[5] > Namjoon's Brain!

1.2K 133 6
                                    

Tuan Mudaku '🐯🌺

.

.

.

.

.

"Sampai kapan kau mau menahanku?" tanya Seokjin, sambil memutar bola matanya, bosan memandangi Namjoon yang sedang membetulkan ponsel-ponsel dihadapannya dengan serius.

"Sampai kau katakan apa alasanmu menciumku," jawabnya.


"Astaga. Kenapa kau sepeduli itu sih dengan ciuman bodoh itu?" tanya Seokjin, tidak habis pikir.

"Karena setelah ciuman itu, aku kepikiran kau terus. Aku jadi tidak bisa kerja. Jadi, ini salahmu dan kau harus bertanggung jawab."

"Astaga. Kenapa kau memikirkanku sampai sebegitunya? Jangan bilang kau menyukaiku setelah kucium."

"Sepertinya tidak."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku, aku tidak membencimu ataupun menyukaimu, jadi, aku masih ragu apakah aku suka padamu atau tidak."

Seokjin memijit keningnya, frustasi. "Bicara denganmu membuat umurku bertambah setahun. Astaga, sejenius apa sih, kau ini? Sampai suka saja kau berpikir keras begitu."

"Ini tidak berpikir keras," sanggah Namjoon. "Ini hanya kenyataan yang tersaji secara manual setelah pertemuan dimana kau memakiku berandalan," jelasnya.

"Kau masih ingat itu?"

"Iya."

"Kau tersinggung?"

"Iya."

"Kau berharap aku minta maaf?"

"Iya."

"Aku tidak mau minta maaf."

"Tidak masalah."

"Lalu kenapa kau menahanku?"

"Karena aku penasaran alasannya."

"Tapi kata kau tadi kau tidak mempermasalahkannya!"

"Bukan berarti aku melupakannya."

"Terserahlah, dasar brainiac!"

"Terimakasih."

"Sama-sama!!" jawab Seokjin, kesal.

Namjoon tidak mengindahkan gerutuan Seokjin. Kalau boleh dia jujur, Seokjin itu tipe orang yang benar-benar mengganggu. Dia mengoceh seharian, menggerutu, dan menanyakan hal yang tidak berbobot kepada Namjoon. Ingin rasanya Namjoon usir dia, tapi lagi-lagi dia batalkan karena dia perlu tahu alasan pria itu menciumnya. Aneh memang. Tapi itulah derita orang yang menderita paranoid. Penderita ini tipe orang yang ambisius. Jika dia ingin sesuatu, maka dia harus mendapatkannya. Dan jika dia sudah menetapkan sesuatu, maka tidak akan ada yang bisa mengubahnya. Pokoknya, penderita ini hanya percaya pada dirinya sendiri, dan mereka seenaknya. Tipe pemaksa yang tidak bisa ditolak.

Seokjin mendengus lagi. Dia bosan dengan keseharian Namjoon yang itu-itu saja. Dia tidak pernah beranjak dari duduknya kecuali untuk makan dan minum. Selebihnya, dia duduk dan memperbaiki apapun yang sudah dia terima. Selama Seokjin memperhatikan pria ini, dia sadar jika Namjoon memberikan kapasitas untuk dirinya sendiri. Jika hari ini dia menerima sekitar 20 barang untuk diperbaiki, besok jumlahnya akan jadi 25, lalu keesokannya jadi 30. Seperti, dia mencoba men-challenge dirinya sendiri, mampukah dia menyelesaikannya dalam sehari. Dan uniknya dia selalu bisa. Tiap hari, Seokjin bisa lihat, jika pria itu bertambah gigih dan menekuni pekerjaannya.

Tuan mudaku • NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang