PART V

51 3 0
                                    

Mulai banyak bermunculan ular-ular hijau berukuran sedang. Mereka mencoba untuk memasuki kamarku, namun hasilnya nihil. Sepertinya pendar kuning dari tubuh Sekar yang menghalangi mereka semua.

Si wanita ular - kakak sekar - terlihat semakin marah. Selain karena tidak ada satu pun anak buahnya yang berhasil menembus pertahanan Sekar. Waktunya juga semakin menipis. Kali ini dia memilih untuk menyerang tanpa bantuan.

“MATI KAU!!” teriaknya lalu berubah menjadi seekor ular hijau raksasa.

Sekar mengubah wujudnya menjadi manusia, dia bersiap menerima serangan sang kakak. “Tetaplah disana, Ar. Jangan bergerak selangkah pun.” perintahnya, lalu Sekar keluar dari kamar. Meninggalkanku di dalam lingkaran berwarna kuning keemasan.

Dapat kulihat kedua kakak beradik itu bertarung. Sedang bu Anna mencoba untuk memasuki kamar, namun tidak bisa. Dia selalu terpental. Wajahnya sudah pucat dan terlihat lelah, bukan... bukan lelah tapi lebih kearah takut. Kemungkinan dia takut jika akan menjadi tumbal.

Aku memilih duduk sembari menunggu. Sudah pukul 00:30 wib. “Bertahanlah, Man. Sebentar lagi. Ya Tuhan lindungilah aku dan bantu Sekar agar dapat mengalahkan kejahatan.” batinku. Masih bisa kulihat keduanya saling adu kekuatan. Sekar memang lebih unggul.

Pukul 00:45 wib.

Manusia-manusia pemuja sang wanita ular juga masih berusaha untuk masuk. Ular-ular hijau juga semakin banyak yang muncul. Bahkan ada beberapa yang berhasil masuk walaupun mengalami luka bahkan mati. Aku pun masih tetap bertahan di dalam lingkaran, tanpa berniat untuk pergi. Aku percaya Sekar pasti berhasil.

Sepertinya ular-ular itu berhasil menemukan celah diantara pelindung yang di buat oleh Sekar. Mereka berkumpul pada satu area dan itu juga membuat bu Anna serta suaminya tersenyum, karena merasa menang.

“Usaha tidak mengkhianati hasil.” ucapnya sambil tertawa. Dia dan suaminya memukulkan golok yang mereka bawa ke tempat para ular hijau mencoba masuk.

“Tetap tenang, Arman. Pelindungmu lebih kuat dari yang berada di pintu, tetap tenang. Jangan beranjak dari sana. Waktunya hanya tinggal beberapa menit lagi.” bisa ku dengar suara Sekar dalam kepalaku.

“Berdoa.” perintahnya lagi.

Aku mulai kembali fokus pada apa yang harus dilakukan sejak awal. Memohon pada Sang Kuasa untuk melindungiku dari makhluk-makhluk yang berniat jahat. Semakin aku terhanyut dengan doa-doaku, semakin warna pelindung di sekelilingku berpendar menjadi emas. Sungguh ini membuatku takjub.

Waktu semakin mendekati pukul 01:00 dini hari. Dapat kulihat jumlah ular mulai berkurang. Sekar berada di atas angin. Pasangan suami istri pemilik kost yang menyadari jika waktu perjanjian pemberian tumbal hampir habis, memilih untuk melarikan diri. Meninggalkan pak Dorman yang masih tak sadarkan diri.

Manusia egois. Tidak ada rasa simpati ataupun empati untuk menolong orang lain. Hanya mementingkan keselamatan diri sendiri. Aku benar-benar berharap mereka mendapatkan hukuman yang setimpal.

Secepat-cepatnya mereka berusaha kabur, ternyata lebih cepat si wanita ular. Belum juga bu Anna dan suaminya menuruni tangga -yang kebetulan terlihat dari kamarku- mereka berdua sudah tertangkap dan di lilit oleh ekor siluman itu.

“Ayo kita pergi dari sini.” ucap Sekar yang ternyata sudah ada di sampingku.

“Aku ambil barang-barang yang penting dulu.” sahutku.

“Cepat. Sebelum kakak menyadari kepergian kita.” aku mengangguk dan mengambil tas di meja, memasukkan ijasahku dan beberapa pakaian.

“Sudah. Kita pergi lewat mana? Aku tidak bisa menghilang sepertimu.” ucapku panik.

“Pejamkan saja matamu. Jangan dibuka sampai aku menyuruh.” aku mengikuti perintahnya dan tiba-tiba aku merasa seperti melayang.

Sebelum rasa itu datang, aku masih sempat mendengar suara teriakan memilukan dari lorong dan suara cabikan.

“Jangan di dengar. Terima kasih karena sudah percaya padaku, Arman. Kini hutang budiku sudah lunas. Aku tidak punya tanggung jawab lagi padamu.” entah mengapa aku bergidik ngeri mendengar ucapannya.

“Buka matamu, Arman.” pintanya dengan nada suara yang tidak lagi halus.

Aku membuka mata dan terkejut saat mendapati diriku berada di dalam goa tempat dulu melepaskan ular kecil yang aku selamatkan.

“A... ap... apa maksudnya ini?” tanyaku, aku menoleh pada Sekar dan tiba-tiba saja dia menyabetkan ekornya sampai aku terbentur dinding goa. Rasanya tulang punggungku patah, pandanganku pun mulai berkunang-kunang.

“Selamat datang di kerjaanku, Arman. Ucapkan selamat tinggal pada duniamu. Karena mulai detik ini kau adalah budakku!!” serunya dengan suara yang menggema keseluruh goa dan setelahnya aku tidak tau lagi.


— TAMAT —

********************************************
Masih ada 1 chapter lagi ya guys.
Thank for reading and God bless you all ❤️

KOST TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang