"Kamu boleh benci aku sepuasnya. Asalkan jangan permainkan hati, apalagi dengan status. Hati gak sebercanda itu."
*****
"Epithelium penutup dan pelapis adalah lapisan sel yang menutupi bagian internal dan eksternal permukaan tubuh dan organ serta melapisi rongga tubuh dan organ berongga." Jelas Ayra dengan lancar.
Suara riuh tepuk tangan yang bertepatan dengan Ayra menyelesaikan penjelasan materi. Semua menatap kagum padanya karena kecerdasan yang ia miliki, kecuali Rangga. Si kapten basket yang tiba-tiba saja membenci dirinya. Ia juga tak tahu letak kesalahannya sehingga Rangga membenci dirinya, tidak-tidak bukan hanya Rangga tapi hampir seluruh murid di sekolah ini.
"Ayra, lagi-lagi kamu membuat Ibu bangga. Pertahankan terus prestasi-mu Nak!" Puji Bu Rini.
"Terimakasih, Bu." Ucap Ayra, lalu duduk kembali di bangkunya.
Ayra menghela nafasnya lelah. Lagi-lagi ia mendapat tatapan sinis dari Rangga. Rangga duduk tepat di samping bangkunya.
Rangga berdecih, "Gak bakal gue biarin lo diatas gue. Istirahat nanti gue tantang lo tanding basket, kalo lo menang gue gak akan gangguin lo lagi. Gimana?" Ucap Rangga. Rangga tipikal orang yang tidak mau kalah. Ia akan melakukan apapun untuk membuat dirinya diatas. Tidak ingatkah dia? bahwa kehidupan itu berputar.
"Oke. Siapa takut." Ayra menerima tantangan itu, walaupun dengan hati yang ketar-ketir.
*****
Disinilah kedua manusia itu berada. Di lapangan Basket. Gemuruh suara teriakan dari berbagai penjuru sekolah terdengar, saat Rangga men-drible Bola Basket.
"RANGGA AYO SEMANGAT!!"
"SEMANGAT RANGGA!"
"KAMU PASTI MENANG!"
"GO RANGGA! GO RANGGA! GO!!"
"GANTENG BANGET KAK RANGGA."
"RANGGA!!! AKU PADAMUUU,"
"Berisik banget sih, para cabe kurbel." Ucap salah satu sahabat Rangga, Iqbal Pradana.
"HEH!! Diem lo ketek Dajjal."
"Kaga ngaca dih, gue beliin kaca sama pabrik-pabriknya juga."
"Si Rangga juga gak masalah. Kenapa lo yang sewot."
"Tau tuh, ngiri kali mukanya gak seganteng ayang bebep Rangga muach."
"Kayak situ enggak aja. Terus situ yang ngejar-ngejar banyak cewe namanya apa? Jablay Perempatan?"
"HAHAHAHA, ANJIR MAMPUS LO." Tawa Gerald pecah seketika, saat mendengar hujatan dari fans-fans Rangga. Gerald Dion Gidabesta.
"Kampret emang fans-nya si Rangga. Muka cakep gini dikata jablay." Ucap Iqbal, si playboy kelas bebek.
"Sadar diri aja, Bal. Emang bener kok." Ucap Gerald, langsung saja dihadiahi tendangan dari Iqbal ke tulang keringnya.
"ANJING!!! SAKIT BEGO!!" Teriak Gerald kesakitan sambil mengusap tulang kering.
"YEAY!!!! RANGGA MENANG!!"
"BAGUS RANGGA!!"
"MAKIN CINTAH DEHH."
"HOREE!! RANGGA KAMU HEBAT!!"
Benar saja, disana tepatnya ditengah lapangan Rangga tersenyum menang ke arah Ayra.
"So? Liat siapa yang menang? Gue. Rangga Nicholas Pradipta." Ucap Rangga menyombongkan dirinya. "Kita satu sama."
Ayra mendengus kasar. "Diantara aku dan kamu, gak ada kata kita." Ucap Ayra penuh penekanan.
Rangga menaikkan alis sebelah. "Oh ya? Kalo ada? Ngode lo minta gue jedor?"
"Aku gak ngode, karena emang aku gak mau itu terjadi kalau itu sama kamu. Camkan." Ucap Ayra.
"Oh ya? Gue mau buat perjanjian. Mulai sekarang kita pacaran sampai 3 bulan kedepan. Siapa yang baper duluan, dia yang kalah dan tentunya dapet something. Gimana?" Ucap Rangga sedikit mengencangkan volume suaranya.
Murid-murid yang mendengar perkataan Rangga terkejut. Tak terkecuali Ayra dan kedua sahabatnya. Iqbal dan Gerald langsungnya berlari menuju tempat Rangga berdiri.
"Ga, lo udah gila hah?!" Ucap Iqbal.
"Iye, si Aca mau lo kemanain?" Bisik Gerald.
"Diem lo. Tunggu gue di tempat biasa, gue jelasin semuanya." Bisik Rangga.
Lalu Iqbal menatap Rangga, dan melangkah pergi sambil menyeret Gerald.
"WOII APA-APAAN INI?!! RANGGA?!!" Teriak Gerald. Namun Iqbal terus melanjutkan langkahnya.
"Jadi gimana?" Ujar Rangga kembali.
"Gak!" Tolak Ayra. Dan itu membuat harga diri Rangga ter-sentil. "Kamu boleh benci aku sepuasnya. Asalkan jangan permainkan hati, apalagi dengan status. Hati engga sebercanda itu." Lanjut Ayra bersungguh-sungguh.
"Gue gak peduli. Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalo lo terima ini dan lo menang, gue gak akan gangguin lo lagi. So? Masih mau nolak?" Ucap Rangga santai, dengan pandangan meremehkan.
Tak sedikit murid yang menyoraki Ayra. Hal itu membuat Ayra naik pitam. "Aku sadar diri siapa aku, tapi aku berjanji buat jadi pemenang di akhir perjanjian ini. Dan untuk tantangan ini, aku terima." Ucap Ayra, lalu berlalu meninggalkan lapangan itu.
Rangga tersenyum sinis. "Selamat datang, Ayra Thalia. Dendam ini akan segera terbalas."
*****
"Maksud ini apaan?" Tanya Gerald bingung. Bagaimana tidak, pasalnya Rangga sudah sold out. Tapi bisa-bisanya dia pacaran dengan cewek lain.
"Ini tentang dendam, lo pada udah tau." Ucap Rangga.
"Hah? Dendam? Dendam paan sih maksud lo?" Bingung Iqbal.
"Hooh, gak jelas nih bocah. Keliatan gak lulus TK-nya." Ujar Gerald.
"Ck, bacot lo berdua." Rangga berlalu dari mereka.
"WOI!! MAU KEMANE LO?" Ucap Gerald meninggikan suaranya.
"Terima telpon bentar." Ucap Rangga, ia tersenyum saat melihat nama yang terpampang di layar handphone.
"Hm?"
" ... "
"Udah sayang, kamu tenang aja."
" ... "
"Iya-iya bawel deh kesayangan Aga. Jadi kangen kan."
" ... "
"Hahaha iya sayang. Nanti pulang sama aku ya, love you."
Rangga kembali ke tempat asal setelah selesai menerima telepon. "Cabut kuy." Ajak Rangga.
"Kuy lah, dah lama gue kaga ngudud." Seru Iqbal.
"Ngudud aja terus lo, Bal. Tapi utang kaga dibayar-bayar." Ujar Gerald.
"IRI BILANG BOSS." Ucap Iqbal sambil menirukan gaya Ipin.
"IHHH, NAJIS." Ujar Gerald dan Rangga dengan nada yang dibuat.
*****
HAII GIMANA NIH? SERU GAK CERITANYA?
TETEP TUNGGUIN CERITA RANGGA DAN AYRA YA!!!
VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA SUPAYA KALIAN GAK KETINGGALAN CHAPTER SELANJUTNYA!!
LOVE U ALL❤️❤️!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brengsek Boy : Rangga
Roman pour AdolescentsPradipta Series-1 *** "Berjalan denganmu dibawah semburat senja sambil menatap wajahmu yang sedang tersenyum. Andai itu semua nyata." - Story My Brengsek Boy : Rangga *** Rangga Nicholas Pradipta, si Ketua Basket dengan senyum mematikan ternyata men...