[1] > Mandiri

2K 165 16
                                    





"... Ngun... Hei, BANGUN KALIAN!"

Brak!

Panggilan itu mulai merasuk ketelinga Namjoon, disusul tendangan yang cukup keras di kaki Namjoon dan membuatnya kaget setengah mati. Belum lagi dia sadar apa yang terjadi, dia bisa melihat wajah Jimin disampingnya, tertidur dengan nyenyaknya.

"Arghhh!!" Namjoon reflek memukul wajah itu.

"Uagh!" Jimin mengaduh, kepalanya mundur kebelakang dengan keras dan menabrak kepala lain lagi, dan suara mengaduh yang sama pun terulang, sampai akhirnya ketiga pria yang tidur berjejer itu terduduk, bangun, bingung dengan apa yang terjadi.

"Di-dimana ini?!" Namjoon yang lebih dahulu bersuara, kaget karena sekarang mereka berada diruang kecil dan sempit, dengan tikar kayu usang yang menjadi alas, beserta selimut tipis dan bantal kecil.

Jimin dan Taehyungpun sama, mereka mulai mengedarkan pandangan bingung sambil mengucek mata, lalu terkaget dengan wajah panik yang tidak kalah hebohnya.

Pria berbahu lebar yang tengah memperhatikan mereka sambil bersandar didinding itu menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. "Kalian berada dikontrakan ibuku. Selamat datang," ketusnya.

"Tu-tunggu! Kenapa kami bisa sampai disini?" tanya Jimin, bingung.

Seokjin terkekeh sinis. "Semalam ada yang menelepon ibuku. Kata mereka, mereka ingin menyewa salah satu rumah kontrakan kami untuk 4 berandalan yang menabrak orang lain dimalam hari," jelasnya, jelas menyindir ketiga pria yang tengah terduduk diatas tikar itu.

"Tunggu, dimana Hoseok?" Taehyung akhirnya sadar bahwa mereka cuma bertiga. Kepalanya menoleh kesana kemari mencari sosok pria itu.

Seokjin memutar bola mata, "Dia cukup disiplin. Tidak seperti kalian. Pagi-pagi begini dia sudah membantu ibuku. Hish, aku curiga kalian pasti mempengaruhi dia macam-macam, makanya dia bisa ikutan seperti kalian."

Namjoon mendecih. "Diam kau. Hoseok hanya kebetulan ada disana saat itu. Dia tidak ikut-ikutan."

Seokjin terkekeh. "Pantas. Dia tidak cocok bergaul dengan berandalan seperti kalian, soalnya."

"Hei-!"

"Ssstt, sudahlah. Namjoon. Gawat kalau dia mengadukanmu lagi ke ayahmu. Hukumanmu bisa ditambah," bisik Jimin, membuat Namjoon akhirnya menahan emosinya yang sudah meletup-letup.

"Orangtua kalian menitipkan pesan padaku. Kalau kalian tidak bisa menghasilkan uang sendiri dan membiayai hidup kalian sendiri selama sebulan ini saja, kalian akan terus disini, sampai kalian bisa mandiri."

Taehyung menganga sempurna. "Apa? Serius? Haish..."

"Bagaimana bisa kami tinggal ditempat kumuh ini?" Jimin bergidik, melihat sekeliling. Jelas sekali tempat ini bukanlah levelnya. Luasnya saja masih kalah dengan kamarnya sendiri. Astaga.

Seokjin mendecak. "Protes sana ke orangtua kalian! Pokoknya aku sudah menyampaikan pesan orangtua kalian. Kalau kalian mau makan, bekerjalah. Apa saja. Ayah kalian tidak menitipkan apa-apa pada kalian kecuali uang sewa. Sudahlah. Aku pergi." Seokjin berlalu setelah mengatakan itu, meninggal ketiga pria itu sekarang yang masih saja termangu, bingung.

***

"Mereka pikir mereka siapa? Astaga, beraninya mereka menyebut rumah itu kumuh? Susah payah aku bersihkan, dasar tidak tahu terimakasih!" omel Seokjin, sembari menendangi kerikil kecil yang dia temui dijalan dengan kesal. Bagaimana tidak? Ketiga tuan muda itu benar-benar menyebalkan. Dari wajah saja siapapun tahu kalau mereka itu angkuh. Haish, lihat saja...

Tuan mudaku • NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang