Si Tuti

41 2 4
                                    

Allah menciptakan manusia dengan  kekurangan dan kelebihan yang berbeda-beda.

Untuk apa?

Yah, untuk melengkapi.

Bukannya, untuk saling membandingi.

Dengan langkah gontai Naura berjalan ke arah tempat tidurnya. Merebahkan dirinya yang lelah bertarung seharian ini.  Mencoba untuk menutup mata.

"Ih!" Teriaknya kesal.

"Baru juga suka sama orang, eh udah di tolak. Naura harus bagaimana?" Ucapnya sambil guling-guling.

Naura mengambil handphone yang berada di atas meja. Dia akan menghubungi Hila,sahabatnya. Dia sih ingin menghubungi Anandra tapi dia takut menganggu.

"Halo, kenapa?"

Dapat Naura dengar suara lemah Hila.

"Hil, Naura pengen cerita."

"Gue ngantuk!"

Jawaban Hila tentu membuat Naura kesal.

"Hila ih!"

"Cepetan kalo mau cerita."

"Oke, emh... Naura, emh..."

"Apaasih Nar?" Tanya Hila mulai kesal karena Naura yang terlalu terbelit-belit.

"Naura suka Hestu," cicitnya.

"Oh."

"Eh?" Bingung Naura. "Hila gak kaget?" Tanyanya heran.

"Gaklah. Udah keliatan sih dari kelakuan Lo akhir-akhir ini."

Naura mengangguk.

"Yaudah deh. Naura mau tidur babay!"

"Cuman itu doang?"

"He'um."

"Buang buang waktu gue lo!"

Titttt.

Hila langsung mematikan ponselnya ketika tau bahwa Naura hanya membicarakan hal yang menurutnya tidak ada faedahnya.

Sedangkan Naura terkikik geli, sekali-kali dia yang mengerjai Hila, jangan Hila terus.

Sebenarnya ada yang ingin dia bicarakan lagi. Tapi kayaknya enaknya ketika mereka kumpul nanti.

"Hestu, love you." Cicit Naura.

Oke! Jatuh cinta membuat Naura yang lugu jadi lebay.

***

"Lah, lo kenapa Hil?" Tanya Anandra heran.

Pasalnya saat ini Hila sedang tiduran di belakang kelas, di lantainya, tidak di lapising apapun. Seperti anak yang di buang.

"Si Naura, udah tau gue susah tidur. Eh malah tengah malam nelfon gue. Mau gak mau gue kebangun lah. Habis itu gak bisa tidur, emang bangke si Naura." Kesal Hila.

"Heh! Gak boleh ngomong kasar. Kalo si Naura denger, nangis dia." Jelas Anandra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hiks,"

Hila dan Anandra yang tiba-tiba mendengar isakkan seseorang pun langsung menoleh.

"Naura!" Teriak mereka kaget.

"Jadi, selama ini Naura itu bangke? Bukannya manusia? Hila! Jahat banget sih. Hiks,"

Naura yang awalnya berniat ingin mengejutkan kedua sahabatnya tapi malah berakhir mendengar perbincangan mereka yang menganggap dirinya adalah seorang 'bangke' pun langsung meninggalkan kedua sahabatnya.

Dia berlari ke Tuti.

"Tuti!" Teriak Naura sambil menggoyang-goyangkan tubuh Tuti.

Sekilas info, bahwa Tuti merupakan teman sekelas Naura. Teman yang selalu tidur di kelas. Seperti mayat hidup yang berjalan kata Naura.

"Tut!" Teriak Naura lagi karena Tuti yang tidak bangun-bangun.

"Emhhhh, apasih Nar," tanya Tuti pelan.

Naura yang melihat Tuti hanya merenggangkan tubuhnya lalu lanjut tidur di atas meja pun mendengus kesal.

"Tuti!"

"Ya Allah, apasih Nar?" Kaget Tuti.

"Ikatin rambut Naura dong."

Tuti menghela napas pelan.

"Sini," ucapnya, jika dia menolak pasti mulut kalemnya si Naura ini akan berteriak histeris, atau menangis kencang.

Bukannya Naura tidak ingin ikat rambutnya sendiri, tapi Naura hanya ingin Tuti itu bergerak, tidak tidur di pagi hari. Bukannya tidur di pagi hari tidak baik?

"Aw, sakit Tut," teriak Naura ketika Tuti terlalu keras menarik rambutnya.

"Heh! Nama gue Angel, bukannya Tuti." Balas Tuti kesal.

"Angel itu kan artinya malaikat, masa iya Tuti yang suka tidur ini malaikat sih. Gak cocok. Jadi Tuti aja, Tuti itu kepanjangannya tukang tidur! Nah! Itu cocok hehe." Jelas Naura sambil tertawa.

Sedangkan Tuti yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala. Ingin balas tapi nanti nih anak nangis. Hadeh.

Selesai Tuti mengikat rambut Naura, bel sekolah berbunyi, pertanda jam pelajaran akan dimulai.

Naura, Tuti, dan beberapa siswa yang mendengarpun lansung duduk di tempat masing-masing. Menunggu guru sejarah mereka untuk datang.

Naura hanya memandang jenuh guru sejarahnya, kenapa sejarah se-membosankan ini? Dia memperhatikan teman-teman kelasnya. Ada yang tiduran, ada yang menguap, ada yang pura-pura makan padahal ini masih pagi, dan hanya menyoret-nyoret bukunya pun ada. Naura memballikkan tubuhnya, ingin melihat Tuti.

Dan, yah. Si Tuti ternyata sedang tidur. Sudah Naura duga.

"Si Tuti ko bisa dengan mudahnya yah tidur dimana-mana," bisikkan dari samping Naura berhasil mengejutkannya.

"Assalamualaikum! Hila!" Kaget Naura.

Naura yang kaget tanpa sadar membesarkan suaranya. Seisi kelaspun langsung menatap Naura.

"Waalaikumsalam," jawab sekelas serempak.

Naura kira dia kena marah, ternyata. Mereka hanya membalas salam.

***

Dahlah, makin lama makin gak jelas.

Yang jelas emang cuman perasaan aku aja awokawok.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝘏𝘪𝘫𝘳𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘕𝘢𝘶𝘳𝘢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang