4. A Hug

4.2K 443 41
                                    


4. A Hug

"Hmmm... aku tidak mengatakan jika aku bersedia," jawab Leonel.

"Kita akan menikah tiga bulan. Ya, tiga bulan. Kau tahu jika hanya sehari lalu kita bercerai itu akan terlihat jika kita hanya bersandiwara, akan tampak aneh. Setelah kita beretmu kakekku dan aku mendapatkan perusahaanku, aku akan mentransfer berapa pun uang yang kau minta dan setelah itu surat cerai akan kukirim tiga bulan setelahnya." Violeta menjelaskan dengan panjang lebar.

"Hanya itu yang kudapatkan?" Leonel menaikkan sebelah alisnya. Samudra matanya masih menatap wajah Violeta yang tampak cantik hari ini. Ralat, bukan hanya hari ini. Gadis itu cantik setiap hari hanya saja mengesalkan. Matanya berwarna hijau, ia memiliki bintik-bintik samar di kulitnya yang tampak begitu halus dan seindah batu pualam. Bulu mata dan alisnya rapi juga tebal, rambutnya panjang berwarna cokelat, tampaknya rambut itu juga selembut sutra.

"Maksudmu?" Violeta mengerutkan alisnya.

"Bonusku sebagai suamimu," ucap Leonel sambil meraih ujung rambut Violeta lalu memainkannya menggunakan jemarinya.

"A-apa maksudmu?" Violeta tergagap.

Leonel terkekeh. "Jangan katakan kau masih perawan."

Violeta memalingkan wajahnya yang terasa memanas, ia memang pernah berciuman di bibir dengan Liam, tapi hanya berciuman bukan melakukan hubungan badan. "Kalau iya, kenapa?" tanyanya dengan nada ketus.

"Kalau begitu aku lebih tertarik mengambil bonusku ketimbang bayaranku," ucap Leonel. Diam-diam ia melirik bagian dada Violeta yang terhalang kain, tidak terlalu besar tapi bisa di pastikan benda itu padat kenyal dan menyenangkan.

"Jadi, kau bersedia?"

"Demi bonusku," jawab Leonel.

"Hah?"

"Iya, aku bersedia," jawab Leonel disertai seringai licik di bibirnya.

Berhubungan badan dengan seorang perawan. Pasti surga yang mengirimkan Violeta untuknya. Membayangkan gadis polos di depannya berada di bawah tubuhnya menjerit-jerit karena kenikmatan sudah membuatnya frustrasi karena bagian di antara kedua pahanya mengeras.

"Jadi begini, kita akan siapkan pernikahan mendadak, aku akan mengatakan pada kakekku bahwa kita bertemu secara tidak sengaja dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku menyamar sebagai gadis miskin saat itu, bagaimana? Apa terdengar seperti kisah cinta sejati?" Violeta menyampaikan rencananya.

Demi Tuhan! Leonel tidak peduli dengan rencana Violeta. Sama sekali tidak peduli, yang ia pedulikah sekarang ini ia hanya ingin membawa gadis itu ke ranjang, menikmati bibirnya, membelai lidahnya, menggigit ujung puncak dadanya lalu memasukinya. Membuat Violeta menjerit memanggil namanya dan meminta untuk segera dipuaskan.

Damn it!

Leonel mengumpat di dalam hatinya. Sesuatu di antara kedua pahanya semakin mengeras dan otaknya juga mulai tidak bisa di kendalikan. Ia menginginkan mencicipi gadis itu sekarang, gadis yang masih tersegel yang belum pernah ia temui sepanjang hidupnya sebagai seorang pria yang dengan mudah mendapatkan wanita.

"Ayo kita ke hotel," ucap Leonel.

"Apa?"

"Ke hotel," jawab Leonel.

Violeta membeliak. "Kau benar-benar pria mesum!"

"Aku ingin mengambil bonus yang kau janjikan terlebih dulu," ucap Leonel tanpa berbasa-basi basi.

VioletaVioleta menyipitkan kedua matanya, ia pernah tertipu oleh Liam dan itu tidak akan pernah ia biarkan terjadi lagi. Tidak akan pernah. "Aku belum mengatakan bersedia memberikan bonus," ucap Violeta.

A Bankrupt BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang