Happy reading 😁
***
Marsha menagis tersedu sedu didalam taxi yang ia tumpangi. Apa sebegitu murahnya ia sampai Andrew tidak mau menerima nya? Padahal ini salah Andrew, kalau saja Andrew tidak memerkosa nya malam itu tidak mungkin akan seperti ini. Setelah merengut mahkotanya, Andrew malah mengatai dirinya jalang, padahal ia hanya melakukan hubungan itu dengan Andrew.
Supir taxi yang membawa Marsha pun sesekali melihat kebelakang lewat kaca spion, sebenarnya supir taxi tersebut khawatir pada Marsha yang sedari tadi menangis.
"Maaf nyonya kalau saya lancang, ini ada tissu bila nyonya perlu" ucap supir taxi tersebut sambil menyerahkan sekotak tissu pada Marsha, karena sedari tadi Marsha mengelap air mata dan ingusnya menggunakan tangan dan baju.
"Terima kasih, Pak" ucap Marsha.
Taxi yang ia tumpangi pun kini sudah sampai didepan kawasan apartemen Adiknya. Marsha membayar ongkos taxi tadi dan berjalan cepat menuju tempat dimana adiknya tinggal.
Ting
Pintu apartemen terbuka, ia langsung melihat Yastha yang sedang mengetik di laptop.
Marsha langsung berlari dan memeluk Adiknya erat, menagis keras dipelukan Adiknya.
Yastha langsung mengelus punggung Kakak nya, ia sebenarnya tidak tau Kakaknya menagis karena apa.
"Kak" panggil Yastha, mencoba melepaskan pelukan nya karena ingin melihat wajah sang Kakak. Tapi Marsha malah mempererat pelukannya, ia masih ingin menangis.
"Kakak kenapa?" tanya Yastha lembut tanpa melepas pelukan.
"Andrew ga mau nerima bayi ini Dek. Andrew nyuruh Kakak gugurin janin ini" lirih Marsha.
Yastha yang mendengar itupun langsung menggeram marah.
"Besok Kakak bakalan balik ke Indonesia. Semuanya udah siap kan? Ga ada yang tinggal?" Yastha mencoba mengalihkan topik agar Kakak nya berhenti menagis.
"Udah kok. Semuanya udah siap" jawab Marsha.
"Show your smile" Yastha melepas pelukannya dan menarik bibir Marsha keatas agar membentuk senyuman.
Marsha terkekeh melihat Yastha yang berusaha menghiburnya "Jelek ya kalo nangis? Yaudah deh Kakak ga bakalan nangis" mereka pun tertawa bersama.
"Gitu dong ketawa. Kak Aca kan jadi cantik kalo gitu" Yastha mencubit pipi Marsha gemas.
***
Hari ini Marsha sudah bersiap akan berangkat ke bandara ditemani Adiknya dan kedua temannya.
"Yuk berangkat" Yastha menyeret koper Kakaknya keluar apart.
Jarak dari apart Yastha ke bandara pun terbilang dekat. Karena apart yang Yastha tempati letaknya strategis.
"Babay Kakak ku tersayang, tercinta, ter semuanya deh" Yastha menciumi wajah Kakak nya bertubi tubi. Orang yang melihat itu dibuatnya iri karena kemesraan dua insan berbeda kelamin itu, yang tidak tau pasti akan mengira mereka pacaran. Brent dan Ben menatap sendu kedua Adik Kakak tersebut.
Marsha memeluk badan tegap Adiknya sangat erat sampai Yastha kesusahan untuk bernapas.
"Kak jangan kenceng kenceng peluknya aku gabisa napas" ucap Yastha.
Marsha tertawa "Ntar Kakak kasih napas buatan deh" goda Marsha, Yastha malah geli mendengar Kakak nya berbicara seperti itu.
"Mending Bang Kaisar aja deh yang dikasih napas buatan, aku sih ogah. Bibir Kakak jelek" Yastha akui jika bibir Kakaknya sangat indah, ia hanya berbohong pada ucapan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Twins
Romance"Gugurin aja anak itu" ucap pria tersebut. "Tapi ini anak kamu, kamu harus tanggung jawab" wanita itu menagis. Mengapa hidupnya begini. "Sampai kapan pun aku ga akan mengakui itu anak aku!!!" bentak sang pria menatap tajam sang wanita sambil menun...