Setahun berlalu, aku sudah kelas 1 SMA. Aku bersekolah di SMA yang dinaungi oleh yayasan yang sama dengan SMP-ku dulu, SMA Katolik Santa Maria Malang. SMA Katolik Santa Maria terletak di Jalan Langsep, oleh karena itu sering dinamakan Langsep.
Aku sudah tidak diantar appa lagi ketika pergi ke sekolah. Aku sudah bisa mengendarai motor sendiri, jadi aku memutuskan untuk lebih mandiri dengan mengendarai sepeda motor ke sekolah.
Dion masih selalu mengikutiku sejak TK sampai SMA. Lagi-lagi ia sekelas denganku. Mungkin kita ditakdirkan untuk menjadi sahabat selamanya.
Dion selalu saja mengadakan agenda untuk bermain atau jalan-jalan. Sepulang sekolah ia mengajakku dan beberapa teman lain untuk touring ke Sukun. Daerah Sukun tak terlalu jauh dari sekolah, jadi aku menyetujuinya.
Huft, mungkin kita tidak terlalu beruntung hari ini. Hujan turun deras sekali disertai petir yang menyambar-nyambar.
"Yon, kon yakin tah kate touring pas udan deres ngene?", tanyaku.
"Ora popo, Sol. Kan awake dewe onok jas udan. Wani kotor iku apik.", jawab Dion sok percaya diri.
"Yowes ayo ndang an! Aku wes gak sabar.", tukas Roger, salah satu temanku.
Kami pun langsung berangkat.
Saat kami berada di perempatan Sukun, aku yang mengendarai motor langsung menerobos genangan air didepanku. Lalu, brakk!
"Owww!!", aku menjerit kesakitan sambil memegangi betisku yang banyak luka.
Ternyata aku baru saja menginjak lubang yang dalam sekali. Lubang itu tertutup oleh genangan air. Sontak teman-temanku terkejut dan membawaku ke tepi jalan. Dion langsung membawa motorku ke tepi jalan.
"Sol, sepurane yo. Iki salahku ndableg ngejak kon motoran pas udan deres ngene.", Dion langsung minta maaf.
"Gakpopo, Yon. Aku seng salah gak ati-ati.", tukasku masih kesakitan.
"Kon tak anterno mulih yo. Ngkok onok Roger seng melu ndek mburi. Lek kon wes ndek omah, aku mulih ambek Roger. Oyi?", tawar Dion.
"Iyo, Sol. Awakmu kudu ndang mulih, ndang diobati, ndang leren.", Roger mengiyakan perkataan Dion.
"Oyi.", aku setuju.
Dion langsung memboncengku sambil mengendarai motor milikku, tentu saja diikuti oleh Roger di belakang kami.
Sesampainya di rumah...
"Eh, Nak Dion datang ke rumah. Loh Hansol? Kok kakimu luka begini? Kamu habis jatuh ya?", tanya eomma.
"Iya, eomma. Tadi Hansol nginjak kubangan air. Maafin Hansol, eomma. Hansol tadi gak hati-hati.", aku langsung menunduk sedih.
"Hansol, lain kali kamu harus hati-hati. Kalau kamu jatuh kan jadi repot sendiri.", tukas eomma.
"Tante, ini juga salah saya. Saya tadi ngotot ngajak Hansol motoran pas lagi hujan begini. Maafkan saya, Tante.", Dion minta maaf ke eomma.
"Iya, gakpapa Dion. Lain kali kalau mau motoran lihat situasi dan kondisi ya! Kalau cuacanya buruk kan beresiko tinggi.", pesan eomma.
"Yowes, Sol. Aku pamit mulih yo. Ndang leren.", pamit Dion.
"Oyi, Yon."
"Hansol, kamu duduk dulu di ruang tamu. Eomma ambilkan obat merah dan perban dulu.", eomma menyuruhku duduk di ruang tamu sambil berlalu ke ruang tengah untuk mengambil obat-obatan.
Eomma kembali ke ruang tamu sambil membawa sekotak perban dan obat merah. Mula-mula eomma mengoleskan obat merah ke seluruh lukaku. Ouch, rasanya perih! Namun tak mengapa. Lebih baik aku merasakan perihnya diobati sementara kemudian aku sembuh. Lalu eomma membalutkan perban.
"Hansol, kamu langsung mandi yah! Badanmu basah kuyup begini, nanti kamu masuk angin."
"Ne, eomma."
Aku langsung mandi dan istirahat di kamar.
Keesokan harinya, aku tidak masuk sekolah karena kakiku masih sakit. Aku izin tidak masuk sampai kakiku agak mendingan. Setelah kakiku terasa sudah lebih baik, aku langsung masuk sekolah walaupun diantar appa karena kakiku masih belum memungkinkan untuk mengendarai motor lagi. Sesampainya di sekolah, aku disambut oleh teman-temanku.
"Wih, Sol. Kon wes waras yo? Selamat bergabung kembali!", sambut Dion.
"Iyo, Yon. Tapi aku durung isok motoran sek, soale durung memungkinkan.", jawabku.
"Gakpopo, Sol. Seng penting awake dewe isok ketemu maneh.", tukas Roger.
Ah, senang sekali aku sudah sembuh!
![](https://img.wattpad.com/cover/230103374-288-k706736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Korea Reomit: Fate in Malang
FanfictionAku Jang Hansol. Kalian pasti mengenalku sebagai "orang Korea yang medok". Namun, ada perjalanan panjang yang mencetakku untuk menjadi medok. Bagaimana ceritaku? Baca saja di Korea Reomit: Fate in Malang, novel yang terinspirasi dari kisah hidupku...