Sudah ditemukan

65 8 4
                                    

"Wulan, kita kemana sih?" Tanya mia takut. "Kok malah makin masuk ke sekolah, wulan mau bawa kita kemana?"





"Stt diem! jangan bawel" kata wulan sambil menatap layar handphonenya.




"Lan pintu gerbang ke kiri, lo kenapa malah ke kanan? Mau nantangin lo?" Tanya julian tak kalah panik. Posisi dia paling belakang, hanya memegang pensil tumpul, dan gelap. Rentan untuk dibunuh. Apalagi yuna menghilang.







"Diem! Jangan berisik, entar pembunuhnya kesini" kata wulan sambil berbisik.












"Lo mau bawa kita ke tempat keita ya?" Tanya tarisa, membuat wulan membulatkan matanya. Sedangkan tarisa dan mia dan juga julian menatap wulan bingung.






"Lo gila! Kalau itu jebakan gimana? Iya kalau si keita hidup, kalau dia mati? Lagian buat apa sih nyelamatin tuh orang?" Kata rima marah. "Lo gak mikirin deva?"







"Apasih!"






"Halah! Emang iya kan? Lo masih suka sama keita kan? Stress ya lo! Mending lo jalan sendiri aja sana, samperin sono tuh orgil!" Kata rima marah.







"Engga-






"Jalan aja sana sendiri! Males banget kita nyelamatin keita" kata tarisa malas. Dia sama marahnya dengan rima. Dan julian, ia malah memegang erat pundak tarisa, mengedarkan pandangannya walaupun tak terlihat apa apa.




"Oke! Gue jalan sendiri" wulan pun menghela nafasnya dan berjalan pelan ke depan. Cewek itu melirik sekilas ke belakang, menatap teman temannya yang tak bergeming, sepertinya tarisa sudah siap dengan handphonenya.













"AAAAAAAAA"



"AAAAAAAAA"






"DAVERA?!"






Wulan pun kaget karena ada davera yang menabraknya. Cewek itu berantakan, rambutnya basah dan roknya juga sedikit basah. Wajahnya pucat dan kacamatanya sedikit retak.
















"Hati hati apa!" Kata wulan sewot karena dirinya baru saja ditabrak oleh mia. Kini mereka sudah berkumpul dan bertemu dengan davera-






Tanpa yuna.








"Keita- keita






"Keita kenapa?" Tanya wulan panik.






Davera pun langsung menarik lengan wulan, membuat teman teman di belakang menyusul.





Mereka berjalan menuju ke dalam toilet laki laki di lorong pojok kelas 10.







Wulan menutup mulutnya. Dan rima hendak memuntahkan isi perutnya. Tarisa menutup mata mia dan julian melongo tidak percaya.








Di bilik toilet paling pojok terdapat keita yang sudah terbujur kaku. Darah dimana mana, berasal dari lehernya. Darahnya merembes sampai keluar bilik. Menimbulkan bau amis yang menyengat.








"Kalian tega banget ninggalin gue!"






Mereka semua terlonjak kaget saat melihat yuna yang berdiri di hadapan mereka, datang secara tiba tiba dengan wajah memerah menahan amarah.






"Nih ada info lagi" kata yuna sambil menyodorkan handphonenya kepada julian, karena hanya cowok itu yang masih berdiri tegak.







Julian membelakkan matanya. "Baca nih!"







Narapidana kabur ditemukan di SMA Nusantara, narapidana tersebut ditemukan dalam kondisi tewas di lapangan sekolah tersebut. Kabarnya, narapidana ini terjatuh dari lantai atas sehingga menyebabkan narapidana ini tewas.




Narapidana ini ditemukan tewas pada pukul 18.30 WIB, dan ditemukan tiga murid yang bersembunyi di ruang multimedia lantai satu.








"Jadi pembunuhnya udah mati dari jam setengah tujuh?" Tanya tarisa bingung. Lalu ia menoleh ke arah mayat keita yang terbujur kaku disana.





"Nak, astagfirullah keita" kata pak lukman sambil memegang dadanya kaget. Dia menatap tak percaya mayat keita yang terbujur kaku dengan kondisi yang mengenaskan.































"Terus, siapa yang bunuh keita?"










"Deva mana?" Tanya yuna yang membuat semuanya sadar.





Bahwa mereka tidak menemukan deva.










Atau deva yang kabur?

Trap!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang