Kalau kemarin seharian kita disambut oleh aktivitas fisik, maka pagi hari ini tidak jauh berbeda. Tapi untungnya, aktivitas kita hari ini cocok buat gue. Yoga. Gue bisa merasa lega dikit lah.
"Ra, gue duluan ya" ujar Kei yang pamit untuk keluar lebih dahulu.
"Oke, duluan aja," jawab gue yang masih sibuk menguncir rambut gua dalam satu ponytail yang tinggi.
Outfit yang gue pilih hari ini adalah sebuah legging hitam panjang dan kaos dry-fit tanpa lengan berwarna putih yang pas di lekukan badan gue. Rambut gue pun gue kuncir dalam satu ponytail tinggi karena kita akan berolahraga. Dengan outfit itu gue berjalan keluar ke tempat yoga pagi akan diadakan.
Gue mengambil tempat di depan bersama cewek-cewek yang lain. Kalau urusan gini, biasa cewek-cewek yang semangat dan maju ke depan sedangkan cowok-cowok memilih mengambil tempat yang lebih di belakang.
Ada garis tak kelihatan yang membedakan reaksi masing-masing kelompok yang terpisahkan. Batas surga dan neraka memang setipis itu. Gue dan teman-teman yang lain berhasil melakukan semua gerakan, dengan tawa dan rasa yang menyegarkan. Berbeda dengan para lelaki di belakang yang sibuk berteriak kesakitan.
"HAHAHA..." tawa gue dengan keras sambil bergantian menunjuk Jeff dan Dhito yang berada di belakang.
Dhito membalas gue dengan pandangan galaknya sedangkan Jeff hanya cuek tak memberikan reaksi apapun. Malah, Jeff mendorong punggung Dhito sampai kepalanya menyentuh lutut.
"HAHAHA..." tawa gue tambah keras sambil melihat kelakuan mereka berdua. Mata gue bergerak kearah berbeda ke tempat Jona berada. Di situ sepertinya Jona mengalami masalah yang mirip. Bibir gue membentuk senyum tipis melihat Jona, atlet kebanggaan gue, kesusahan melakukan gerakan yoga. Sepertinya Jona melihat gue dan berhenti untuk melambaikan tangan.
Selesai yoga, semua siswa membereskan mat yang sudah disediakan sambil berjalan mengambil air mineral di meja belakang.
"Jeff, Dhit akhirnya kali ini kalian sama. Hahaha," sapa gue ke Jeff dan Dhito yang sedang meneguk air mineral.
"Sama? Gimana tuh maksudnya Ra?" jawab Dhito sambil terbatuk.
"Sama-sama gak bisa yoga," celetuk Zora yang dari tadi berada di sebelah gue dengan Neshka.
"Gue lebih jago dari dia," jawab Jeff santai.
Gue hanya menggelengkan kepala. Baru Dhito mau membuka mulutnya untuk membantah, tetapi Jona dating mendekati kami dan menyapa:
"Hi guys, gimana? Enak ya yoga pagi-pagi," sapa Jona.
"Hahaha... sama kita gak usah basa-basi Jo," jawab gue sambil tertawa mengingat pemandangan 15 menit yang lalu. Zora dan Neshka ikut tertawa, tapi Jeff dan Dhito memilih untuk diam.
"Hehe... btw lo keliatannya enjoy Ra. Outfit lu juga cocok sama lo," ujar Jona yang gue balas dengan senyum.
"... cantik," ujar Jona lagi dengan suara pelan. (kalau yang ini gue memilih untuk pura-pura gak dengar).
Tetapi nyatanya, pernyataan Jona membuat kedua pria di sebelah gue ini untuk melihat kearah gue. Mereka memandangi gue dari atas sampai bawah.
"Ra, kok lo pake baju kebuka amat. Banyak cowo disini,"
"Apaan sih Dhit... lo pikir ini jaman apa? Biasa aja kali..." ujar gue.
"Tetap aja, lain kali pake yang tertutup dikit lah, kan gak tau itu para lelaki pada mikir apa... Pake yang ada tangannya... tuh kayak Nora," ujar Dhito yang memang selalu cerewet.
Jona melihat sekitar, sepertinya mencari jaketnya untuk dikasih ke gue tapi sayang niatnya terhalangi oleh seseorang.
"Nih, pake punyaku aja," ujar Jeff sambil memberikan Jaket yang dari tadi hanya ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karangan Rasa
FanfictionCerita ini tentang persahabatan dan apa rasanya jatuh cinta dengan sahabat sendiri.