“Kenapa tidak biarkan hamba saja yang menghabisinya, jika akhirnya pemuda itu Paduka jadikan budak juga.” ucap Puspa.
“Karena dia tidak boleh terluka walau hanya sebuah goresan kecil. Percuma selama ini aku menjaganya jika harus orang lain yang melakukannya.” jawab Sekar sambil menatap tulang belulang dihadapannya.
Arman. Pemuda yang memang dulu pernah menyelamatkan hidupnya dari kematian itu kini berada di kerajaan Ular. Dia tumbal terakhir yang harus mati dengan tangan si Penguasa sendiri. Syarat utama mencapai kesempurnaan untuk mendapatkan kekuatan tak terkalahkan.
“Apa paduka menyesal?” tanya Puspa.
“Untuk apa aku menyesal? Manusia itu hanya sebatas mainan dan makanan bagiku.” Puspa menatap lagi belulang itu.
“Lalu bagaimana dengan jasanya?” tanya Puspa penasaran, karena sebenarnya sempat terpikir olehnya jika Ratunya itu benar-benar menjadi sosok pelindung bagi Arman.
“Cih... sebenarnya tanpa di tolongnya waktu itu, aku tetap akan hidup. Toh dari awal aku memang bukan makhluk dari dunia nyata.” jawab Sekar sembari mengibaskan selendangnya dan belulang itu berubah menjadi debu.
“Namun jika boleh jujur tatapan terakhirnya sebelum meninggal, membuatku sedikit terusik. Ada rasa kecewa di sinar matanya waktu itu. Tapi ya sudah. Setidaknya apa yang menjadi tujuanku sudah kudapatkan. Darahnya menyempurnakan kekuatanku, dagingnya membuatku hidup abadi. Salahkan saja takdir yang membuatnya harus bertemu dengan malaikat maut.” lalu tawa penuh kepuasan menggema di dalam goa.
“Ketiga manusia itu?” tanya Sekar pada Puspa.
“Mati. Toh tugas mereka sudah selesai dan jiwa mereka akan tetap di tempat itu sesuai 'hukum' yang disepakati. Manusia yang bersekutu dengan kaum kita, jiwanya tidak akan dapat menyebrang sampai waktu terompet keramat itu berbunyi.” Sekar tersenyum puas mendengar jawaban Puspa. Tugas mereka untuk menambah penghuni dunia bawah akan terus berlanjut sampai masa yang dijanjikan.
Salahkan diri kalian sendiri yang mudah dihasut.
Salahkan diri kalian sendiri yang tipis imannya.
Salahkan diri kalian sendiri yang selalu silau dengan kekuasaan dan harta.
Sampai kalian dengan bodohnya mau membuat perjanjian dan menjual jiwa pada kami.
Rela mengorbankan nyawa-nyawa mereka yang tidak bersalah demi melancarkan keegoisan kalian.
“Dasar manusia-manusia bodoh. Puspa lanjutkan. Teruslah goda mereka yang imannya hanya setebal benang jahit.” titahnya dan dia segera pergi.
“Ah... datang jiwa baru. Selamat datang di duniaku wahai manusia. Selamat menikmati. Mendendamlah pada yang mengirimmu padaku.” ucapnya menatap pada kalian.
« THE END »
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST TUA
HorrorBanyak yang memintanya untuk pindah dari kost yang disewanya. Alasannya karena sudah banyak yang menjadi korban di kost itu.