The Beginning

54 3 3
                                    

March 23rd, 2018

Meski bukan bandara utama, tetapi Gimpo terlihat sama sibuknya dengan bandara utama Incheon. Entah berapa ratus orang yang mengisi bandara itu setiap harinya. Pesawat-pesawat berbadan besar maupun kecil singgah dan meninggalkan bandara tersebut tanpa henti. Dan di antara ratusan orang yang tengah berlalu-lalang, Jong Hoon duduk di salah satu bangku yang berada di antara dua counter check in. Pria itu menatap layar besar yang menampilkan jadwal penerbangan lalu kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada orang-orang yang melewatinya, berharap seseorang yang ia kenal akan muncul.

Satu jam lagi sebelum jadwal keberangkatannya. Jong Hoon tahu ia harus segera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan melewati pemeriksaan imigrasi. Dengan berat hati, pria itu berjalan menuju gerbang kecil dengan antrian yang tidak begitu panjang. Sesekali ia masih mengarahkan pandangannya pada pintu-pintu utama yang masuk dalam jangkauan pandangannya. Pria itu menatap untuk yang terakhir kalinya saat petugas meyerahkan kembali paspor dan boarding pass padanya. Gadis itu memang benar-benar tidak akan datang.

Dengan helaan nafas panjang, Jong Hoon akhirnya berjalan masuk.

.

.

March 4th, 2018

Jong Hoon langsung menegakkan tubuhnya saat matanya akhirnya menangkap sosok yang tengah ditunggunya. Pria itu sedang berada di area luar parkir apartemen. Ia sudah berada di mobilnya sejak setengah jam yang lalu, menunggu seseorang keluar dari gedung apartemen tersebut. Gadis yang ditunggunya menyapa petugas keamanan yang tengah bertugas sambil menyerahkan segelas minuman yang sepertinya berisi kopi hangat. Hari ini gadis itu, seperti biasa, menggerai rambut panjangnya. Ah, sebentar, jika diamati lebih teliti lagi, gadis itu mengikat sebagian rambutnya dan membiarkan sebagian lainnya tergerai. Ia mengenakan kemeja berwarna biru muda bergaris dan celana panjang berwarna navy.

Pandangan mata Jong Hoon terus mengikuti setiap langkah Myun Hee. Ia bahkan harus sedikit memutar tubuhnya ketika gadis itu menyusuri trotoar lalu berhenti di halte bis. Gadis itu memilih untuk berdiri sambil bersandar pada tiang halte bis. Ia sesekali melongokkan kepalanya, menanti bis yang akan dinaikinya. Setelah sekitar 10 menit, dari kejauhan tampak bis berwarna hijau melaju dengan kecepatan sedang kemudian menepi dan akhirnya berhenti. Tatapan mata Jong Hoon masih tidak lepas dari Myun Hee yang melangkah naik, berhenti sebentar untuk membayar lalu mengambil tempat duduk yang berada di sisi kanan bis, tepat di sisi jendela.

Seulas senyum yang muncul di wajah Jong Hoon sejak pria itu menangkap sosok Myun Hee dari arah apartemen akhirnya menghilang tepat saat bis tersebut kembali berjalan, dan Myun Hee menghilang dari pandangannya. Pria itu menyandarkan kepalanya pada setir sambil menghela nafas panjang. Ingatannya kembali melayang pada pertengkaran mereka tadi malam.

Jong Hoon tidak tahu apakah ia sudah melakukan hal yang benar atau justru sebaliknya. Yang pria itu inginkan hanyalah Myun Hee yang jujur pada perasaannya sendiri. Myun Hee yang mau mengatakan apa yang sebenarnya ia inginkan dari hubungan mereka. Jong Hoon tahu kekasihnya itu adalah orang yang begitu memperhatikan perasaan orang lain. Myun Hee begitu memperhatikan pendapat orang lain, keinginan orang lain. Sampai-sampai terkadang ia justru mengorbankan perasaannya sendiri, mengesampingkan keinginan pribadinya. Kekasihnya itu begitu selfless.

Kali ini Jong Hoon hanya ingin Myun Hee mengatakan seberapa besar dia menginginkannya. Hanya itu.

Tetapi mungkin ia sudah bertindak terlalu jauh dan mendorong Myun Hee terlalu keras. Lagi-lagi Jong Hoon menghela nafas panjang. Ponsel pria itu kemudian bergetar dan sebuah pesan muncul di layar.

Hyung, kau masih belum ke kantor? Kau sakit? Astaga.. Jangan katakan noona yang sakit

Sebuah pesan dari Dong Hae. Ia melihat jam yang ada di sudut kiri ponselnya dan rupanya sekarang sudah jauh lewat jam masuk kerja. Pria itu segera membalas pesan Dong Hae dan memberitahukan ia sedang di jalan menuju kantor. Tidak lama kemudian, mobil Jong Hoon akhirnya keluar dari area parkir.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang