3

86 9 2
                                    

"Kenapa kosong?"

"Sam, di mana tempat tidur anak aku?"

"Kenapa di sini kosong?"

"KENAPAAAAA SAM? KENAPA KAMU SINGKIRKAN SEMUANYA?" Izly terus berjalan kesana kemari dengan air mata yang sudah membanjiri pelupuk matanya, tangisan dan jeritan nya terdengar sangat menyiratkan luka. Sam dan Deza hanya mematung melihat amarah Izly.

"Aku udah kehilangan anak aku, dan sekarang kamu singkirkan semua nya, kamu cinta nggak sih Sam sama aku? Ah, aku paham di sini" Izly terkekeh hambar sembari menatap tepat kedalam manik mata suaminya.

"Kamu bahagiakan lihat aku kaya gini? Kalau memang kam-"

"KARENA AKU CINTA SAMA KAMU AKU SINGKIRKAN SEMUANYA!" Bentak Sam kemudian.

"ENGGAK!"

"Kamu bahkan tega singkirkan kenangan tentang anak kita, kamu..." Izly kembali terisak. Ia lantas berjalan menuju kearah pintu.

"Aku harus cari semuanya" Gumam Izly terburu-buru. Sam segera berlari mengejar Izly, lantas menarik wanita itu kedalam pelukannya.

Merasa Sam menahannya Izly sekuat tenaga memberontak agar Sam segera melepaskannya. Walaupun semua itu sia-sia.

"Lepas Sam!"

"Berhenti Zil, aku mohon"

"Lepas Sam, lepasss!"

Sam merenggangkan pelukannya. Diatatapnya wajah pucat dan mata sembab istrinya.

"Jangan sia-siakan waktu kamu Zil, aku mau kamu belajar ikhlaskan semuanya,"

"Aku ibunya Sam, kamu mungkin bisa dengan mudah bicara, lupakan, ikhlaskan, dan relakan, kamu tau nggak rasanya jadi aku? Aku ibu yang gagal Sam, aku bertahan hidup diatas kematian anak-anak aku" Ujar Izly lirih namun sangat melukai hati Sam. Bahkan apa yang ia rasakan juga tidak jauh berbeda dengan apa yang Izly rasakan. Hanya saja selama ini ia berpura-pura kuat di hadapan semuanya. Orang tua mana yang bisa merelakan kepergian anak-anaknya. Tidak akan ada yang rela.

"Iya Zil, iya, aku memang nggak paham apa yang kamu rasakan, karena itu aku minta maaf karena aku nggak bisa izinkan kamu keluar dari ruangan ini" Ucap Sam kemudian ia bergegas keluar dari kamar dan mengunci Izly dari luar.

"SAMMM! SAMUDRAAAA! AKU HARUS CARI MEREKA! SAMMM!" teriak Izly menggema dari dalam kamar.

Sam hanya duduk bersandar pada pintu yang membatasi mereka berdua.

Perlahan Sam mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Benda yang sebenarnya selama ini ia bawa. Sebuah gelang tangan bertuliskan kata Anant. Gelang yang akan ia berikan pada anak-anaknya. Namun, semuanya gagal karena Tragedi itu.

Sam menengadahkan wajahnya menatap langi-langit rumahnya. Setetes air mata mengalir dengan sendirinya. Ia bahkan lelah jika harus selalu berpura-pura seperti ini. Semua orang mungkin mengira Sam mati rasa. Pasalnya Ia tetap bisa tertawa, bekerja dan menjalani kehidupan yang normal bahkan setelah kehilangan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya semua yang ia perlihatkan adalah sisi palsu dari dirinya sendiri.

"Aku juga tau Zil rasanya kehilangan, nggak cuma kamu," Lirih Sam dengan isak tangisnya yang sudah tidak bisa ia sembunyikan lagi.

Dari balik pintu kamar yang lain, Deza kembali mengurungkan niatnya untuk menemui Sam. Ia rasa Sam butuh ruang untuk menangis. Menangis memang tidak bisa menyelesaikan semua permasalahan, tetapi dengan menangis setidaknya bisa melegakan sesak yang terasa dihati.

***

"Maaf tante, aku nggak bisa"

"Soalnya kerjaan aku lagi numpuk"

(Bukan) Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang