Ruang detensi

243 11 0
                                    

"AAAAAAAAAAAA"


Semua murid berhamburan, berlari kesana kemari karena baru saja melihat pembunuhan!



Ada seseorang murid yang menusuk murid lain, membuat lehernya tersayat dan mengeluarkan banyak darah.








.




Guru setengah baya itu memperhatikan ketiga muridnya. Menatap lamat satu persatu, seperti sedang menelanjanginya.


Lalu tatapannya berhenti di salah satu murid laki laki yang sedang mengetuk ngetuk meja dengan jarinya, wajahnya sangat masam, dicampur dengan ekspresi tengil menantang. Tak kalah memelototi guru itu.




"Heh watanabe! Sudah selesai tugasmu?" Tanya guru itu sebal, memelototi murid itu yang kini menyunggingkan senyumnya, tatapannya meledek, tangannya bersedekap di dada.



"Males" katanya dengan sombong dan tengil. Membuat kedua murid di depannya mendesah pelan, sebal.




"Kerjakan! Kalau tidak kalian gak boleh pulang" kata guru itu tak kalah tengil. Membuat cowok yang dipanggil watanabe itu mendecih angkuh.



"Males, budek lo?" Tanya nya yang membuat amarah guru itu memuncak dan siap melempar penghapus papan tulis ke wajah tampannya.



"Berani? Mau diaduin komnas ham? Bapak PNS kan? Bisa dipecat kalau berani macem macem sama murid" kata cowok itu sambil mendongakkan kepalanya angkuh. "Kalau mau- "cowok itu mendorong buku catatan point ke depan "kerjain, biar cepet kelar"




Cewek bersurai sebahu yang duduk di depannya dengan sebal menoleh ke belakang dan hendak mengambil buku cowok itu.




"Davera! biarkan si tengil itu yang kerjakan sendiri. Punya tangan kok gak dipakai" kata guru itu ketus, dia sudah kepalang sebal dengan cowok blasteran jepang itu.



Davera mendecak pelan "tapi pak lukman, dia gak bakal nyelesain tugasnya kalau gak dikerjain sama orang. Gak bakal selesai!" Kata davera, menahan rasa kesalnya "saya mau ada rapat osis pak, tentang pensi. Masa cuman gara gara dia saya gak ikut rapat, saya kan wakil, mau dibilang apa sama anggota saya?" Kata davera panjang lebar, tak kuat membendung kekesalannya.





"Saya juga ada les pak! Ini sudah ditelponin dari pihak sananya" kata cewek berwajah oriental. Lalu ia melirik marah ke arah cowok tampan itu "heh gila! Kerjain cepet! Jangan bikin susah orang!"




Cowok itu menyilangkan tangannya di dada dengan angkuh "lah kok gue? Salahin si tua lah! Kan dia yang gak ngebolehin kalian pulang, kok jadi gue" katanya tak acuh yang membuat kedua cewek itu mengeram sebal.



Bahkan tarisa, si cewek berwajah oriental itu sudah siap siap ingin melemparkan tempat pensilnya ke wajah cowok itu.




"Yaudah. Patokan kalian dia, kalau dia gak kerjain, kalian juga gak bisa pulang. Dan bapak juga gak bisa pulang, mengawasi kalian" pak lukman meluruskan kakinya sambil menghela nafasnya kasar "dasar anak anak kurang ajar! Sudah buat kesalahan gak mau bertanggung jawab" dumelnya pelan.




"Heh! Kerjain bego! Gue mau rapat nih" kata davera, kini cewek itu berdiri sambil menatap keita kesal.



Keita tak peduli, dia malah memencet mencet pulpennya. Seperti kegiatan yang sangat penting, membuat davera geram dan menggebrak meja keita sebal dan kembali duduk di bangkunya "dasar cowok gila! Mati kek lo hari ini" katanya sebal.




"Doain aja dia mati disini, jadi kita bisa pulang. Biar dia cepat cepat di evakuasi" kata tarisa yang membuat keita melotot tak terima.




"Lo aja mati diluan!" Kata keita kesal.



"Ya elo lah! Lo hidup juga gak ada gun-





Tarisa menatap bingung saat ada 5 murid yang masuk tergesa gesa masuk ke ruang detensi. Davera tak kalah terkejut, dia bahkan sampai berdiri. Mereka berlima berteriak-





"ADA MURID GILA PAK!"

Trap!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang