• In secunda parte •

6 2 0
                                    


Gedebak gedebuk gedebak gedebuk..

"ADEK! KAKAK MAU BERES-BERES KENAPA KAMU BERANTAKIN LAGI SIH RUMAH?! COBA DUDUK AJAH BISA GA? ATAU KALO NGGAK NONTON TIPI AJAH SANA. GANGGU KAKAK AJA KAMU"

Syra berbicara sambil berteriak-teriak, tampak emosi nya sudah di ubun-ubun, tak bisa di pungkiri lagi, Syra adalah pribadi yang sangat menyukai ketenangan, berbanding terbalik dengan adiknya yang sangat menyukai keributan.

Itulah kenapa Syra selalu naik darah setiap harinya dan harus menghabiskan beberapa waktu untuk menasehati adik nya setiap hari.

Ibunya Syra yang mendengar suara berisik di ruang tengah datang dengan centong di tangannya.

" Siapa yang teriak-teriak sama ribut tadi? " tanya Nilda ibunya Syra seraya mengangkat centongnya ke atas

" Itu Bu! "

Mendengar itu Syra langsung melototkan matanya ke arah adiknya yang benar-benar bikin Syra ingin memakannya.

" Eh bukan Bu! Itu Remil tadi loncatin kursi mulu,jadi aku marahin " ujar Syra seraya melambai-lambaikan kedua tangannya ke atas

" Kalian berdua ya! Ibu iket di pohon petai baru tahu rasa " geram Nilda melihat tingkah kedua anaknya itu yang tidak pernah akur

¦¦~¦¦~¦¦~¦¦~¦¦

Tin tin!

Suara klakson mobil memecah fokus Alyra yang sedang bermain-main dengan satu-satunya adik kecil yang ia punya. Mama Alyra yang bernama Tika berjalan gontai dengan wajah yang tak bisa dijelaskan, lelah, marah, sedih, keringatan, khawatir, bercampur aduk hingga sangat susah untuk ditebak. Dalam hati Alyra bertanya 'Apa yang sedang terjadi dengan Mama? Apa Tika menutupi sesuatu lagi dari Alyra? Entahlah.Tak ada yang tahu',pikir Alyra.

Sepertinya Tika mulai menyadari keberadaan kedua anaknya tersebut, ia berjalan mendekati mereka berdua seraya mengelus-elus kepala mereka dengan lembut secara bergantian, Alyra lalu adiknya yang berumur 4 tahun.

"Yang sabar ya kalian, sebentar lagi"

Alyra yang memang sedari dulu sudah membenci kedua orangtua nya itu hanya bisa membuang muka lalu pergi ke kamar, meninggalkan Anya adik Alyra berdua saja dengan Mamanya. Lagi-lagi dikamar Alyra hanya bisa menangis dan curhat dengan Tuhan agar segera berakhir penderitaan nya selama ini. Ia juga meminta satu orang teman saja yang bisa mengerti dia. Begitu pula sebaliknya selayaknya Teman yang dititipkan oleh Tuhan.

Cuwit cuwit cuwit ~

Bunyi burung berkicauan dimana-mana, pagi ini sudah menunjukkan pukul 07.45, masih ada 15 menit lagi untuk bel masuk sekolah di bunyikan. Syra sekarang sedang menunggu gilirannya untuk diantar ke sekolah, karena Remil adiknya, telah diantarkan terlebih dahulu. Sekolahnya berlawanan arah dengan sekolah Syra dan juga sedikit ke arah kota, rawan polisi juga, makanya takut untuk mengantar Remil terakhiran.

Teketekteketekteketek..

Bunyi mesin mogok tiba-tiba terdengar dari arah motor ayahnya Syra yang berakhir berhenti di tengah jalan,depan masjid,di dekat jembatan.

'Lah ini motor Ayah kenapa? Bensinnya habis kah? Or mogok?',batin Syra karena sedikit merasa sedih, namun ia tidak ingin memperlihatkan nya ke sang ayah, karena memaklumi dan takut menyakiti hati ayahnya.

" Duh maaf ya kak, bensin ayah abis. Gak sempat isi ulang karna uangnya ayah pake untuk beli seragam baru buat Remil. Gaji bulan ini juga belum cair " Ayah Syra yang bernama Karto pun meminta maaf dengan wajah sedikit menyesal

" Iya Yah,gapapa kok "

Syra sedih, namun ia memaklumi keadaan ekonomi keluarganya tersebut. Sekalian membantu ayahnya menuntun motor sampai ke bengkel terdekat.

Dari kejauhan, terlihat lah mobil Jazz putih yang sedang melintas dengan sedikit ngebut. Alyra, gadis yang sedang membedaki matanya yang sembab dengan foundation sambil sesekali melirik ke arah depan. Netra nya menangkap sosok berseragam putih abu-abu sama sepertinya yang sedang duduk dibengkel bersama seorang lelaki paruh baya yang ia yakini sebagai Ayahnya. Yup, Syra.

" Lah dia ngapain disitu? Ga sekolah apa? Motornya mogok ya? " Alyra menghentikan aktivitas nya tadi sambil memicingkan matanya agar ia melihat sosok di bengkel itu siapa.

Alyra pun memutar balik setir dan membuka kaca jendela tepat di depan Syra beserta Ayahnya berada.

" Hoi! Syr, lu ga sekolah? "

'Memang dasarnya anak bar-bar yang nggak ada malu',pikir Syra sambil memutar bola matanya malas.

" Itu teman kamu Syra?" sepertinya Karto mulai penasaran siapa anak tak tahu sopan santun pemilik mobil tersebut

" Iya Yah. Sebentar ya Ayah " Syra yang merasa tidak enak mendengar teriakan Alyra pun berjalan mendekati mobil dan berkata

" Bisa nggak sih gausah teriak-teriak? " aura dingin seketika mengepul diantara mereka ber 2. Alyra tak kalah dingin, namun tetap memancarkan aura pertemanan nan bersahabat nya itu.

" Bisa lah, niat gw baek kali, mau ngajakin elu yang motor nya mogok berangkat bareng ke sekolah. 10 menit lagi masuk sekolah lho." Alyra sedikit mengeraskan suaranya yang alhasil terdengar oleh Karto

" Nggak, makasih " sebenarnya Syra mau, tapi dia tidak enak dengan ayahnya yang harus menunggu sendirian.

" Eh gapapa kak, kakak pergi sama teman nya aja, nanti kakak terlambat lagi " Karto menyetujui permintaan Alyra, awal nya Syra menolak. Tapi lama kelamaan dia mau juga, karena dia tidak ingin terlambat.

" Oke sip, hati-hati Om"

Kata-kata Alyra menutup pembicaraan pagi Syra bersama Ayahnya. Mobil melaju dengan kencang, namun hanya suara deru mesin mobil yang terdengar di antara mereka. Mereka hanya diam, berpihak untuk tetap berada di dalam fikiran masing-masing.

Debum!

Syra menutup pintu mobil lalu melenggang keluar duluan tanpa mengucapkan terima kasih atau sekedar berbasa basi. Alyra yang dibuat kesal langsung mengejar Syra dan menyamai langkah kaki mereka. Sekaligus berbicara tak jelas dengan tempo cepat.

" Heh! Lu kenapa sih? Udah gue tebengin juga ke sekolahan malah nggak ngucapin makasih sama sekali dan langsung keluar dari mobil. Lu kira gue angkot apa? Gue gasuka ya lu kaya gitu, punya mulut kan l--"

Belum sempat Alyra menyelesaikan perkataannya yang sangat panjang itu, Syra langsung memotong dengan nada cuek khas dirinya.

" Lupa gw. Makasih atas tebengannya "

Syra terus mempercepat langkah kaki nya tanpa menunggu Alyra yang mengikutinya dengan susah payah di belakangnya. Alyra berhenti sebentar sekaligus mengatur kembali nafasnya yangs hampir ngos-ngosan. Bukan hanya karna engap, Alyra juga melihat lelaki tampan idaman nya di depan kantor guru sedang menunduk berlalu untuk pamitan kembali ke kelasnya.

Alyra yang tingkat penasarannya memang sangat tinggi, ia mengikuti lelaki tamp--Bastian Leonardo, ialah lelaki tampan tersebut. Alyra mengikuti kakak kelasnya dan pura-pura berjalan di belakangnya sampai kakak kelasnya tersebut berbelok kedalam kelas yang bertuliskan " XI Mipa 2 " dipalang atas. Dan entah kenapa Alyra lompat-lompat kegirangan tahu dimana kelas Lelaki tampan tersebut. Sejurus kemudian, Alyra diam tak berkutik dan jalan dengan tenang ke kelasnya, itu semua karena ulahnya yang membuat dia tersipu malu dilihatin kakak-kakak kelas yang melintas di dekatnya.










.
Old storyteller never die, they disappear into their own stories.
.
Next? Janlup VotMent-nya:))
Author bakal up 1 Minggu 3 Kali siapp?? Wait for my story.
.
.
.
.
.
With Love, RA 💀💋

Alyra & SyraWhere stories live. Discover now