Sholawat Fatih

60 4 0
                                    

KEMULIAAN SOLAWAT FATIH
========================

Shalawat Fatih merupakan salah satu redaksi shalawat populer dalam dunia Islam. Shalawat ini dinisbahkan kepada Imam Muhammad al-Bakri Radhiyallahu anhu seorang ulama besar pada abad ke sepuluh hijriyah.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ

Kronologi lahirnya shalawat fatih, syekh Muhammad al-Bakri assiddiqiy Radhiyallahu anhu, melakukan munajat selama 30 tahun, bahkan riwayat dari syaikh Muhammad Fathan Bin Abdul Wahid an-Nazhifiy menyebutkan munajat beliau selama 60 tahun. Dalam munajatnya, beliau memohon kepada Allah Taala agar diberikan redaksi shalawat yang mengungguli seluruh redaksi shalawat yang ada di alam. Sehingga pada waktunya Allah Taala kabulkan permohonan beliau dengan datangnya secarik kain atau daun bercahaya dari alam ghaib bertuliskan redaksi shalawat Fatih.

Shalawat fatih pada pertama kali diturunkan tidak menggunakan tambahan wa sallim dan wa barik, mengingat redaksi shalawat Allah dan para malaikat hanya menggunakan kata shalawat sebagaimana dalam pernyataan ayat ( Innallaha wa malaikatahu yusholluna Alan Nabiy) dengan alasan redaksi tambahan wa sallim adalah redaksi shalawat yang Allah Taala perinntahkan kepada orang-orang beriman dalam pernyataan ayat (Ya ayyuhal ladzina amanuu shollu wa sallimu taslima).

Inilah sebagian jawaban yang mengukuhkan bahwa shalawat fatih bagian dari redaksi yang datang dari alam ghaib dengan tidak menggunakan redaksi wa sallim wa barik dan wa ashhabihi. Kata alihi (keluarga Nabi) dalam shalawat fatih memiliki pengertian seluruh ummat Nabi yang taqwa mencakup para sahabat, tabiin, tabiut tabiiin dan tabi' tabi' tabi'in sampai hari qiyamat. Adapun ulama yang menambahkan redaksi wa ashhabihi sebagai takhsish (penyebutan secara khusus) dari keumuman kata alihi (keluarga Nabi).

Ketika syaikh Ahmad at-Tijaniy Radiyallahu Anhu ditanya, mengapa shalawat Fatih tidak memakai kalimat wa sallim ?. Beliau menjawab : “Karena shalawat Fatih bersumber dari Allah, bukan kreasi manusia.

Boleh jadi, Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam berkata kepada Sidi Syekh Ahmad Bin Muhammad Tijani Radhiyallahu anhu:

ما صلى علي احد بأفضل من صلاة الفاتح

Artinya:"Tidaklah seseorang membaca shalawat kepadaku dengan shalawat yang paling utama, melainkan ia membaca dengan shalawat fatih."

Lafazh-lafazh dalam shalawat al-Fatih merupakan iqtibas (cuplikan) dari firman Allah dalam ayat-ayat al-Qur’an:

اللَّهُمَّ :

Diambil dari ayat

(دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ) (يونس: 10)
صَلِّ عَلىَ :

Diambil dari ayat

(اِنَّ اَللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَا أَيّهَا اَلذِينَ آمَنُوا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيماً) (الأحزاب: 56)

سَيِّدِنَا :
Diambil dari ayat

(وَسَيِّداً وَحَصُوراً وَنَبِيئاً مِنَ اَلصَّالِحِينَ) (آل عمران: 39)

Dalam ayat tersebut, Allah menyebut Nabi Yahya dengan sebutan Sayyid. Menyebut Rasulullah dengan sebutan Sayyid adalah lebih utama karena beliau adalah Sayyid al-Khalq (pemimpin makhluk). Dalam sebuah hadis beliau mengatakan:

Gudang Ilmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang