PART I

146 5 0
                                    

Akhirnya aku bisa mendapatkan tempat tinggal walau hanya sebuah kamar kost dengan harga yang relatif murah, setidaknya aku memiliki tempat untuk berteduh. Harga kamar kost ini hanya seratus lima puluh ribu rupiah untuk satu bulan sewa dan sudah termasuk listrik juga air. Walau bangunan kost ini terbilang tua dan sedikit membuat bulu kudukku meremang, tapi tidak apa.

“Penghuni baru di kost itu ya?” tanya seorang bapak yang aku temui di warung makan.

“Iya, pak.” jawabku.

“Hati-hati ya, mas. Sudah banyak korban dan sudah banyak yang pergi dari sana.” sahut ibu pemilik warung.

“Maksudnya gimana ya, bu?” tanyaku penasaran.

Lalu mengalirlah cerita jika pemilik kost tersebut bersekutu dengan makhluk gaib yang berwujud wanita berbadan ular. Menurut mereka sudah ada 4 orang penyewa kamar kost yang meninggal dengan tidak wajar di kost tersebut dan kesemuanya adalah pria. Lalu para penyewa lain, memilih untuk pindah karena takut akan dijadikan tumbal juga. Selama ini setelah kejadian itu, lebih banyak penyewa wanita namun itu tidak akan berlangsung lama. Biasanya tidak sampai tiga bulan mereka memilih untuk pindah. Alasannya karena sering mendengar suara desisan ular saat tengah malam, pernah juga ada yang merasa jika tubuhnya seperti terlilit hingga orang tersebut hampir putus napasnya.

“Doakan saya ya pak... bu... semoga tidak ada hal buruk yang akan menimpa saya.” ucapku pada mereka berdua.

“Kalau bisa pindah saja, mas.” saran sang bapak.

“Iya, pak. Jika sudah dapat gaji pertama, saya akan mengikuti saran bapak. Terima kasih. Kalau begitu saya pamit dulu.” ucapku.

Memang benar, sejak hari dimana aku memutuskan untuk tinggal di kost itu. Aku sudah merasa ada suatu hal yang janggal. Apalagi di kost ini, hanya ada aku dan sang penjaga kost saja. Sampai detik ini aku belum melihat adanya aktifitas di kamar yang lain.

“Siang, den Arman.” sapa bapak penjaga kost, pak Dorman namanya. Pria paruh baya dengan perawakan tubuh kurus dan wajah yang terkesan galak.

“Siang, pak Dorman. Sehat, pak?” tanyaku.

“Alhamdulillah, den. Dari mana, den?” tanyanya.

“Beli makan, pak. Bapak sudah makan?” dia mengangguk, lalu pamit untuk mengecek sesuatu katanya.

Aku masuk ke dalam kamar dan menaruh plastik berisi makanan tadi di atas meja kecil yang berada di sudut ruang. Kamar ini tidak terlalu besar, hanya cukup untuk satu kasur berukuran 160 cm x 100 cm saja dan satu buah lemari kecil yang ku pakai untuk menyimpan pakaian. Aku mengambil piring plastik dan sendok, lalu aku pindahkan makanan yang ku beli tadi.

Saat sedang menikmati makanan, dari ekor mata aku seperti melihat seseorang berdiri tepat disisi kananku. Sosoknya seperti seorang wanita, namun tidak aku hiraukan. Sampai aku selesai makan, wanita itu masih ada. Dia hanya berdiri sembari mengamatiku.

“Apakah dia yang dimaksud oleh pemilik warung tadi?” tanyaku dalam hati.

Jika benar sosok itu adalah yang dimaksud. Semoga aku berada dalam lindungan Tuhan. Karena bagaimana pun, walau aku memahami dunia selain duniaku. Aku tidak memiliki keahlian untuk melawan mereka selain mempercayakan semuanya pada Pemilik Hidupku.

“Aku tahu kau bisa melihatku.” terdengar suara indah dari wanita itu.

Aku berbalik dan menatapnya. Oke, dia memang yang dimaksud oleh pemilik warung. Wanita cantik bertubuh ular. Ada sedikit rasa cemas dalam hatiku sebenarnya. Namun aku berusaha untuk tetap tenang. Ku lihat dia tersenyum manis, namun senyum itu malah membuat bulu kudukku berdiri.

“Akhirnya kita bertemu lagi, Arman.” ucapnya dengan nada suara yang halus.

“Memangnya kita pernah bertemu?” tanyaku penasaran. Aku tidak merasa pernah bertemu dengan makhluk sepertinya. Wanita tadi langsung memasang wajah masam saat mendengar pertanyaanku.

“Ah sedih rasanya dilupakan seperti ini. Kau benar-benar tidak ingat? Kita pernah bertemu 3 tahun lalu di tempatmu tinggal dulu.” jelasnya masih dengan nada suara yang halus.

Aku mulai mengingat-ingat kejadian 3 tahun lalu. Adakah memori tentang wanita ini. Namun semakin aku mencoba, bukannya ingat malah aku jadi bingung. Aku menatapnya, mulai berpikir jika dia hanya mengada-ada saja dan dia mencoba untuk mempengaruhku.

“Yakin tidak ingat? Cobalah untuk mengingat-ingat lagi. 3 tahun lalu jika bukan karenamu, kita tidak akan bisa bertemu lagi. Aku pergi dulu.” setelah mengucapkan itu, dia menghilang.

Mau aku ingat berapa kali pun, aku tidak merasa pernah bertemu dengannya. Tidak mungkin akan lupa dengan mudah jika bertemu makhluk dengan wujud seperti dirinya. Hah sudahlah lebih baik aku beristirahat dulu sebelum berangkat kerja, hari ini aku kebagian shift malam yang artinya baru esok hari aku akan pulang.

Jam di ponselku sudah menunjukkan pukul lima sore, akupun sudah siap untuk berangkat. Aku keluar dari kamar dan mengunci pintu. Saat aku berbalik, aku di kejutkan dengan kehadiran pak Dorman.

“Ya Tuhan. Bapak mengejutkan saya saja. Ada apa, pak?” tanyaku.

“Tidak ada, den. Tadinya saya mau membangunkan den Anwar karena biasanya  jam segini sudah bersiap untuk berangkat kerja.” jelasnya.

“Oh... saya kira ada apa. Iya pak saya agak telat, karena keasikan tidur. Kalau begitu saya berangkat ya, pak.” pamitku.

“Hati-hati di jalan.” ucapnya.

Aku berjalan menuju pintu gerbang dan menunggu ojol yang sudah aku pesan tadi. Ternyata di saat aku menunggu, wanita tadi muncul lagi.

“Masih belum ingatkah?” tanyanya.

Aku hanya menatapnya lalu menggelengkan kepalaku. Dia terlihat kecewa dan sedih. Lucunya hal itu malah membuatku ingin tertawa. Mau bagaimana lagi, aku memang tidak ingat sama sekali.

“Apa kamu pernah mengalami kecelakaan 3 tahun lalu?” tanyanya lagi. Lagi-lagi aku menggelengkan kepala.

“Aku tidak pernah kecelakaan sampai harus hilang ingatan. Aku memang sudah banyak melihat kaummu, namun bertemu yang memiliki wujud sepertimu. Aku baru kali ini. Jadi aku yakin jika kita tidak pernah bertemu.” jelasku.

Mendengar ucapanku membuat wanita semakin gusar. Kenapa dengannya? Aku tidak salah. Kenapa harus bersikap seperti itu? Membuatku bingung saja.

“Aku seharusnya sudah membawamu pergi ke alamku, karena kamu adalah tumbal yang diberikan padaku. Namun karena rasa terima kasihku padamu, aku tidak melakukannya. Aku tidak bisa membunuh seseorang yang sudah berjasa dalam hidupku.” setelah mengucapkan itu dia hilang.

Aku hanya dapat terdiam mendengar ucapannya tadi. Aku berjasa dalam hidupnya? Memang apa yang sudah aku lakukan untuknya. Lalu tadi apa katanya? Aku di jadikan tumbal? Jadi benar jika pemilik kost ini bersekutu dengan makhluk gaib. Ya Tuhan... apa-apaan ini?

Saat aku masih bergulat dengan segala pikiranku. Ojol pesananku datang dan membuyarkan lamunanku tentang hal baru saja terjadi. Aku harus fokus pada pekerjaanku hari ini, kejadian tadi nanti saja dipikir lagi.

*********************************************
Jangan lupa tinggalin vote dan komen kalian ya, teman.
Karena itu akan jadi penyemangat buat aku lanjut bikin cerita.

Oh buat yang nunggu kelanjutannya cerita Bhaskara, sabar ya. Berhubung saya ganti hp, jadi mau ngga mau saya harus mengingat-ingat lanjutannya. Karena tidak kesimpan di Drive google 🙈

KOST TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang