Learning New Language

38 2 0
                                    

            Besoknya sebelum kelas dimulai, Dion menyodorkanku kamus yang cukup besar. 3 bahasa, Korea-Inggris-Indonesia.

"Hansol, you can have this dictionary. I give it free for you. You don't have to return this.", Dion memberikanku kamus itu.

"Thank you so much, Yon!", aku mengambil kamus itu dengan sangat bahagia, lalu memeluk Dion.

"If you find some difficulties, just ask me.", tawar Dion.

"Of course."

Dion memang benar-benar dewasa dan ramah. Sepulang sekolah, ia mengantarkanku pulang ke rumah sekaligus mengajariku bahasa Indonesia. Aku beruntung sekali memiliki teman seperti Dion.

"P-i, pi. S-a, sa. N-g, ng. Pisang.", aku mengeja tulisan berbahasa Indonesia yang ada di kamus.

"Bagus!", puji Dion dengan bahasa Indonesia. Lalu Dion menunjukkanku 'kelompok kata' yang lain. Ia memintaku untuk mengejanya.

"T-e, te. R-i, ri. M-a, ma. K-a, ka. S-i, si. H, terima kasih!", aku mengejanya dengan semangat.

"Sama-sama, Hansol!"

"Terima kasih, Dion!"

Aku memeluk Dion.

"Kamu bagus sekali membacanya! Aku yakin kamu pasti bisa!", dukung Dion.

"Terima kasih, Dion! Ayo kita lanjutkan lagi!"

Kami belajar sampai sore. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 4, Dion pun pamit pulang.

"Hansol, aku pamit pulang dulu ya. Oiya, besok ada pelajaran bahasa Indonesia. Kamu harus memperhatikan betul-betul supaya kamu menguasai.", pesan Dion.

"Siap!", kataku sambil bersikap 'hormat' kepada Dion.

"Hahaha, bisa aja! Aku seneng kamu sudah bisa bahasa Indonesia. Tingkatkan lagi kemampuanmu supaya kamu lebih menguasai. Aku pulang dulu, dadah! Selamat sore!", pamit Dion.

Aku melambaikan tangan ke Dion.

Korea Reomit: Fate in MalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang