa lagi kalau bukan karena akan menikah dengan Jongin.

Waktu tinggal seminggu sebelum akhirnya Doh Kyungsoo segera melepas masa lajangnya dan menikah dengan Kim Jongin. Prosesi terakhir yang wajib Kyungsoo lakukan sebelum menikah adalah Pingitan. Ya, Kyungsoo pikir ini adalah saat yang tepat untuk menghabiskan masa lajangnya dengan tidur sepanjang hari. Namun ternyata pemikirannya itu salah, karena proses pingitan itu bukan hanya sekadar istirahat dan tidak bertemu dengan calon suaminya sampai tiba hari pernikahan, tetapi ada banyak tugas yang harus dirinya kerjakan alias inilah waktunya untuk memantaskan diri sebelum sah menjadi seorang istri.

Before Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang