Sudah pukul sebelas malam. Namun aku masih ragu untuk mengikuti perkataan Sekar. Hati kecilku menolak melakukannya. Rasanya jika aku menuruti apa yang dikatakan olehnya, akan menjadi masalah bagiku.
“Jika hatimu ragu, jangan kamu lakukan.” terdengar suara lirih dari belakangku, tentu itu membuat bulu kudukku meremang dan spontan aku menoleh ke belakang.
“Siapa kamu?” tanyaku pada sosok wanita yang lagi-lagi separuh badannya berwujud ular, hanya saja kali ini memiliki warna coklat dengan corak seperti macan tutul.
“Aku Sekar Ayu yang sebenarnya, Arman. Kamu tidak mungkin melupakan warna tubuhku saat itu kan.” jawabannya membuatku bingung. Jika sosok di hadapanku adalah Sekar, lalu siapa yang selama ini berbicara denganku?
“Aku tidak pernah sekalipun meninggalkanmu, Arman. Karena setelah kamu melepasku dalam goa itu, aku sudah bertekad untuk menjadi penjagamu dari mara bahaya. Lalu wanita yang mengaku sebagai diriku, dia kakakku.” jelasnya.
“Jika dia kakakmu bagaimana bisa dia mengetahui semua cerita itu dan tau namaku? Bahkan dia berkata jika terpisah dari keluarga.” tanyaku.
Sosok yang mengaku Sekar mengatakan jika memang dia menceritakan semua pada sang kakak, goa tempatku melepasnya ternyata adalah tempat tinggal yang sebenarnya.
“Jadi kenapa baru sekarang kamu muncul?” tanyaku masih mencerna semua cerita yang ku terima.
“Karena ayahanda memintaku untuk tidak muncul dihadapanmu jika kamu tidak dalam masalah serius. Kurasa ini adalah waktu yang tepat.” jawab Sekar dengan senyum manis menghiasi bibir merah mudanya.
Aku tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Namun kali ini hati kecilku berkata jika ucapan sosok Sekar dihadapanku ini adalah benar adanya. Melihat kesederhanaan dan tutur katanya yang lemah lembut tanpa ada nada menggoda, aku yakin jika dia memang ular kecil yang pernah ku tolong.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanyaku.
“Tetap diam di kamar ini. Aku akan memasang pelindung agar kakak tidak bisa masuk kemari dan aku terpaksa harus menukarmu dengan orang lain.” ucapnya penuh sesal.
Aku berpikir dengan keras. Aku tidak mau jika harus ada korban lainnya lagi. Namun semuanya buntu. Aku tidak mendapatkan ide apapun.
“Jangan berpikir terlalu keras, Ar. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Selama kamu bisa bertahan disini sampai lewat tengah malam, aku jamin jika kamu akan selamat.” ucapnya menenangkanku.
“Tapi kakakmu pasti akan tau jika dia di bohongi.” sahutku sedikit gusar.
Sekar terus meyakinkanku jika semua akan baik-baik saja. Lalu aku lihat Sekar mulai melakukan sesuatu, dia merubah wujudnya menjadi ular sepenuhnya. Cantik adalah kata pertama yang muncul di benakku saat melihatnya. Ada tiara kecil dengan batu berwarna hijau cerah di kepalanya.
Sekar melata menuju pintu kamar, lalu tubuhnya mulai membesar dan menjadi lebih panjang. Seluruh tubuhnya mulai mengelilingi kamarku yang tidak terlalu besar ini. Sekar memintaku untuk berada di tengah kamar. Posisiku berada dekat kepalanya yang kini sebesar anjing dewasa. Jadi, kalian bisa bayangkan seberapa besar tubuhnya saat ini memenuhi kamar kostku yang berukuran 3,5 meter kali 4 meter.
Pukul 11:55 malam. Entah hanya perasaanku saja atau memang suhu udara mulai menjadi dingin. Namun hawa dingin ini sama sekali tidak menyenangkan dan membuat napasku menjadi berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST TUA
HorrorBanyak yang memintanya untuk pindah dari kost yang disewanya. Alasannya karena sudah banyak yang menjadi korban di kost itu.