7. Not Serious

3.7K 443 34
                                    

7. Not Serious

"Selamat ulang tahun, Nona."

Seluruh pelayan di tempat tinggal Violeta berbaris tepat di depan pintu saat pintu terbuka, di tangan mereka memegangi satu tangkai bunga mawar berwarna merah menyala.

Demi Tuhan. Leonel akan membalas Grace nanti, ia meminta tolong kepada Grace untuk menyiapkan kejutan kecil. Tetapi, bukan dengan membawa mawar merah seperti itu. Leonel meminta ide kepada Grace untuk memberi kejutan untuk Violeta yang tentu saja pelaksanaan kejutan itu dibantu oleh kepala pelayan di rumah itu karena mustahil Grace ada di Paris dalam waktu sekejap mata.

Bunga mawar merah yang dipegang oleh para pelayan seolah ia sedang menyatakan cintanya kepada Violeta. Tidak hanya itu saja, yang membuat kesal Leonel adalah kue ulang tahun berbentuk hati yang senada dengan warna mawar. Kue berbentuk hati itu tampak berkilat, merah menyala dengan tulisan di tengahnya, "Selamat ulang tahun, Sayang."

Leonel menggeram di dalam benaknya. Tetapi, ini bukan saat yang tepat karena Violeta tampak begitu terkejut dan dari sorot matanya gadis itu tampak bahagia hingga terharu. Mata indahnya tampak berkaca-kaca dan mungkin sebentar lagi akan ada air mata terharu seperti ibunya yang menangis saat Grace memberinya cucu atau saat Sidney saudara kembarnya menikah. Leonel tidak habis 0ikir kenapa para wanita di dunia ini mudah sekali menangis untuk hal-hal bahagia.

"Terima kasih," desah Violeta lirih.

Leonel tersenyum manis. "Selama ulang tahun, Sayang."

Ia berusaha sebaik mungkin menyuarakan kalimatnya agar tidak ada nada terpaksa memanggil Violeta dengan panggilan sayang.

Demi menjaga harga dirinya dan Violeta di depan para pelayan tentunya meski para pelayan telah tahu jika selama ini mereka tidur dalam kamar yang berbeda. Tetapi, Leonel ingin hari ini setidaknya meski palsu ia ingin membuat Violeta melupakan kesedihannya.

Violeta tersenyum lebar, sementara tangannya telah penuh dengan bunga yang di berikan oleh pelayan kepadanya. "Terima kasih, aku tidak menduga kau menyiapkan semua ini," ucapnya, wajahnya tampak merona.

Leonel menarik Violeta ke dalam pelukannya, menghadiahkan kecupan kecil di atas kepala gadis itu. "Maaf, aku hanya bisa memberikan ini."

"Tidak masalah," ujar Violeta lirih, bibirnya bergetar dan jantungnya tentu saja hendak melompat dari rongga dadanya. Gugup, karena Leonel memeluknya. Meski telah berulang kali ia di peluk oleh Leonel saat ia menangisi kepergian kakeknya tetapi kali ini rasanya berbeda. Kali ini bukan pelukan untuk menghilangkan kesedihan tetapi pelukan hangat.

"Tiup lilinmu dan beri aku potongan kue pertama," ujar Leonel.

Violeta menarik dirinya dari pelukan suaminya, bibirnya masih menyunggingkan senyum bahagia. Ia mengangguk kemudian ia meniup lilin-lilin yang menyala di atas kue di bantu oleh Leonel karena ia lilin-lilin itu jenis yang sulit untuk dipadamkan. Setelah itu ia memotong kue dan memberikan potongan kue pertama kepada Leonel, menyuapi suaminya dengan tangannya sendiri.

Setelah menginstruksikan pelayanan untuk meletakkan bunga di dalam vas yang berisi air, acara berlanjut makan malam di ruang makan bersama seluruh pelayan, tidak terlalu mewah tetapi jelas jika Violeta sangat bahagia dan menikmati suasana malam itu.

"Dari mana kau dapat ide ini?" tanya Violeta, ia duduk di samping Leonel yang sedang menikmati wine dari gelasnya.

Leonel menggoyangkan gelas wine di tangannya dengan gerakan berputar-putar, pelan. "Grace, aku meminta idenya."

Violeta tersenyum. "Grace," gumamnya. Ia tahu siapa Grace, ia adalah menantu keluarga Johanson sekaligus desainer sepatu ternama dunia.

"Kau pasti mengenalnya, kan?"

A Bankrupt BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang