Buka atau tidak?

73 10 0
                                    

"Cek pak!" Perintah keita yang membuat pak lukman menatap marah keita.


"Kamu saja yang cek!"




"Lah gimana sih? Bapak kan guru, masa numbalin anak muridnya. Lagian saya cuman punya gunting kuku" kata keita sambil menunjuk gunting kukunya.






DUK DUK DUK DUK



mereka semua terlonjak kaget. Semuanya pada meringsuk merapat ke dinding jendela. Pintu kembali digedor kencang.




"TOLONGG TOLONG BUKA! PAK LUKMAN BUKA PAK!"





"Cek pak!" Pinta keita sambil berbisik. Pak lukman menatap panik pintu, menggeleng kepalanya pelan.





"PAK LUKMAN BUKA PAK, SAYA DIKEJAR TOLONG PAK"









"ADA ORANG KAN? BUKA GUYSS TOLONGG!!"




Rima pun berjalan pelan ke arah pintu, tetapi pak lukman spontan menahan lengan gadis itu.



"Jangan nak"





"PAK LUKMAN TOLONG SAYA PAKK!!!! PAK DIA DISINIII"








Berhenti. Suara panggilan itu berhenti.




"Gimana kalau itu anak murid pak?" Tanya keita sebal "kenapa gak dibukain?"




"Gimana kalau dia narapidananya? Perempuan kan katanya? Jelas jelas itu suara perempuan!"





"Tapi dia kenal bapak!"




"Katanya kan dia alumni! Jelas kenal sama bapak!"




"Guys"




Mereka semua menoleh ke arah rima yang tiba tiba sudah di depan pintu. Menoleh ke arah mereka dengan wajah super pucatnya.




"Feemy pak, dia mati"






Pak lukman melongo tak percaya. Sedangkan davera menutup mulutnya dan berlari mendekati rima. Mengecek kebenarannya.



Ternyata benar. Mereka melihat feemy yang melotot, seperti menatap marah davera dan rima. Wajahnya pucat, tidak ada iris mata berwarna hitamnya.





Davera meringsut kaget. Menutup mulutnya tak percaya.






davera menoleh ke arah pak lukman sebal "BAPAK KENAPA GAK BUKAIN SIH? Mati kan dia jadinya?!"





"Bapak ingin menyelamatkan kalian, bapak takut kalau dia itu narapidananya!" kata pak lukman panik.




"TAPI BAPAK BUAT DIA MATI! Bapak mau tanggung jawab?" Tanya davera marah. Matanya berkaca kaca, feemy adalah temannya. Teman satu organisasi. Dan juga teman sekelasnya.






"Kalau dia temen lo, kenapa lo gak bisa kenalin suaranya?" Tanya yuna dengan wajah angkuhnya. Saat ini dia duduk diatas meja guru.





Davera kini terdiam. Cewek itu menarik poninya ke belakang, frustasi sendiri.





Keita menyunggingkan senyumnya "bapak bisa dituntut karena bunuh murid. Kalau gak salah, bapaknya feemy pengacara bukan?" Tanya keita yang membuat wajah pak lukman pucat pasi.




"Guys"





Mereka kembali menoleh ke arah rima yang badannya sudah bergetar hebat, wajahnya pucat pasi. "Mayatnya udah gak ada"





"Hebat! Matilah kita semua!" Umpat julian geram. "Dia denger kalian ribut! Dia tau ada orang di dalem, gue yakin dia bakal nunggu di lantai ini sampe kita semua keluar!"






"Terus gimana?" Tanya mia panik.





"Ya gimana, tunggu disini lah! Sampe si gila capek sendiri nunggu kita keluar" kata julian geram sendiri.







"Mamahhh" rengek mia sambil memeluk lututnya. Membuat rima spontan berlari kecil menghampiri mia yang sedang ketakutan sangat.




"Anjing lah! Gak lucu banget sumpah" umpat julian sebal.






Sedangkan yuna menyunginggkan senyumnya. Menyenderkan badannya di kursi guru, mengangkat kakinya diatas meja guru.

Trap!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang