3. Liburan (II)

32 0 0
                                    

"Kak, lihat sini dong. Ayo kita foto!" Senja mengarahkan kameranya untuk selfie. Tangannya menarik lengan Naren mendekat. Keduanya tengah mengunjungi Osaka Castle. Duduk dibawah pohon-pohon yang menguning berguguran sembari memandang hamparan hijau dengan sedikit semilir angin, membuat Senja sayup-sayup merasa mengantuk. 

Seharian berkeliling di Castle dan duduk-duduk di taman membuat mereka berdua merasa tenang. Lumayan mengurangi penat dari keseharian yang sumpek dan menyegarkan pikiran. 

"Mau foto lagi, Senja?"

"Sebentar deh Kak. Mau menikmati momen langka kaya gini." Senja mendongak. Merasakan kelopak-kelopak daun menguning mengenai wajahnya satu-persatu. Senyumnya kemudian melebar, langit biru cerah menambah indahnya momen. Naren ikut tersenyum, Ia merebahkan tubuhnya di hamparan rumput lantas memejamkan mata. 

Suasana  Nishinomaru garden ramai seperti biasanya, ada yang membawa pasangan, keluarga, atau anjing peliharaan mereka. 

"Kakak enak ya udah keliling benua." Ujar Senja tiba-tiba. "Aku juga pengen kak, abis lulus ambil S2 ke Italia atau German, yang penting ke benua eropa."

"Ada enak dan enggaknya. "

"Kak, mau ajarin aku bikin skripsi aku? I mean kakak kan sebidang sama aku ternyata. Anggap aja aku anak bimbingan Kak Naren, gimana?" 

"Are you sure about that?"

"Absolutely."

"Okey."

***

Seharian penuh berkelana, dari mengunjungi Shitennoji temple, shinsekai, makan siang di Dotonbori hingga kini berada di osaka aquarium meskipun hari sudah sore. Pokoknya kata senja jika bisa dikunjungi semua ayo kita kunjungi semua tempat. Naren memang sedikit agak kaku, tetapi selera humor lelaki itu nampaknya receh juga. Buktinya saja banyolan garing Senja mampu membuat lelaki itu tertawa. Selesai memandangi ikan-ikan di aquarium dan berakhir jajan lagi kebab dan sosis panggang, Senja tersenyum bahagia. 

"Jadi kak, aku tuh masih bingung di latar belakang penelitian skripsi aku. Dosenku ngeselin deh selalu left me on read atau susah banget ditemuin di kampus. Kan aku jadi mentok di bab 1 aja terus ini gak jalan-jalan. Padahal pengen cepetan seminar proposal kaya temen-temen yang lain." Sehabis curhat Senja menggigit kebabnya. Apasih curhatan Senja jikalau gak soal abang-abangnya ya nyerempet bahas skripsi. Bab 1 belum kelar malah udah ditinggal liburan ke Jepang. Teman-teman udah mulai ngelab lagi. Makin merasa Ia gagal mengejar teman-temannya. Dosen pembimbing gak ngasi motivation support lagi. Sudahlah, Senja ambyar. Mau nikah aja. 

"Kak nikah yuk!"

Naren yang tengah mengunyah sosis panggangnya tersedak, Ia terbatuk hingga wajahnya memerah, jelas saja membuat Senja otomatis panik dan segera menyodorkan ocha miliknya ke teman abangnya itu. 

"Hah, kamu ngomong apa?" Setelah meminum habis segelas ocha, batuk Naren mereda. 

"Hilih! Pura-pura aja gak denger terus kak. Tenang aja aku ntar siapin berkasnya terus daftarin ke KUA. Punya calon suami jenius kaya kakak ini emang siapa sih yang gak mau. Kalau aku sih jelas mau dong," tutur Senja lagi, oke Naren terbatuk untuk yang kedua kalinya. Ia pikir ketika Bumi mengatakan bahwa Senja itu bar-bar bukan segini bar-barnya yang Ia bayangkan. Ternyata melebihi ekspektasi yang Naren bayangkan. 

"Emang apa yang bisa kamu tawarkan kalo mau nikah sama saya?" dan begonya Naren menanggapi ke bar-baran Senja. Jelas gadis itu langsung tertawa namun langsung berubah tersenyum miring bak psikopat, "Servisku mantap Kak."

Oke. Naren menyerah. Ia tak kuat menanggapi keabsurdan Senja lagi. Adik temannya itu sukses membuatnya kehilangan kata-kata, "Anjir." Dan Naren tak menanggapinya lagi. Kalah telak.

***

Semenjak insiden Naren keselek sosis panggang dan Senja yang jika berbicara semakin bobrok, dua orang itu makin dekat saja. Segalanya diomongin sampai Senja bahas komik hentai yang tidak sengaja Ia temukan di tempat jualan oleh-oleh. "Anjir kak, ini gambar pantatnya bisa gede sebelah gitu ya, kalo dipakein celana kempes setengah dong." tutur Senja, gak ada akhlak emang. Hilang sudah kewibawaan Naren jika Ia lama-lama berdua dengan Senja. Mulut gadis itu kayanya butuh dibeliin filter biar tersaring yang bagus-bagus saja.

"Ya gak begitu juga konsepnya Malika. Gemes saya lama-lama sama kamu ya, diulekin dulu nih bibir biar gak ngomong asal nyeplos." Naren ngedumel, menarik Senja beralih ke rak lain, menjauh dari rak-rak komik yang memajang poster tak senonoh. 

"Otakmu tuh gesrek juga ya ternyata, heran." Akhirnya berdiri di hadapan oleh-oleh kaos bertuliskan i love Japan, atau Osaka. "Tuh beli aja kaos dah buat saudara-saudara di rumah. by the way dua puluh menit lagi ya, Nja. Kalo mau naik feris wheel."

"Okay-okay calm Kak Naren." 

.

.

"Aduh jalannya pelan-pelan aja kak." 

"Buruan, 15 menit lagi udah final boarding." Naren menarik tangan Senja dan menggenggam tangan gadis itu agar berjalan beriringan dengannya, gadis itu tadi merengek ingin naik feris wheel katanya tetapi kelamaan memilih barang oleh-oleh. Pukul 21.30 sudah boarding terakhir feris wheel. Lampu gemerlap dari feris wheel sudah terlihat semakin dekat. 

"Tunggu bentar saya beli tiket. Awas ilang lagi kamu."

"Iya." Senja mengangguk. Ia mendongak menatap feris wheel yang masih berputar-putar kemudian beralih pada langit malam yang terang karena sinar bulan dan juga bintang-bintang. Langit malam tambah cantik. 

Ketika feris wheel berhenti berputar, Naren sudah kembali dengan dua tiketnya. Menarik lagi tangan Senja dan membawanya segera masuk ke dalam. Duduk berhadap-hadapan, dengan Senja yang langsung siaga dengan kamera yang sudah seharian mengalung di lehernya. 

Naren tengah menunduk ketika feris wheel mulai bergerak naik, Ia langsung mengalihkan pandangannya keluar jendela, sudah lama juga Ia tak merasakan liburan. Tak sia-sia Ia mengiyakan tawaran Bumi untuk menemani Senja. Ia terlalu fokus menatapi pemandangan langit malam ketika feris wheel berjalan semakin di puncak, tak sadar Senja mengarahkan kameranya kepadanya. 

"Kak, kalo nama anak pake bahasa arab yang bagus apa?"

"Menurut kamu apa?"

"Bahlul." Dan saat itu Naren menoleh seutuhnya pada Senja, tersenyum lebar disaat bersamaan dengan bunyi bidikan kamera Senja yang terdengar. Senja tersenyum puas, mengamati hasil jepretan fotonya. Jujur Ia akui, Kak Naren bertambah kadar ketampanannya jika lelaki itu tertawa lebar seperti tadi. 

"Mama aku sekarang udah gak perawan lagi, Kak." 

"Mau kamu apasih, kalo mamamu masih perawan gak ada kamu yang ada." Naren gemas, tapi Senja hanya menghendikkan bahu, terus saja memotret lelaki itu. 

"Kamu jangan fotoin saya terus nanti kamu jatuh cinta, saya gak tanggung jawab," Naren tertawa. Sepertinya baru saja sehari dengan gadis bernama Senja membuat dirinya tak terlalu kaku. 

"Gak papa, nanti aku aja yang tanggung jawab langsung lamar Kakak."

.

.

.

TBC 



Scripshit!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang