PART II

62 4 0
                                    

Haaahhh... gara-gara percakapan dengan wanita itu, aku sama sekali tidak bisa fokus dalam bekerja. Untung saja malam ini tidak terlalu banyak pengunjung yang datang. Aku benar-benar terusik dengan perkataannya.

"Bro... lo kenapa?" tanya Bagas, rekan kerjaku.

Aku menyodorkan bungkus rokok padanya setelah sebelumnya menyalakan satu batang.

"Nggak tau, mas. Dari tadi nggak bisa fokus. Untung gak ada yang salah sama kerjaanku." jawabku sambil mengacak rambut.

"Emangnya lo lagi ada masalah apa? Cerita aja." ujarnya.

"Sebenarnya kepingin aku cerita, tapi takut kamu nggak percaya sama ceritaku, mas." ucapku sambil menepuk pundaknya.

Jaman sekarang siapa yang percaya dengan cerita mistis. Hanya segelintir orang saja yang mempercayainya, itupun biasanya para orang yang sudah sepuh.

"Kok gue malah jadi penasaran ya. Cerita aja, seenggaknya kalo lo cerita pikiran jadi agak plong." bujuknya.

"Kamu percaya dengan pesugihan, mas?" tanyaku membuka topik pembicaraan.

Dia menatapku dengan sebelah alis terangkat, biasanya itu pertanda jika orang tersebut menganggap topik pembicaraan seperti ini tidak logis, tidak masuk akal bahkan aneh.

"Maksud lo, pesugihan yang bisa bikin orang jadi kaya dalam sekejap tapi harus ngasih tumbal itu?" sahutnya dan aku mengangguk.

"Jangan bilang lo putus asa terus mau ngelakuin hal instan kaya gitu?!" mendengar tuduhannya itu bukannya tersinggung namun malah membuatku ingin tertawa.

"Bukan, mas. Tapi ya masalahku ini ada hubungannya sama itu. Sepulang kerja nanti aku ceritakan. Sekarang ayo masuk dulu, waktu istirahat kita sudah habis." ucapku sembari mematikan rokok dan berdiri lalu melangkah masuk kembali ke kitchen.

Tidak terasa waktu kerja hari ini selesai. Pegawai yang mendapat giliran pagi sudah datang. Seperti janji pada Bagas saat istirahat tadi bahwa aku akan menceritakan perihal masalah yang membuat pekerjaanku sedikit terganggu. Bagas mengajakku untuk makan di warteg yang berada tidak jauh dari tempat kami bekerja.

"Gimana? Kalo bukan lo terus siapa?" tanya Bagas tidak sabar.

"Kost tempatku tinggal saat ini, mas. Pemiliknya mempunyai peliharaan." jawabku sambil membuat tanda petik dengan jari saat menyebut kata peliharaan.

"Waaahhh serius lo? Jaman sekarang masih ada yang main kaya gitu. Terus... terus... kenapa jadi lo yang bingung?" tanyanya lagi.

Nah dari sini aku mulai menceritakan semua yang terjadi. Di mulai dari pertemuan dengan wanita berbadan ular itu, sampai ucapan yang mengatakan jika aku adalah tumbal untuknya.

"Lo yakin nggak pernah ketemu tu cewek, Man?" tanya Bagas penasaran.

"Aku nggak ingat pernah nolong dia, mas." jawabku yang masih mencoba untuk mengingat kejadian-kejadian tiga tahun lalu.

"Arman, lo bilang dia siluman kan? Nggak kepikiran apa kalo pas waktu lo tolongin, bisa aja dia gak wujud cewek." ucapan Bagas sontak membuatku mengingat satu kejadian dimana waktu itu aku membantu seekor ular kecil yang hampir mati karena tubuhnya tergilas ban.

KOST TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang