Chapter 2 | Ketua geng

88 21 40
                                    


Yang lucu itu waktu kamu berhenti berjuang saat aku mulai sayang.

_______

Sial! Malu banget gue, batinnya.

Suara gelak tawa mulai mengisi keheningan lorong sekolah. Davira tidak sengaja tersandung oleh kaki seniornya. Ah, bukan. Mana mungkin momentum ini merupakan ketidak sengajaan. Arkan, seniornya itu pasti sedang iseng mengerjai adik kelas. Rutinitas ketua geng konyol yang sudah turun menurun berjalan.

Gelungan bulat di kepalanya baru saja terurai. Rambutnya saja tersontak kaget, apalagi rasa malunya. Buru-buru ia membenahi posisinya. Keluarganya akan malu jika melihat ini.

Bukan apa-apa. Davira memang seorang gadis yang terikat darah biru. Seluruh sanak saudaranya keturunan bangsawan, termasuk dirinya. Tidak salah jika mereka menjunjung tinggi harga diri. Tergores sekecil apapun, tak akan mereka biarkan. Susahnya menjadi keluarga tersohor. Seringkali mementingkan gengsi dan harga diri.

Parahnya lagi, kini Davira harus berurusan dengan gerombolan siswa pembuat onar. Mereka senang di sebut geng Groze. Mereka seenak hati melakukan apa saja sesuai keinginannya. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa siapapun anggota Groze pasti berkuasa di sekolah. Atau, mungkin sok berkuasa?

"Eh nweng geulis, jatuh nweng?" ucap Ical, salah satu dari mereka.

"Kasian.."

"... Sepatunya Arkan kotor." Gildan bergurau, membuat seluruh pasang mata yang melihatnya itu lagi-lagi terbahak.

"Lo anak baru?" Arkan mendekati Davira dengan mulut yang masih terkekeh.

"Iya, kak." jawab Davira bodoh seakan takut pada Arkan. Padahal, jiwanya sedang di penuhi bara kemarahan. Ia hanya mencari aman karena baru masuk sekolah. Persetan dengan mereka! batinnya.

"Nama lo siapa?"

"Davira."

"Cantik juga." Arkan memuji.
"Mau join Groze? Jarang-jarang gue yang nawarin langsung."

"Hah?"

"Mau ga?"

"Maaf kak, lagi buru-buru." Davira berlarian kecil tanpa menjawab pertanyaan dari Arkan. Meninggalkan kerumunan yang sudah mulai heboh karena tawaran darinya. Pasalnya, Arkan di kenal tidak suka berbasa-basi. Apalagi dengan orang yang baru di kenal. Sama sekali bukan dirinya.

"Woy semuanya dengerin! Barusan Arkan di tolak!" Seruan dari Dimas itu lagi-lagi membangkitkan kemeriahan.

"Mana ada? Orang dia gak jawab." bela Arkan.

"Gini, nih. Main lo kurang jauh, bos!" Dito mengelak.

"Jelas-jelas itu di tolak. Tapi secara halus." Raka menyahut.

"Mana tadi bilang si Davira cantik lagi." jelas Reno kembali membuat suasana panas.

"Tapi Davira nya gak bilang Arkan ganteng." Ical menambah.

"Bacot lo semua." Arkan melepaskan dasinya dengan kasar. Tak tahan dengan ejekan dari teman-temannya. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku seraya mencari tempat untuk bersandar.

"Gemez bingit bang Arkan ngambek." Ical meniru suara anak kecil.

Namun, umpan darinya kali ini tidak di hiraukan. Menandakan Arkan sedang
tidak ingin di ganggu. Keadaan kembali hening. Teman-temannya saling bertukar pandang. Memberi sinyal agar segera memulai percakapan.

Dating Agreement Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang